Namun harus diperhatikan bahwa tema seks tidak harus diartikan secara vulgar. Seks harus dipahami dalam pengertian cinta secara luas dan upaya untuk
mendapatkan perhatian orang lain. Hal ini harus diterapkan terhadap semua cerita sebagai suatu daya tarik karena sifatnya yang universal. Dengan demikian, kisah
mengenai pria atau wanita yang mendapatkan pria atau wanita idaman lain selain pasangannya sendiri selalu menarik perhatian audien yang menontonnya, seperti
kisah perselingkuhan. Episode mengenai uang biasanya juga dapat menyentuh perasaan banyak
orang. Keinginan untuk mendapatkan uang dan ketakutan atau kekhawatiran kehilangan penghasilan uang selalu menjadi pemikiran banyak audien setiap
harinya. Keinginan untuk menjadi cepat kaya merupakan impian setiap orang dalam hidupnya.
Kekuasaan power, yaitu zat perangsang yang paling mujarab. Orang akan berjuang, berbohong, dan bahkan membunuh untuk mendapatkan kekuasaan.
Kekuasaan telah menjadi tema yang selalu digunakan dalam banyak cerita besar mulai dari Shakespeare hingga drama seri Dynasty.
Tema-tema cerita lain, seperti balas dendam, penaklukan, simpati, dan nostalgia juga menjadi tema yang menarik perhatian audien, namun demikian
sebenarnya berbagai tema tersebut dapat dirangkum dalam tiga tema besar awal, yaitu seks, uang, dan kekuasaan yang merupakan tema dasar cerita Morissan,
2008:216.
II.5 Nilai Sosial
Universitas Sumatera Utara
Nilai atau value termasuk bidang kajian filsafat. Persoalan-persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat, yaitu filsafat nilai
axiology, theory of value. Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata
benda abstrak yang artinya keberhargaan worth atau kebaikan goodness, dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau
melakukan penilaian Frank, 1987:229. Di dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan
bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok. Jadi, nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung
nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang
melekat pada bunga dan perbuatan. Dengan demikian maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya
dalam Budiyono, 2007:70. Menilai berarti menimbang suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan
sesuatu yang lain, kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna,
benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputusan nilai yang dilakukan oleh subjek penilai tentu berhubungan dengan unsur-unsur
yang ada pada manusia sebagai subjek penilai, yaitu unsur-unsur jasmani, akal,
Universitas Sumatera Utara
rasa, karsa kehendak dan kepercayaan. Sesuatu itu dikatakan bernilai apabila sesuatu itu berharga, berguna, benar, indah, baik, dan lain sebagainya.
Nilai values menjadi daya tarik dalam mengukur suatu keadaan, eksistensi dan perilaku individu dan organisasi. Bahkan tidak hanya individu dan
organisasi yang menjadi objek tetapi juga benda. Apakah suatu eksistensi itu berharga, baik, bermanfaat, ataukah tak berharga, buruk, tiada manfaat. Semuanya
itu berkaitan dengan nilai. Menentukan nilai dari suatu keadaan, eksistensi dan perilaku harus jelas dan tegas, harus ada pembatas yang tegas mana sesuatu yang
dapat dikatakan nilai dan sebaliknya mana yang bukan nilai. Ciri-ciri nilai sosial adalah sebagai berikut:
a. Diterapkan melalui proses interaksi antar manusia yang terjadi secara intensif
dan bukan perilaku yang dibawa sejak lahir. Contoh:
Agar seorang anak bisa menerima nilai menghargai waktu, orang tuanya harus mengajarkan disiplin dan memberi contoh sejak dia kecil.
b. Ditransformasikan melalui proses belajar yang meliputi sosialisasi, enkulturasi,
dan difusi. Contoh:
Nilai menghargai persahabatan akan dipelajari anak dari pergaulan dengan teman-temannya di sekolah.
c. Berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sosial. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
Nilai menghargai antrian yang ada menjadi ukuran tertib tidaknya seseorang, sekaligus menjadi aturan yang wajib diikuti.
d. Berbeda-beda pada tiap kelompok manusia.
Contoh: Masyarakat Eropa sangat menghargai waktu sehingga sulit memberikan
toleransi pada keterlambatan. Sebaliknya, di Indonesia keterlambatan dalam jangka waktu tertentu masih dapat ditoleransi.
e. Memiliki efek yang berbeda-beda terhadap tindakan manusia.
Contoh: Nilai mengutamakan uang di atas segalanya membuat orang berusaha mencari
uang sebanyak-banyaknya. Namun, nilai kebahagiaan lebih penting dari uang membuat orang lebih mengutamakan hubungan baik dengan sesama.
f. Dapat mempengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat.
Contoh: Nilai yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi akan melahirkan individu
yang egois dan kurang peduli pada orang lain. Sedangkan nilai yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi akan
membuat individu tersebut lebih peka secara sosial. Klasifikasi nilai sosial menurut Prof. Notonegoro dalam Muin, 2006:49
dapat dibagai menjadi tiga bagian yaitu : 4
Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia atau benda-benda nyata yang dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan fisik manusia.
Misalnya, pakaian, tempat tinggal, uang, kendaraan, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
5 Nilai vital yaitu, segala sesuatu yang berguna bagi manusia agar dapat
melakukan aktivitas atau kegiatan dalam hidupnya. Nilai vital dapat bersifat konkret atau abstrak. Nilai vital bisa dimasukkan ke dalam nilai material, tetapi
belum tentu nilai material merupakan nilai vital. Misalnya: makanan dan minuman, kasih sayang orangtua, dan sebagainya.
6 Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan
kebutuhan rohani spiritual manusia yang bersifat universal. Nilai kerohanian ini dibagi menjadi empat macam yaitu:
a Nilai kebenaran dan nilai empiris, yaitu nilai yang bersumber dari proses
berpikir teratur menggunakan akal manusia dan diikuti dengan fakta-fakta yang telah terjadi logika, rasio.
Contohnya: mahasiswa yang bisa menjawab suatu pertanyaan dengan benar, ia benar secara logika, apabila ia keliru dalam menjawab dikatakan salah.
b Nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber dari unsur rasa manusia
perasaan atau estetika. Nilai keindahan bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan.
Contohnya: ketika kita melihat suatu pemandangan, menonton pentas pertunjukan, merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang indah, atau
merasakan makanan yang enak. c
Nilai moralkebaikan, yaitu nilai sosial yang berkenaan dengan kebaikan dan keburukan, bersumber dari kehendakkemauan karsa, etika. Nilai yang
menangani kelakuan, atau behubungan dengan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya: memberi salam ketika berjumpa dengan orang yang lebih tua.
Universitas Sumatera Utara
d Nilai religius, yaitu nilai yang berisi keyakinan atau kepercayaan manusia
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari uraian mengenai nilai di atas, dapat dikemukakan bahwa yang
mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud material saja, akan tetapi juga sesuatu yang berwujud non material atau immaterial. Bahkan sesuatu
yang immaterial itu dapat mengandung nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Nilai-nilai material relatif lebih mudah diukur, yaitu dengan
menggunakan alat indera, maupun alat pengukur seperti, berat panjang, luas, dan sebagainya. Sedangkan nilai kerohanianspiritual lebih sulit mengukurnya. Dalam
menilai hal-hal kerohanianspiritual, yang menjadi alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu oleh alat indera, cipta, rasa, karsa, dan keyakinan manusia.
Peran nilai sosial dalam kehidupan bermasyarakat adalah sebagai berikut: a.
Alat untuk menentukan harga dan kelas sosial seseorang dalam stuktur stratifikasi sosial. Misalnya, kelompok masyarakat ekonomi kaya upper
class, kelompok masyarakat ekonomi menengah middle class, dan kelompok masyarakat kelas rendah lower class.
b. Mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan bertingkah laku sesuai dengan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat berperilaku pantas, agar tercipta integrasi dan tertib sosial.
c. Memotivasi manusia untuk mewujudkan dirinya dalam perilaku sesuai dengan
yang diharapkan oleh peran-perannya dalam mencapai tujuan. d.
Alat solidaritas yang mendorong masyarakat untuk saling bekerja sama demi mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini, nilai menuntun manusia untuk
melakukan kerja sama dan menghilangkan perbedaan-perbedaan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
e. Pengawas, pembatas, pendorong, dan penekan individu untuk selalu berbuat
baik. Pengawas berarti nilai menjadi kontrol atas tindakan-tindakan seseorang. Pembatas artinya tindakan-tindakan itu akan dibatasi oleh nilai-nilai yang ada
di masyarakatnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN