Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Berpikir

Karena dapat dilihat, menurut data dari BPS Kab. Karo, jumlah penduduk Kab. Karo dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap meningkatnya jumlah tenaga kerja penduduk usia 15 tahun ke atas. Pada tahun 2007, menurut hasil Sakernas 2007 tercatat sekitar 81,30 penduduk 15 tahun ke atas di Kab. Karo yang termasuk angkatan kerja. Angkatan kerja yang dimaksud disini adalah penduduk 15 tahun keatas yang siap terjun ke dalam kegiatan ekonomi, baik yang bekerja maupun sebagai pencari kerja. Dari hasil Sakernas tersebut juga diperoleh angka Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Kab. Karo yang pada tasshun 2007 tercatat sebesar 6,64. Penduduk Kab. Karo yang bekerja di sektor pertanian mendominasi struktur lapangan usaha yang ada, yaitu sekitar 70,92. Penduduk yang bekerja di sektor perdagangan menempati urutan kedua yaitu sekitar 12,35, sedangkan penduduk yang bekerja di sektor jasa berada di posisi ketiga yaitu sekitar 7,34. Selebihnya sekitar 7,34 lainnya bekerja pada sektor industri, listrik, gas, dan air minum, kontruksibangunan, angkutan dan komunikasi, keuangan, dan lainnya. Melihat uraian-uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul studi ”Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan menengah terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo Studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo.”

1.2 Rumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan penelitian ini nantinya dan supaya peneliti dapat terarah dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam pembahasan, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Masalah merupakan bagian pokok dari suatu Universitas Sumatera Utara kegiatan penelitian dimana penulis mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal- hal yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian. Arikunto, 2002:47. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang akan diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah ”Seberapa Besarkah Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kab. Karo.”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberdayaan UKM terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kab.Karo. 2. Untuk melihat hubungan antara pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kab.Karo.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritisakademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan kependidikan, khususnya mengenai peranan pemberdayaan UKM dalam meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam membuat karangan ilmiah. Universitas Sumatera Utara b. Sebagai perbandingan bagi penelitian yang serupa di masa yang akan datang dan segala pemanfaatan dari tulisan ini.

1.5 Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsepsi, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep Singarimbun, 1989:37. Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian Arikunto, 2000:92. Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapt membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti. 1.5.1 Pemberdayaan 1.5.1. 1 Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai Universitas Sumatera Utara subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum. Menurut Pranaka dalam Sedarmayanti. 2003:113 menyatakan bahwa munculnya konsep pemberdayaan pada awalnya menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan power kepada masyarakat, organisasi atau individu agar menjadi lebih berdaya. Selanjutnya menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya. Asumsi dasar yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat adalah: 1 Bahwa masyarakat perlu didorong untuk mencapai perubahan yang lebih baik. 2 Bahwa masyarakat memilki potensi dalam mengembangkan dirinya, dan secara praktis mengetahui hambatan dan tantangan yang dihadapinya. 3 Pemberdayaan masyarakat sebagai resep yang cukup mujarab dalam mengobati keterbelakangan. 4 Dengan pembangunan berbasis komunitas, akan lebih efisien dan efektif untuk mencapai pembangunan seperti yang diharapkan. 5 Menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep penberdayaan masyarakat Indratno, http:www.google.comsearch?q=peranan+pemberdayaan+usaha+kecil+dan+menengah+ dalam+meningkatkan+pembangunan+ekonomi+masyarakathl=enbiw=1280bih=64 7prmd=ivnsei=mOm1Td6ML4fNrQfth4XXDQstart=20sa=N. Universitas Sumatera Utara

1.5.1.2 Proses Pemberdayaan

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sisi keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses. Pemberdayaan sebagai suatu proses dapat dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya telah ditentukan jangka waktunya. Namun, ada pula yang melihat pemberdayaan sebagai suatu proses. Sebagai suatu proses pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang hidup seseorang on going process. Menurut Hogan dalam Rukminto. 2008: 84, proses pemberdayaan individu sebagai suatu proses yang relative terus berjalan sepanjang usia manusia yang diperoleh dari pengalaman individu tersebut dan bukannya suatu proses yang berhenti pada suatu masa saja empowering is not an end state, but a process that all human experience. Hogan menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu: 1. menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan recall depoweringempowering experience; 2. mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan penidakberdayaan discuss reasons for depowermentempowerment; 3. mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek identify one problem or project; 4. mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan identify useful power bases; 5. mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya develop and implement action plans. Universitas Sumatera Utara Dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap masyarakat ini, tentunya tidak terlepas dari peran pelaku pemberdayaan, baik oleh pemerintah maupun oleh nonpemerintah. Pelaku pemberdayaan ini nantinya yang akan bekerja sebagai community worker ataupun enabler. Menurut Ife Rukminto.2008:89, sebagai community worker, Ife melihat ada empat peran dan keterampilan utama yang nantinya secara lebih spesifik akan mengarah kepada keterampilan seseorang sebagai community worker sebagai pemberdaya masyarakat. Keempat peran dan keterampilan tersebut adalah: 1 Peran dan keterampilan fasilitatif facilitative roles and skills; 2 Peran dan keterampilan edukasional educational roles and skills; 3 Peran dan keterampilan perwakilan representational roles and skills; 4 Peran dan keterampilan teknis technical roles and skills. 1.5.2 Usaha kecil dan Menengah 1.5.2.1.Pengertian Usaha Kecil dan Menengah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, tepatnya dinyatakan dalam pasal 1, UMKM dapat dijelaskan secara terperinci berikut ini. 1. Usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik Universitas Sumatera Utara langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik BPS memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. Sedangkan menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 261UKK tanggal 29 Mei 1993 adalah: 1. Usaha Kecil adalah yang memiliki total aset maksimum Rp 600 juta, tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. 2. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi yang dikembangkan dengan perhitungan aset diluar tanah dan bangunan mulai dari 200 juta sampai kurang dari 600 juta denga jumlah tenaga kerja mulai dari 20 orang sampai dengan 99 orang.

1.5.2.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, pada pasal 6 dijelaskan kriteria- kriteria yang tepat mengenai UMKM. 1. Kriteria Usaha Mikro, ada dua kriteria usaha ini yakni: Universitas Sumatera Utara a. memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. 2. Kriteria Usaha Kecil. Kriteria usaha ini meliputi: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 dua miliar lima ratus juta rupiah. 3. Kriteria Usaha Menengah. Ada dua kriteria Usaha Menengah, yaitu: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 dua miliar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah.

1.5.2.3 Jenis-Jenis Usaha Kecil dan Menengah

Secara umum UKM bergerak dalam 2 dua bidang, yaitu bidang perindustrian dan bidang barang dan jasa. Menurut Keppres No. 127 Tahun 2001, adapun bidangjenis usaha terbuka bagi usaha kecil dan menengah di bidang industri dan perdagangan adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Industri makanan dan minuman olahan yang melakukan pengawetan dan proses pengasinan, penggaraman, pemanisan, pengasapan, pengeringan, perebusan, penggorengan, dan fermentasi dengan cara-cara tradisional. 2. Industri penyempurnaan benang dari serat buatan menjadi benang bermotifcelup, ikat dengan menggunakan alat yang digunakan oleh tangan. 3. Industri tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan pembordiran yang memiliki ciri dikerjakan dengan ATB atau alat yang digerakkan tangan termasuk batik, peci, kopiah, dsb. 4. Pengolahan hasil hutan dan kebun golongan non pangan: a. Bahan bangunan atau rumah tangga, bambu, nipah, sirap, arap, sabut. b. Bahan industri: getah-getahan, kulit kayu, sutra alam, gambir. 5. Industri perkakas tangan yang diproses secara manual atau semi mekanik untuk pertukangan dan pemotongan. 6. Industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan lahan, proses produksi, pemanenan, pasca panen, dan pengolahan kecuali cangkul dan sekop. 7. Industri barang dari tanah liat, baik yang diglasir, maupun tidak diglasir untuk keperluan rumah tangga. 8. Industri jasa pemeliharaan dan perbaikan yang meliputi otomotif, kapal dibawah 30 GT, elektronik dan peralatan rumah tangga yang dikerjakan secara manual atau semi otomatis. 9. Industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah, nilai seni yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi. Universitas Sumatera Utara 10. Perdagangan dengan skala kecil dan informasi.

1.5.3.4 Masalah-Masalah yang Dihadapi Usaha Kecil dan Menengah

Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah UKM, antara lain meliputi: A. Faktor Internal 1. Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi UKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UKM memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan. Terkait dengan hal ini, UKM juga menjumpai kesulitan dalam hal akses terhadap sumber pembiayaan. Selama ini yang cukup familiar dengan mereka adalah mekanisme pembiayaan yang disediakan oleh bank dimana disyaratkan adanya agunan. Terhadap akses pembiayaan lainnya seperti investasi, sebagian besar dari mereka belum memiliki akses untuk itu. Dari sisi investasi sendiri, masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila memang gerbang investasi hendak dibuka untuk UKM, antara lain Universitas Sumatera Utara kebijakan, jangka waktu, pajak, peraturan, perlakuan, hak atas tanah, infrastruktur, dan iklim usaha. 2. Kualitas Sumber Daya Manusia SDM Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan kualitas SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya. 3. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik. 4. Mentalitas Pengusaha UKM Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan mengenai UKM, yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UKM itu sendiri. Semangat yang Universitas Sumatera Utara dimaksud disini, antara lain kesediaan terus berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin mengambil risiko. 5. Kurangnya Transparansi Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UKM tersebut terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.

B. Faktor Eksternal

1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif Upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah UKM dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan produk domestik brutto PDB, penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto investasi. Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya. Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan UKM, meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha- pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha-pengusaha besar. Universitas Sumatera Utara Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan perijinan untuk menjalankan usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar mengenai banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah, ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak memihak pihak kecil seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan dari para pengusaha besar. 2. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang UKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan karena mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang strategis. 3. Pungutan Liar Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan pungutan liar menjadi salah satu kendala juga bagi UKM karena menambah pengeluaran yang tidak sedikit. Hal ini tidak hanya terjadi sekali namun dapat berulang kali secara periodik, misalnya setiap minggu atau setiap bulan. 4. Implikasi Otonomi Daerah Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan Universitas Sumatera Utara sistem ini akan mempunyai implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada UKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing UKM. Disamping itu, semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut. 5. Implikasi Perdagangan Bebas Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti isu kualitas ISO 9000, isu lingkungan ISO 14.000, dan isu Hak Asasi Manusia HAM serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan Non Tariff Barrier for Trade. Untuk itu, UKM perlu mempersiapkan diri agar mampu bersaing baik secara keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. 6. Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama. 7. Terbatasnya Akses Pasar Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional. Universitas Sumatera Utara 8. Terbatasnya Akses Informasi Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UKM untuk menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang berpotensial untuk bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik. Sesungguhnya pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan untuk pemberdayaan UKM, terutama lewat kredit bersubsidi dan bantuan teknis. Kredit program untuk pengembangan UKM bahkan dilakukan sejak 1974. Kredit program pertama UKM, Kredit Investasi Kecil KIK dan Kredit Modal Kerja Permanen KMKP, yang menyediakan kredit investasi dan modal kerja permanen, dengan masa pelunasan hingga 10 tahun, dan suku bunga bersubsidi. http:diskop.padang.go.idartikel-tentang- usaha-kecil-dan-menengah

1.5.2.5 Indikator Pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah

Adapun yang menjadi indikator yang mendorong pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan Nilai atau Volume Output. Laju pertumbuhan nilaivolume output tidak hanya menunjukkan tingkat kemampuan produksi dari sebuah perusahaan tetapi juga mencerminkan adanya Universitas Sumatera Utara permintaan pasar terhadap produk tersebut, yang berarti produk tersebut mempunyai daya saing. 2. Pangsa di dalam PDB. Semakin tinggi pangsa PDB dari UKM mencerminkan semakin berdaya saing UKM tersebut. 3. Pangsa Pasar Pangsa pasar juga merupakan salah satu indikator dari daya saing produk. Hipotesanya, semakin besar pangsa output dari UKM di dalam total output dari suatu sektor, ceteris paribus, semua output di sektor tersebut disuplai ke pasar domestik, semakin besar pangsa pasar domestik dari UKM. 4. Nilai Omset Dasar pemikirannya adalah sebagai berikut. Sebuah perusahaan yang nilai omsetnya terus meningkat setiap tahun, yang artinya ada permintaan pasar, adalah perusahaan yang berdaya saing tinggi. 5. Profit Dasar pemikiran dari pemakaian profit nilai atau laju pertumbuhannya rata-rata per tahun sebagai salah satu indikator daya saing perusahaan adalah sederhana sebagai berikut. Perusahaan yang setiap tahun bisa mendapatkan keuntungan atau yang keuntungannya setiap tahun bisa meningkat adalah perusahaan yang berdaya saing. 6. Tingkat Pendidikan rata-rata Pekerja dan Pengusaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan rata-rata pekerja di suatu perusahaan semakin tinggi daya saing perusahaan tersebut. Untuk UKM, terutama UK, pendidikan Universitas Sumatera Utara pengusaha juga sangat penting berbeda dengan UB, karena di UK pada umumnya pengusahapemilik usaha terlibat dalam hampir semua kegiatan bisnis di dalam perusahaan. 7. Pengeluaran RD Pengeluaran untuk membiayai kegiatan RD bisa dilihat sebagai suatu persentase dari jumlah omset. Semakin tinggi rasio tersebut, yang berarti perusahaan bersangkutan aktif melakukan inovasi, semakin tinggi daya saing perusahaan tersebut. 8. Jumlah Sertifika dan Paten Sebagai indikator alternatif terhadap indikator ketujuh tersebut, adalah jumlah sertifikat standarisasi ISO dan jumlah paten yang dibeli. Semakin banyak jumlahnya yang dimiliki oleh suatu perusahaan berarti semakin tinggi daya saing dari perusahaan tersebut. 9. Produk terstandarisasi. Saat ini dalam era perdagangan bebas produk yang terstandarisasi semakin penting, atau dapat dikatakan menjadi suatu keharusan. Standarisasi produk menjadi penentu kualitas dari suatu produk. Dalam isu ini, ironis sekali bahwa, di satu sisi, disadari bahwa kualitas sangat penting untuk bisa unggul di pasar dunia, sedangkan, di sisi lain, Indonesia sampai saat ini masih punya masalah serius untuk memenuhi persyaratan tersebut. Hingga Agustus 2007, pemerintah Indonesia telah menetapkan 3.200 standar nasional industri SNI, tetapi baru 215 SNI produk yang diwajibkan. 10. Teknologi yang digunakan Universitas Sumatera Utara Teknologi yang digunakan dalam produk yang dihasilkan danatau dalam proses produksi atau metode produksi yang diterapkan. Setiap jenis produk memiliki teknologi paling akhir cutting edge. Berarti setiap perusahaan yang menguasai teknologi paling akhir di bidangnya memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak mengikuti progres teknologi. 11. Produktivitas atau Efisiensi. Indikator ini bisa dijabarkan dalam berbagai rasio. Untuk produktivitas, bisa parsial, misalnya, produktivitas tenaga kerja atau produktivitas modal, atau bisa total dari semua input yang digunakan yang dikenal dengan sebutan total factor productivity. Sedangkan untuk efisiensi, antara lain, biaya tenaga kerjaunit produk, biaya tenaga kerjajam, biaya tenaga kerjapekerja, atau rasio total biaya terhadap total omset. 12. Investasi Nilai investasi atau laju pertumbuhannya rata-rata per tahun mencerminkan banyak hal, mulai dari perkembangan kapasitas produksi hingga kegiatan inovasi. Walaupun yang terakhir ini belum tentu, tetapi yang jelas investasi di dalam sebuah perusahaan biasanya terkait erat dengan pengembangan kapasitas produksi yang antara lain dengan melakukan pembelian mesin-mesin baru. 13. Nilai Mesin dan Peralatan Produksi Indikator ini mencerminkan dua hal, yakni tingkat mekanisasi atau modernisasi dalam proses produksi dan jenis teknologi yang digunakan. Hipotesanya adalah: semakin tinggi nilai suatu mesin mencerminkan semakin canggih teknologi yang Universitas Sumatera Utara terkandung di dalam mesin tersebut. Indikator ini bisa dalam bentuk rasio dari jumlah biaya pembelian mesin terhadap total biaya produksi. 14. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran juga dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur daya saing dari sebuah perusahaan. Dasar pemikirannya sebagai berikut. Suatu produk yang bernilai tinggi sebut saja, mobil BMW adalah produk yang didasarkan pada promosi yang besar atau agresif mulai dari reklame di tv hingga pameran mobil setiap tahun. Di sisi lain, untuk suatu produk yang ara potensial memiliki permintaan pasar yang besar, perusahaan yang membuatnya tidak akan pelit dalam pengeluaran untuk kebutuhan promosi atas produk tersebut. Fakta menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan multinasional dengan berbagai produknya yang menguasai pasar dunia memiliki kegiatan promosi yang sangat besar dan kompleks.

1.5.3 Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah

Menurut UU No. 20 Tahun 2008 pasal 3 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Dengan itu maka pemberdayaan UMKM sangatlah penting untuk dilaksanakan. Dilihat dari pengertian pemberdayaan, maka pemberdayaan UKM adalah upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh UKM itu sendiri. Jadi pendekatan pemberdayaan UKM titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya UKM yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan UKM yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu Universitas Sumatera Utara bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan UKM secara umum. Sebagaimana proses pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan UKM juga tidak jauh berbeda dari pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan UKM sebagai suatu program harus tetap direncanakan secara serius dan lebih memfokuskan pada upaya- upaya yang membuat pelaku-pelaku UKM agar dapat lebih pandai dan mampu mengembangkan komunikasi antar mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat saling berdiskusi secara konstruktif dan mengatasi permasalahan yang ada. Jadi, ketika agen pengubah, baik yang berasal dari lembaga pemerintahan atau nonpemerintah telah menyelesaikan program pemberdayaan UKM tersebut, pemberdayaan UKM sebagai suatu proses dapat terus berlangsung. Prinsip pemberdayaan usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut: a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri; b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan. c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

1.5.3.1. Kebijakan tentang Pemberdayaan Usaha kecil dan Menengah

Dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang kerap dihadapi oleh UKM diperlukan peranan dari sektor perbankan maupun lembaga keuangan lainnya, seperti Universitas Sumatera Utara pegadaian, koperasi, modal ventura, dan lainnya dalam penyediaan permodalan bagi UKM. Dalam situasi demikian, pemerintah memiliki peranan yang besar untuk mendorong sector perbankan melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung para pelaku UKM. Dalam UU No. 202008 tentang UMKM, khususnya dalam pasal 7 ayat 1 sangat jelas dinyatakatan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek: 1. Pendanaan; Dukungan pemerintah atas UMKM lewat kebijakannya dipertegas lagi dalam pasal 8, yakni bahwa aspek pendanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 huruf a ditujukan untuk: a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank; b. Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; c. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan d. Membantu para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 2. Sarana dan prasarana Universitas Sumatera Utara Dukungan pemerintah atas UMKM lewat kebijakannya dipertegas lagi dalam pasal 9, Aspek sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 huruf b ditujukan untuk: a. mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil; dan b. memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi Usaha Mikro dan Kecil. 3. Informasi usaha Dukungan pemerintah atas UMKM dalam pasal 10, aspek informasi usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 huruf b ditujukan untuk: a. membentuk dan mempermudah pemanfaatan bank data dan jaringan informasi bisnis; b. mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan, komoditas, penjaminan, desain dan teknologi, dan mutu; dan c. memberikan jaminan transparansi dan akses yang sama bagi semua pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atas segala informasi usaha. 4. Kemitraan Dukungan pemerintah atas UMKM dalam pasal 11, aspek kemitraan sebagaimana dimkasud dalam pasal 7 ayat 1 huruf b ditujukan untuk: mewujudkan kemitraan antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; a. mewujudkan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar; Universitas Sumatera Utara b. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar- Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; d. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar; c. mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; d. mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen; dan e. mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perorangan atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 5. Perizinan usaha Aspek perizinan usaha dalam pasal 12 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 huruf e ditujukan untuk: a. menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem pelayanan terpadu satu pintu; dan b. membebaskan biaya perizinan bagi Usaha Mikro dan memberikan keringanan biaya perizinan bagi Usaha Kecil. 6. Kesempatan berusaha Aspek kesempatan berusaha dalam pasal 13 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 huruf f ditujukan untuk: Universitas Sumatera Utara a. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima, serta lokasi lainnya. b. menetapkan alokasi waktu berusaha untuk Usaha Mikro dan Kecil di subsektor perdagangan retail. c. mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai warisan budaya yang bersifat khusus dan turun-temurun; d. menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta bidang usaha yang terbuka untuk Usaha Besar dengan syarat harus bekerja sama dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; e. melindungi usaha tertentu yang strategis untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; f. mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro dan Kecil melalui pengadaan secara langsung; g. memprioritaskan pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah; dan h. memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan. 7. Promosi dagang Aspek promosi dagang dalam pasal 14 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 huruf g, ditujukan untuk: Universitas Sumatera Utara a. meningkatkan promosi produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di dalam dan di luar negeri; b. memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di dalam dan di luar negeri; c. memberikan insentif dan tata cara pemberian insentif untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang mampu menyediakan pendanaan secara mandiri dalam kegiatan promosi produk di dalam dan di luar negeri; dan d. memfasilitasi pemilikan hak atas kekayaan intelektual atas produk dan desain Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam kegiatan usaha dalam negeri dan ekspor. 8. Dukungan kelembagaan. Aspek dukungan kelembagaan dalam pasal 15 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 huruf h ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi inkubator, lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra bank, dan lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Tujuan adanya pemberdayaan UMKM ini adalah: 1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan. 2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan Universitas Sumatera Utara 3. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

1.5.4. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan dinyatakan sebagai sebuah konsep normatif yang mengisyaratkan pilihan-pilihan tujuan untuk mencapai apa yang disebut sebagai realisasi potensi manusia. Menurut pendapat Baratha dalam Susetyo. 2006: 17 dinyatakan bahwa pembangunan adalah suatu perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik, berdasarkan pada norma- norma tertentu. Perubahan-perubahan direncanakan melalui pendayagunaan potensi alam, manusia dan sosial budaya ini disebut sebagai ’pembangunan’. Pembangunan dengan demikian adalah proses pembahuruan yang kontinyu atau terus-menerus dari satu keadaan tertentu kepada satu keadaan lain yang lebih baik Bintoro dalam Susetyo. 2006: 18. Sedangkan, pembangunan ekonomi berarti proses perubahan dari suatu tipe perekonomian menjadi tipe lain yang lebih maju. Hirscham dalam Siagian. 1989:23. Menurut Meier dan Baldwin dalam Siagian. 1989: 24 mengatakan pembangunan ekonomi adalah suatu proses, dengan proses mana pendapatan nasional riel suatu perekonomian bertambah selama suatu periode waktu yang panjang. Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Artinya, ada tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai Universitas Sumatera Utara aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat Sukirno. 2006: 10. Menurut Meier dan Baldwin dalam Suryana. 2000: 3, ”Economics development is a process whereby an economiy’s real national income increase on a long period of time. And if the rate of development is greather than rate of population growth, then the capital real income will increase.” Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi diatas mengandung tiga 3 unsur, yaitu: 1. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru. 2. Usaha meningkatkan pendapatan perkapita. 3. Kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang. Adapun yang menjadi tujuan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut: 1. Dengan adanya pembangunan ekonomi kekayaan dari masyarakat akan bertambah. 2. Dengan adanya pembangunan ekonomi kesempatan untuk mengadakan pilihan semakin luas. 3. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan memberikan kemampuan yang lebih besar kepada manusia untuk menguasai alam, dan akan dapat mempertinggi kebebasan manusia untuk mengadakan tindakan tertentu. Universitas Sumatera Utara 4. Dengan adanya pembangunan ekonomi juga dapat diperoleh suatu tambahan kebebasan untuk memilih kesenangan yang lebih luas. 5. Dengan adanya pembangunan ekonomi, idealnya akan dapat mengurangi jurang kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin. 6. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan memungkinkan orang untuk memikirkan lebih banyak sifat-sifat kemanusiaan oleh karena makin banyaknya sarana yang tersedia.

1.5.5 Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah

Pemberdayaan UMKM diharapkan lebih mampu menstimulan pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dalam jangka waktu yang relatif pendek dan mampu memberikan lapangan kerja yang lebih luas dan lebih banyak, sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan di Indonesia. Pemberdayaan UMKM diharapkan akan meningkatkan stabilitas ekonomi makro, karena menggunakan bahan baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga akan manpu menstabilkan nilai rupiah dan tingkat inflasi. Pemberdayaan UMKM akan menggerakkan sektor riil, karena UMKM umumnya memiliki keterkaitan industri yang cukup tinggi. Sektor UMKM diharapkan menjadi tumpuan pengembangan sistem perbankan yang kuat dan sehat pada masa mendatang, mengingat non-performing loannya yang relatif sangat rendah. Pemberdayaan UMKM juga meningkatkan pencapaian sasaran di bidang pendidikan, kesehatan, dan indikator kesejahteraan masyarakat lainnya http:www.depkop.go.idphocadownloadrenstra2004 Universitas Sumatera Utara 2009renstra_2004_2009_03_bab_02.pdf, Peran Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dalam Pembangunan Nasional.

1.5.6 Pengaruh Pemberdayaan UKM terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat

Perekonomian rakyat pada hakikatnya merupakan padanan istilah ekonomi rakyat yang berarti perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat. Perekonomian yang diselenggarakan rakyat adalah usaha ekonomi yang menjadi sumber penghasilan keluarga atau orang-perorang Sumodiningrat. 1999:67. Ekonomi rakyat pun didefinisikan sebagai segala kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya basic needs, yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. Pembangunan ekonomi rakyat harus menjadi agenda utama pembangunan nasional pada tahun-tahun mendatang. Maksudnya, agar pertumbuhan ekonomi rakyat berlangsung cepat, kita harus mengupayakan langkah-langkah nyata Sumodiningrat. 1999: 69. Berbicara mengenai ekonomi rakyat nampaknya tidak akan terlepas dari pembicaraan tentang UMKM, karena sampai dengan akhir tahun 2006, Badan Pusat Statistik menginformasikan bahwa 48, 528 juta 99,99 unit usaha yang ada di Indonesia adalah mereka yang tergolong dalam usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa menggerakkan ekonomi rakyat identik dengan memberdayakan UMKM Suarja. http:www.bacaanonline.comkebijakan-pemberdayaan-ukm-dan-koperasi-guna- menggerakkan-ekonomi. Universitas Sumatera Utara Pemberdayaan ekonomi rakyat atau pemberdayaan sektor Usaha Kecil dan Menengah UKM merupakan model pembangunan ekonomi yang menekankan pada kekuatan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Pembangunan ekonomi yang berorientasi kerakyatan merupakan upaya melibatkan rakyat dalam pembangunan ekonomi, meningkatkan produktivitas, daya beli, membuka lapangan kerja, dan menumbuhkan nilai tambah ekonomi pada sektor-sektor ekonomi yang dikelola oleh rakyat. Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa pada saat kondisi perekonomian nasional sedang carut marut, aktivitas sektor usaha kecil dan menengah, sektor usaha informal yang sebelumnya merupakan sektor usaha yang terabaikan dan kurang mendapat perhatian yang serius dari pemerintah ternyata tetap survive mampu bertahan bahkan ada yang mampu berkembang ketika menghadapi krisis ekonomi. Dengan alasan tersebut beberapa kalangan menilai bahwa sektor UKM adalah sektor usaha yang mampu menyelamatkan Indonesia dari situasi perekonomian yang semakin parah, bahkan ada yang mengatakan bahwa sektor UKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional, sehingga keberadaan UKM dipandang berperan penting dalam struktur ekonomi suatu negara. Usaha Kecil dan Menengah UKM merupakan sektor usaha yang bersifat padat karya, sekaligus sebagai sektor yang memberikan solusi terhadap permasalahan realiatas soaial ekonomi, dimana sektor usaha tersebut merupakan sektor usaha yang memiliki nuansa kesederhanaan dan dapat dikerjakan oleh masyarakat yang tidak memiliki keterampilan dan kekurangan modal untuk mengelola lapangan usaha yang bersifat Universitas Sumatera Utara formal dan padat modal. Bagi masyarakat yang tidak berdaya dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat, maka UKM adalah solusinya. Fakta secara empiris menunjukan bahwa, dalam tatanan kehidupan perekonomian Nasional, UKM merupakan sarana dalam pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Ketika terjadi PHK besar-besaran pada sektor usaha besar sebagai akibat krisis melanda Negeri ini, UKM sebagai salah satu sektor usaha yang paling banyak menampung tenaga kerja yang terkena PHK tersebut. Menurut Taufiq 2004, dari jumlah UKM yang mencapai 42 juta lebih unit yang tersebar diberbagai sektor, dimana lebih dari 99 angkatan kerja tergantung kepadanya Bisnis Jabar, http:bisnis- jabar.comberitameningkatkan-daya-saing-ukm-melalui-sistem-kluster.html.

1.6 Kerangka Berpikir

1. Definisi Konsep 2. Definisi Operasional : Terdiri dari variabel independen X dan variabel dependen Y 3. Hipotesis 4. Uji Hipotesis : menggunakan uji-F dan uji-t. Uji hipotesis akan disajikan pada BAB V, yaitu BAB analisa data 5. Analisa data : menggunakan Regresi Linier Berganda multiple Regression Analysist, dengan rumus : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 X 7 + e Universitas Sumatera Utara

1.7 Hipotesis