4
yang anak lihat, inginkan, dan rasakan. Hal ini disebabkan guru jarang bertanya kepada anak dan jarang melakukan pembiasaan dengan mengajak anak
menceritakan pengalaman yang telah dilakukan. Guru menjelaskan jika keberanian anak untuk bercerita masih kurang. Hal ini disebabkan guru kurang
membiasakan anak dalam bercerita dan jarang mengajak anak untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibacakan guru.
Menurut Ernawulan Syaodih 2005: 50, kemampuan bahasa merupakan aspek penting yang perlu dikuasai anak namun tidak semua anak mampu
menguasai kemampuan tersebut. Ketidakmampuan anak dalam berkomunikasi secara baik karena keterbatasan kemampuan menangkap pembicaraan orang lain
atau kurang mampu menjawab pertanyaan dengan benar dapat menghambat perkembangan anak. Sehingga kemampuan bahasa perlu mendapat stimulasi
dengan baik, salah satunya dengan mengasah kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi cerita dari cerita yang dibacakan guru seperti dongeng
atau cerita pendek. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada guru, guru ketika
bercerita memilih cerita sederhana dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak. Dalam bercerita, guru terkadang menggunakan buku cerita
bergambar dan terkadang tidak bergambar. Guru di TK Gugus 2 Kecamatan Kretek, menjelaskan jenis cerita yang sering dibacakan yaitu cerita fabel
binatang karena anak lebih menyukai mendengarkan cerita fabel binatang. Sesuai dengan pernyatan guru di TK Gugus 2, Muh. Nur Mustakim 2005: 121
menyatakan bahwa cerita-cerita fabel banyak disukai anak. Anak senang dengan
5
binatang-binatang piaraan seperti kucing, anjing, kelinci, ayam, sapi, dan lain sebagainya.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh 2005: 74, kemampuan anak menceritakan kembali isi cerita semakin baik maka semakin baik daya cernanya
terhadap cerita. Semakin detail maka semakin baik daya memori dan daya analisisnya terhadap isi cerita. Semakin runtut maka semakin sistematis cara
berpikirnya. Kemampun anak menceritakan kembali lebih difokuskan pada bagaimana anak mendengar dan menyimak cerita yang dibacakan guru dengan
sebaik-baiknya dan bagaimana anak memahami secara detail dan keseluruhan isi cerita.
Muh. Nur Mustakim 2005: 122 menjelaskan ketika kegiatan menceritakan kembali di kelas, guru membangkitkan peranan bahasa anak untuk
menggunakan bahasa lisan dengan tepat. Wardani Muh. Nur Mustakim, 2005: 135 menjelaskan bahasa lisan yang ditunjukkan ketika anak dalam menceritakan
kembali isi cerita yaitu anak dapat menceritakan tokoh cerita, menyusun alur cerita secara runtut, aspek lain dari cerita. Aspek lain tersebut dapat berupa
kemampuan memahami isi cerita dan mampu mengungkapkan pesan yang terkandung dalam cerita.
Berdasarkan kemampuan anak dalam menceritakan kembali yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis bermaksud mendeskripsikan bagaimana tingkat
kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi cerita dari cerita yang dibacakan guru seperti dongeng atau cerita pendek. Penelitian dilakukan di TK
Kelompok A Gugus 2 Kecamatan Kretek, Bantul.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tidak semua anak memiliki kemampuan berbahasa yang baik.
2. Anak masih kesulitan untuk mengungkapkan apa yang anak lihat, inginkan,
dan rasakan. 3.
Keberanian anak untuk bercerita masih kurang. 4.
Anak masih kurang mendapatkan pembiasaan dan stimulasi dalam berbicara dan bercerita.
5. Anak masih kurang mendapatkan stimulasi dalam menceritakan kembali isi
cerita.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian lebih fokus dan berdasarkan identifikasi masalah maka permasalahan dibatasi menjelaskan tentang deskripsi
kemampuan anak Kelompok A dalam menceritakan kembali isi cerita yang dibacakan guru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:
1. Bagaimana kemampuan anak Kelompok A dalam menceritakan kembali isi
cerita?
7
2. Bagaimana tahap perkembangan anak Kelompok A dalam menceritakan
kembali isi cerita? 3.
Apakah ada perbedaan antara judul cerita dan cara bercerita terhadap kemampuan menceritakan kembali isi cerita?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1.
Mengetahui kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi cerita yang diceritakan guru.
2. Mengetahui tahap perkembangan anak kelompok A dalam menceritakan
keembali isi cerita. 3.
Mengetahui ada perbedaan atau tidak antara judul cerita dan cara bercerita terhadap kemampuan menceritakan kembali isi cerita
. F.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1.
Manfaat Teoritis a.
Memberikan pengetahuan bagaimana cara anak dalam menceritakan kembali isi cerita.
b. Memberikan pengetahuan kepada pengembangan yang berorientasi pada anak
usia dini.
8
c. Menambah wawasan bagi para IGTKI dan pemerhati anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, yaitu untuk memberikan pengetahuan tentang kemampuan anak
dalam menceritakan kembali isi cerita, sehingga guru dapat mengajarkan hal tersebut sesuai dengan perkembangan anak.
b. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan untuk program peningkatan kemampuan anak dalam berbicara terutama dalam menceritakan kembali sehingga dapat meningkatkan kualitas peserta
didik dalam berpikir logis dan berkomunikasi. c.
Bagi Orangtua, untuk memberikan pengetahuan tentang kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi cerita, sehingga orangtua dapat memberikan
stimulasi sesuai dengan perkembangan anak.
G. Batasan Istilah
Menceritakan kembali merupakan kegiatan menyusun kembali cerita yang telah disimak dari proses penceritaan dengan tujuan memberikan informasi dan
pengetahuan kepada orang lain secara lisan.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Perkembangan Bahasa Anak
1. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan sarana yang penting untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Hurlock 1978: 176, bahasa mencakup setiap sarana
komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain, termasuk di dalamnya mencakup perbedaaan
komunikasi yang luas seperti bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat tulisan, pantomim, dan seni. Yusuf Yudha M. Saputra Rudyanto, 2005: 23
menyatakan bahwa bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya, yaiu
kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Yudha M. Saputra dan Rudyanto 2005: 23 menjelaskan bahasa menjadi kebutuhan agar anak dapat menjadi bagian dari kelompok sosialnya. Bahasa
merupakan salah satu kemampuan yang digunakan untuk berkomunikasi dengan anak lain. Bahasa dapat berbentuk lisan, tulisan, isyarat bilangan, lukisan dan
mimik muka. Menurut Suhartono 2005: 8, bahasa merupakan rangkaian bunyi yang
melambangkan pikiran, perasaan serta sikap manusia. Tadkiroatun Musfiroh 2005: 8 menyatakan bahwa perkembangan bahasa pada anak meliputi
perkembagan fonologis mengenal dan memproduksi suara, perkembangan kosa