10
Serum transferrin receptor meningkat pada keadaan aktivitas erytripoesis sumsum tulang yang meningkat meskipun tidak dijumpai
deplesi besi fungsional yaitu anemia hemolitik atau inefektif eritropoesis seperti pada anemia megaloblastik, myelodisplasia, dan talasemia mayor.
Pada keadaan yang disebut di atas nilai feritin serum normal atau meningkat. Pada anemia hemolitik dijumpai retikulositosis dan nilai MCV
normal atau meningkat. Anemia megaloblastik dan myelodisplasia pada umumnya terjadi peningkatan MCV.
19
Konsentrasi sTfR tetap normal pada APK. Ratio sTfR terhadap feritin merupakan perkiraan kuantitatif jumlah besi di tubuh, dan indeks
sTfR-F secara langsung berbanding dengan jumlah cadangan besi. Dengan menggunakan indeks sTfR-F, pemeriksaan pewarnaan sumsum
tulang dengan prussian blue besidapat berkurang pada pasien inflamasi kronik untuk mengetahui apakah terdapat defisiensi.
20
Dengan pemeriksaan feritin dan sTfR dapat dihasilkan nilai indeks sTfR-F yaitu
rasio sTfRlog feritin. Rasio ini sangat baik untuk mengestimasi cadangan besi. Cut-off untuk indeks sTfR–F adalah 1,5. Pada ADB indeks sTfR–F
lebih besar dari 1,5, dan pada APK lebih kecil dari 1,5.
6
2.2. Anemia defisiensi besi
Anemia adalah keadaan dimana massa eritrosit danatau massa Hb yang beredar di sirkulasi tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
26
Universitas Sumatera Utara
11
Menurut WHO, dikatakan anemia bila:
27
Laki-laki dewasa Hb 13 gdl
Perempuan dewasa tidak hamil Hb 12 gdl
Perempuan hamil Hb 11 gdl
Anak umur 6-12 tahun Hb 12 gdl
Anak umur 6 bulan-6 tahun Hb 11 gdl
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis, karena cadangan besi
kosong yang akhirnya mengakibatkan pembentukan Hb berkurang.
13
Penilaian status besi merupakan tambahan pemeriksaan Hb dan hematokrit Ht, dan dapat dinilai dengan beberapa test yang telah
ditetapkan. Hanya saja tidak ada pemeriksaan tunggal yang standart untuk menilai defisiensi besi tanpa anemia. Penggunaan test yang
beragam hanya sebagian mengatasi keterbatasan test tunggal dan tidak menjadi pilihan pada keadaan sumber daya yang terbatas. Indikator
yang terbaik untuk deteksi defisiensi besi adalah feritin serum pada saat tidak dijumpai infeksi.
27,28
Feritin serum merupakan indikator yang terbaik untuk menilai interfensi besi dan deplesi besi. WHO merekomendasikan konsentrasi
konsentrasi feritin 12 ugl mengindikasikan deplesi cadangan besi pada anak-anak 5 tahun, dan nilai 15 ugl mengindikasikan deplesi
cadangan besi pada umur 5 tahun. Tetapi feritin merupakan protein fase akut sehingga nilainya meningkat pada keadaan inflamasi.
10,11
Universitas Sumatera Utara
12
Pengukuran protein fase akut yang berbeda dapat membantu menginterpretasi nilai serum feritin, jika konsentrasi protein fase akut ini
meningkat menandakan dijumpai inflamasi. Pemeriksaan protein fase akut yang sering digunakan adalah CRP, karena meningkat dengan cepat
terhadap inflamasi dan juga turun dengan cepat.
28
2.3. Mekanisme transport besi
Besi merupakan ion yang bermuatan dan tidak dapat berdifusi bebas melewati membrane sel, sehingga dibutuhkan protein karier spesifik
untuk transfer transmembran. Secara umum ada dua jalan transport besi. Beberapa sel seperti sel epitel intestinal, hepatosit dan makrofag
dilengkapi keduanya yaitu mekanisme import besi ke dalam sel dan pelepasan eksport besi dari luar sel. Sel-sel ini terlibat dalam
penerimaan, penyimpanan dan mobilisasi besi. Pada sel lain seperti prekursor eritroid hanya terjadi import besi tetapi tidak melepaskannya
kecuali sel tersebut hancur.
29
Sekitar 25 mg besi dibutuhkan setiap hari untuk mendukung produksi Hb pada eritrosit yang matur. Jumlah ini sangat besar
dibandingkan dengan 1-2 mg besi yang masuk ke dalam tubuh setiap hari. Besi untuk eritropoiesis diperoleh dari makrofag retikuloendotelial yang
menjalankan fungsi siklus besi dari eritrosit tua.
29
Besi diabsorbsi dalam lingkungan asam pada mukosa duodenum dan jejunum proksimal. Makanan dalam bentuk non heme adalah bentuk
Universitas Sumatera Utara
13
ferri Fe
3+
harus direduksi menjadi ferro Fe
2+
oleh ferrireductase
, yang diidentifikasi merupakan
duodenal cytochrome b DCYTB. Ion Fe
2+
melalui divalent metal transporter 1
DMT1, disebut juga Nramp 2 memasuki sitoplasma. Besi yang masuk dalam sitoplasma sebagian
disimpan dalam bentuk feritin, sebagian diloloskan melalui basolateral
transporter ferroportin disebut juga IREG 1 ke dalam kapiler usus. Pada
proses ini terjadi perubahan dari feri menjadi fero oleh enzim ferooksidase, antara lain hephaestin.
29,30.31
Di dalam plasma, besi berikatan dengan transferin. Transferin mempunyai tiga fungsi penting. Pertama, menjaga besi dalam bentuk
terlarut. Kedua transferin membuat besi tidak reaktif sehingga menjadi tidak toksik dalam sirkulasi. Ketiga, transferin memfasilitasi pengiriman
besi menuju sel yang memiliki transferin reseptor di permukaannya.
29
Transferin mengirim besi ke normoblast dan sel-sel lain melalui ikatan dengan transferin reseptor. Setelah interaksi reseptor dengan ligan,
transferin yang mengandung besi mengalami endositosis yang diawali dengan invaginasi
clathrin-coated pits , membentuk endosom. Endosom
mengalami asidifikasi pH 5-6 melalui influks proton sehingga memudahkan pelepasan besi dari transferin dan memperkuat interaksi
apotransferin-reseptor. Besi dirubah dari bentuk ferro menjadi ferri dan keluar dari endosome melalui
divalent metal ion transporter 1 DMT1
menuju tempat penyimpanan feritin dan digunakan dalam sel mitokondria. Kompleks transferin-TfR kemudian mengalami
Universitas Sumatera Utara
14
eksternalisasi kembali ke permukaan sel dan apotransferin dilepaskan kembali.
6,31
2.4. Stadium klinis defisiensi besi dan diagnosis laboratorium.