Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Setiap hari, hampir banyak film yang diputar di televisi maupun di gedung-gedung film yang masing-masing filmnya mempunyai sasaran khalayak yang berbeda-beda karena setiap film yang ditayangkan mempunyai tujuan khalayak. Terlepas dari bahasan tentang komersialisasi film, unsur drama dan cerita yang ada mampu memperdaya penonton hingga mengalami gejala-gejala psikologis. Membuat orang merasa seakan terbawa cerita film itu. Begitu juga pemanfaatan film dalam dunia pendidikan, sebagian didasari oleh pertimbangan bahwa film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film memiliki kemampuan mengantar pesan secara unik. Pesan yang ada dalam cerita film, kebanyakan disesuaikan dengan fenomena yang ada di masyarakat, dengan memakai bahasa yang mudah dipahami oleh semua kalangan penonton. Banyak sekali unsur-unsur pesan yang diberikan kepada penonton ataupun penggemar film, mulai dari unsur kreativitas, edukasi, ekonomi, sosial-budaya, mode, lifestyle, teknologi, ideologi dan masih banyak yang lainya. Itu semua dapat menunjang perubahan ke arah modenisasi. Meskipun, interpretasi terhadap pesan film tidak selamanya positif dan tidak selamanya negatif karena interpretasi terhadap nilai pesan film akan berpengaruh pada aspek psikologis seseorang. Universitas Sumatera Utara Ada sebagian film yang ditayangkan, baik di televisi ataupun di bioskop- bioskop menuai kontroversi karena banyak kalangan masyarakat yang memprotes cerita atau adegan yang diperankan banyak yang menyimpang dari norma-norma sosial yang ada. Dari sini, kita akan mengetahui bahwa pesan yang disampaikan melalui film juga tidak sepenuhnya bersifat positif, contohnya di masyarakat, banyak tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma sosial, juga kekerasan, pelecehan seksual dan HAM yang terjadi. Secara tidak langsung film telah mewariskan budaya-budaya negatif tersebut dan diterima masyarakat secara mentah. Dan masyarakat pun cenderung menerima budaya yang ditampilkan tanpa ada tindakan yang mengklaim tayangan seperti itu. Namun selain menyajikan cerita dengan pesan yang bersifat kontroversial, film juga menyajikan pesan yang bersifat edukatif yang berfungsi sebagai kontrol atau penyeimbang antara pesan yang bersifat positif dan bersifat negatif. Tidak bisa disangkal lagi bahwa film juga bisa memunculkan budaya baru di masyarakat dan mampu merubah tatanan norma sosial, film juga dapat mempengaruhi penontonnya untuk meniru berbagai gaya hidup, fashion dan pergaulan yang ditampilkan dalam cerita. Fungsi sosialisasi dalam komunikasi massa menunjuk pada upaya transmisi dan pendidikan nilai-nilai serta norma-norma dari suatu generasi kepada generasi yang berikutnya atau dari suatu kelompok masyarakat terhadap para anggota keluarganya yang baru. Fungsi ini semacam fungsi yang telah dilakukan oleh para orangtua atau para guru di sekolah. Dalam fungsi ini media massa yaitu koran, majalah, radio, televisi dan film telah memberikan kerangka berpikir umum yang sangat penting bagi masyarakat. Di sini proses transmisi nilai-nilai dan Universitas Sumatera Utara norma-norma sosial yang penting dalam kehidupan akan selalu terjadi. Jadi, media massa dapat berfungsi menjadi penyebar nilai-nilai, seperti yang disebutkan di atas. Dan oleh karena sepanjang hidupnya, manusia akan hidup dan berhubungan dengan banyak orang dalam masyarakat. Dalam melaksanakan hubungan tersebut, setiap orang berkeinginan untuk dapat bebas melakukan hal yang diinginkan, tanpa ada batasan. Namun hal itu tidak mungkin dilakukan karena akan terjadi benturan dan pertentangan dengan kepentingan-kepentingan anggota masyarakat lainnya. Oleh karena itu, kehidupan bersama manusia sebagai makhluk pribadi dan sosial selalu dilandasi oleh aturan-aturan tertentu. Misalnya, ketika teman kita sedang belajar atau menjalankan ibadah, kita tidak boleh bernyanyi, atau berteriak-teriak meskipun sedang dalam keadaan gembira. Contoh lain, meskipun sedang lapar, kita tidak boleh mengambil kue yang ada di kantin tanpa membayar. Kita harus membelinya dahulu karena kue itu merupakan dagangan dan mata pencaharian penjaga kantin. Aturan-aturan diciptakan dan disepakati bersama untuk mencapai ketentraman dan kenyamanan hidup bersama dengan orang lain. Selanjutnya aturan-aturan itu dipakai sebagai ukuran, patokan, anggapan, serta keyakinan tentang sesuatu itu baik, buruk, pantas, janggal, asing dan seterusnya. Selama hidup kita, banyak sekali aturan-aturan yang wajib kita pahami dan ikuti dengan kesungguhan dalam bermasyarakat. Dengan demikian, peneliti memilih drama sebagai salah satu bentuk media massa yang mempunyai nilai-nilai sosial dalam adegan-adegan yang ditampilkannya. Serial drama Korea telah banyak menarik hati pemirsa, Universitas Sumatera Utara khususnya remaja. Apalagi dengan bertambahnya jumlah tayangan ini di televisi Indonesia, menunjukkan penggemarnya yang cukup banyak. Oleh sebab itu, sedikit banyak pastilah terjadi penyebaran nilai-nilai sosial yang terdapat dalam drama terhadap pemirsa. Korea Selatan yang pada satu dasawarsa lalu tidak berpengaruh dalam bidang industri budaya populer dan bahkan berposisi marginal dalam bidang tersebut, kini telah berhasil menjadi salah satu negara “cultural exporter” di Asia. Korea telah menjadi sebuah negara dengan industri budaya yang kuat, mampu mengekspor produk-produk budaya populernya ke luar negeri dan menyebarkan pengaruh kultural. Gelombang pasang Korea yang fenomenal tersebut diawali dan dipelopori oleh drama televisi. Serial drama merupakan pusat dari Hallyu, bentuk budaya populer Korea yang paling sukses dan berpengaruh di Asia sumber: http:trifenaindriani.blog.friendster.com200707korea-dan-fenomena-drama- televisi yang diakses pada 19 Januari 2011, pukul 10.00 WIB. Beberapa judul drama Korea yang pernah ditayangkan di televisi swasta Indonesia, yaitu A Love to Kill, All about Eve, Boys Before Flowers, Becoming a Billioner, Cinderella Step Sister, Coffee Prince, Endless Love, Full House, 18 vs 29, He’s Beautiful, Hello Miss, Hotelier, Let’s Go to School, Love in Paris, Princess Hours, Beethoven Virus, Thank You, My Fair Lady, Mr. Goodbye, Still Marry Me, My Love Patzzi, Rosy Life, Romance, Sad Love Song, Sassy Grl, Style, Summer Scent, Sunshine of Love, Winter Sonata, Wedding, Wonderful Life, Cruel Temptation, My Lovely Sam Soon, Bread, Love, and Dreams, Personal Taste, Brilliant Legacy, dan My Girl. Universitas Sumatera Utara Secara unik, drama-drama tersebut ternyata dapat memberikan banyak hal yang berbeda pada setiap pribadi yang menontonnya. Memberikan perasaan hangat setelah lelah dengan rutinitas kehidupan, atau memenuhi kebutuhan akan sensasi emosional dalam luapan tawa atau tetesan air mata terharu. Sementara bagi sebagian orang, nostalgia indah akan nilai-nilai hidup yang berharga dihadirkan kembali. Untuk orang-orang yang lain, rangkaian gambar hidup itu juga dapat membawa perasaan simpati yang dalam, bahkan dapat menjadi refleksi akan pengalaman dan pelajaran kehidupan yang seperti dialami sendiri. Banyak hati manusia juga tergugah, ketika inspirasi dan motivasi diberikan pada mereka lewat tampilan-tampilan dalam layar kaca tersebut, untuk berjuang mewujudkan impian yang belum tercapai. Drama Korea memiliki kualitas dan keunikan tersendiri. Keterampilan dan kreativitas para crew produksinya berhasil memadukan cerita narasi yang menarik, teknik sinematografi yang handal, penggunaan background musik yang mendukung dan kemampuan akting yang memadai, menjadi karya seni populer yang bukan hanya menghibur, namun dapat menyentuh hati dan perasaan para penontonnya, terutama orang Asia. Di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang semakin memudarkan nilai-nilai budaya tradisional, drama Korea secara konsisten menampilkan nilai- nilai budaya Korea dan Asia, seperti sopan santun, penghormatan pada orang tua, pengabdian pada keluarga, nilai kolektivitas atau kebersamaan, serta nilai kesakralan cinta dan pernikahan. Nilai-nilai ini ditampilkan secara unik dalam situasi kehidupan sehari-hari masyarakat Korea modern yang telah mengalami kemajuan teknologi dan ekonomi yang pesat. Universitas Sumatera Utara Masyarakat Asia telah lama mengkonsumsi budaya populer dari Barat dengan banyaknya tampilan seks dan kekerasan yang vulgar serta sentimen individualisme. Dengan serial drama Korea, masyarakat Asia menemukan bentuk budaya populer baru, menampilkan nilai kultural yang dekat dengan mereka, sehingga dapat mengidentifikasi diri mereka di dalamnya. Drama Korea secara terampil dapat memadukan sentimen tradisional Asia dengan nilai-nilai modern, menjadikan Korea sebagai negara Asia panutan untuk diikuti dan dicontoh, yaitu mampu mengharmoniskan budaya Timur dan Barat. Selain itu, sering menampilkan adegan menangis atau adegan yang sentimental sebab ternyata menangis merupakan karakter orang Korea. O-Yong, mantan Menteri Kebudayaan Korea, mengatakan bukan orang Korea kalau tidak bisa menangis. Jika sedih orang Korea menangis, jika bahagia juga menangis. Meskipun suku Indian Sioux di Amerika terkenal sebagai suku yang paling mudah menangis, tak ada yang menandingi orang Korea dalam hal menangis akibat lamanya mereka hidup dalam penderitaan karena keterbatasan sumber daya alam, iklim yang keras, perang dan kediktatoran. Oleh sebab itu, tak heran jika aktor dan artis Korea bisa berakting menangis dengan sangat piawai sumber: http:dramakoreatop.wordpress.com, diakses pada 19 Januari 2011 pukul 10.00 WIB. Serial drama yang dijadikan subjek penelitian kali ini adalah Bread, Love and Dreams. Serial drama ini ditayangkan perdana pada 20 Desember 2010 di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia, dengan menunjukkan kebolehan artis Yoon Shi Yoon yang berperan sebagai KimTak Goo, dan Oh Jae Mae sebagai Kim Tak Goo anak-anak. Kim Tak Goo adalah anak tertua, namun merupakan Universitas Sumatera Utara anak selingkuhan dari Goo In Jong, presiden Samhwa Enterprise, sebuah legenda dalam industri roti. Meskipun ia adalah pembuat roti yang sangat berbakat dan sepertinya ditakdirkan untuk menggantikan ayahnya sebagai presiden, keluarga Goo In Jong berencana untuk membuang statusnya sebagai ahli waris. Tekad Tak Goo untuk menjadi nomor satu dalam industri roti mendorong dia untuk membangun kembali karirnya dari awal meskipun banyak pencobaan dihadapinya. Intrik, konflik seputar cinta, persaingan dan perebutan harta memang menjadi ide sentral serial ini. Serial drama tersebut dikemas menjadi suatu kisah yang menarik dan tentunya mengandung pesan yang bermakna karena adanya nilai-nilai sosial yang ditunjukkan lewat peran para pemainnya. Dan kita dapat mencontoh nilai-nilai positif dari serial drama ini. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Transmission of Values pada Serial Drama Korea.

I.2 Perumusan Masalah