4
Kari Punnonen dkk tahun 1996 di Finland meneliti kadar sTfR pada anemia yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu ADB, APK dan kombinasi
ADB dengan APK. sTfR pada ADB dan kombinasi ADB dengan APK lebih tinggi dibanding APK. Karenanya sTfR indikator yang baik untuk defisiensi
besi.
17
Simek M dkk tahun 2002 di Slovakia mendapatkan nilai sTfR pada ADB lebih tinggi dibandingkan pada APK. Pada ADB kombinasi dengan
APK mempunyai nilai sTfR yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol normal dan APK.
18
Jayarenees S dkk tahun 2005 di Kuala Lumpur menilai 91 sampel darah dengan anemia hipokrom mikrositer, yang dikelompokkan menjadi
ADB, APK dan talasemia. Nilai sTfR pada ADB signifikan lebih tinggi dibanding kontrol normal, APK dan talasemia.
1
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu
1. Apakah dengan pemeriksaan sTfR dapat membedakan ADB dengan APK?
2. Apakah perhitungan indeks sTfR-F dapat membedakan antara APK dengan APK yang bersamaan dengan ADB?
Universitas Sumatera Utara
5
1.3. Hipotesa penelitian
1. Kadar sTfR pada ADB lebih tinggi dibandingkan APK 2. Nilai indeks sTfR-F pada ADB lebih tinggi dibandingkan APK
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Untuk mengevaluasi kegunaan sTfR dan indeks sTfR-F dalam mendiagnosa ADB.
1.4.2. Tujuan khusus
1. Anemia defisiensi besi dapat dibedakan dari APK dengan pemeriksaan sTfR.
2. Anemia Penyakit kronis yang bersamaan dengan ADB dapat ditegakkan dengan pemeriksaan indeks sTfR-F.
1.5. Manfaat penelitian
Dengan pemeriksaan sTfR dan indeks sTfR-F dapat membedakan ADB MURNI, ADB yang bersamaan APK dan APK MURNI, yang
bermanfaat dalam membantu diagnostik.
Universitas Sumatera Utara
1.6. Kerangka konsep
6
ADB MURNI Feritin 15 ugL
Feritin 15 ugL Kriteria eksklusi
Kriteria inklusi
sTfR indeks sTfR –F ADB APK
Indeks sTfR-F pada ADB + APK APK
Kari Punnonen dkk Simek M dkk
Jayarenees S dkk
Anemia Kriteria WHO
CRP +
APK
sTfR Indeks sTfR-F
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Serum Transferrin receptor sTfR
Transferrin receptor merupakan transmembran homodimer yang terdiri dari dua monomer yang identik, berat molekul sekitar 90 kDa,
dimana tiap monomer dihubungkan oleh ikatan 2 sulfida pada Cys89 dan Cys98. Reseptor ini memiliki region sitoplasmik NH2-terminal residu 1-
67, single transmembrant pass
residu 68-88 dan bagian ektraseluler yang besar ektodomain, residu 89-760.
19,20,21
Ektodomain larut dan mengandung satu
site yang sensitif trypsin, dan mengandung s
ite untuk
berikatan dengan transferin. sTfR disintesa di retikulum endoplasma.
19
Domain ekstraseluler memiliki tiga posisi N-linked glycosilation pada Asn251, Asn317 dan Asn727 dan posisi O-linked glycosilation pada
Thr104. Posisi ini sangat penting untuk fungsi sTfR.
19
Ektodomain merupakan homodimer yang berbentuk seperti kupu- kupu. Tiap monomer terdiri dari tiga domain globular yang berbeda, yaitu
protease-like ,
apical dan
helical domain , membentuk
cleft lateral sehingga
dapat berikatan dengan molekul transferin.
19,20,22
Ektodomain dipisahkan dari membran oleh sebuah tangkai. Transferrin receptor berikatan dengan
dua molekul transferin dengan affinitas yang bervariasi. Protein dalam bentuk diferik memiliki affinitas yang lebih tinggi dibandingkan bentuk
monoferik dan bentuk apo.
19
Universitas Sumatera Utara