2. Definisi Trait EI
Trait EI didefinisikan sebagai kumpulan persepsi diri yang terletak pada level yang lebih rendah dari hirarki kepribadian Petrides, Pita, Kokkinaki, 2007.
Petrides, Pita, dan Kokkinaki 2007 telah mengklaim bahwa trait EI termasuk dalam personality trait, sehingga sama sekali tidak berhubungan dengan
kemampuan kognitif lagi. Trait EI disebut juga trait emotional self-efficacy. Petrides 2011 menyatakan bahwa trait EI memiliki operasionalisasi yang
mampu mengenali subjektivitas yang melekat pada pengalaman emosional. Trait EI memberi perhatian pada konsistensi cross-situational prilaku yang
dimanifestasikan dalam trait spesifik seperti empati, asertif, optimisme. Hal ini berlawanan dengan ability EI yang lebih memberi perhatian pada kemampuan-
kemampuan seperti mengidentifikasi, mengekspresikan, dan melabel emosi. Pengukuran Trait EI menggunakan metode self-report yang mengukur prilaku
tertentu, sehingga tidak ada jawaban partisipan yang benar ataupun salah.
3. Aspek-aspek Trait EI
Petrides dan Furnham 2001 melakukan analisis konten pada model-model EI yang sudah ada sebelumnya dan juga konstruk yang memiliki hubungan,
seperti alexithymia, komunikasi afektif, ekspresi emosi, dan empati. Analisis konten ini menghasilkan 15 faset trait EI untuk remaja dan dewasa sebagai
berikut : a.
Adaptabilitas adaptability - fleksibel dan mau beradaptasi terhadap kondisi yang baru.
Universitas Sumatera Utara
Individu dengan skor yang tinggi pada faset ini merupakan orang yang fleksibel baik dalam dunia kerja maupun dalam kehidupannya. Mereka memiliki
kemauan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi yang baru, menikmati sesuatu yang baru serta perubahan yang bertahap. Skor rendah pada
faset ini merupakan orang yang tidak ingin berubah dan merasa sulit mengubah pekerjaan dan gaya hidupnya. Mereka biasanya tidak fleksibel, memiliki
pandangan dan ide yang sudah tetap. b.
Asertivitas assertiveness - Berterus terang, jujur, mau mempertahankan hak- hak mereka.
Individu dengan skor tinggi pada faset ini adalah orang yang dapat berbicara dengan langsung dan berterus-terang, tahu bagaimana meminta sesuatu, memberi
dan menerima pujian, serta mengkonfrontasi jika diperlukan. Mereka adalah orang yang mampu memimpin dan dapat mempertahankan hak-hak serta keyakinan
mereka. Individu dengan skor rendah cendrung mengalah walaupun mereka tahu mereka benar. Mereka juga sulit mengatakan tidak, sehingga pada akhirnya
mereka sering melakukan hal yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Kebanyakan dari mereka lebih suka menjadi bagian dari tim daripada menjadi
pemimpin. c.
Ekspresi emosi emotion expression - Mampu mengkomunikasikan perasaan mereka kepada orang lain.
Individu dengan skor tinggi pada faset ini adalah orang yang mampu mengkomunikasikan emosi mereka dengan lancar kepada orang lain, dapat
mengekspresikan perasaan mereka secara akurat dan tidak ambigu. Skor rendah
Universitas Sumatera Utara
mengindikasikan kesulitan dalam mengkomunikasikan pikiran yang berhubungan dengan emosi, serta sulit membiarkan orang lain tahu apa yang mereka rasakan.
Ketidakmampuan mengekspresikan emosi juga mengindikasikan kurangnya percaya diri dan asertivitas sosial.
d. Pengelolaan emosi – pada orang lain emotion management – others -
Mampu mempengaruhi keadaan emosional orang lain. Skor tinggi menunjukkan individu mampu mempengaruhi perasaan orang lain
seperti menenangkan, menghibur, dan memotivasi orang lain. Mereka dapat membuat orang lain merasa lebih baik ketika dibutuhkan. Skor rendah pada faset
ini menunjukkan individu tidak mampu mempengaruhi perasaan orang lain, juga kewalahan ketika harus menangani luapan emosi orang lain serta cenderung
kurang menikmati sosialisasi dan menjalin jaringan dengan orang lain. e.
Persepsi terhadap emosi – diri sendiri dan orang lain emotion perception – self and others
- Jelas terhadap perasaan diri sendiri maupun orang lain. Individu dengan skor tinggi akan jelas terhadap perasaan mereka dan mampu
mengartikan ekspresi emosional orang lain. Sedangkan individu dengan nilai rendah sering merasa bingung dengan apa yang mereka rasakan dan kurang
memperhatikan tanda-tanda emosional yang ditunjukkan orang lain. f.
Regulasi emosi emotion regulation - Mampu mengontrol emosi dan perasaan diri sendiri.
Individu dengan skor tinggi mampu mengontrol emosi mereka dan dapat mengubah mood tidak menyenangkan ataupun memperlama mood menyenangkan
melalui usaha dan insight diri sendiri. Mereka stabil secara psikologis dan dapat
Universitas Sumatera Utara
menenangkan kembali emosi mereka. Skor rendah mengindikasikan bahwa individu mudah terpengaruh pada serangan emosional dan merasakan kecemasan
yang lebih lama, bahkan depresi. Mereka sulit menangani perasaan mereka, sering moody dan mudah tersinggung.
g. Keimpulsifan – rendah impulsiveness – low - Reflektif dan cenderung tidak
mengikuti nafsu keinginan. Faset ini lebih mengukur disfungsi impulsivitas daripada fungsional
impulsivitas. Individu dengan impulsivitas rendah akan berpikir sebelum bertindak dan berhati-hati dalam membuat keputusan. Skor tinggi pada faset ini
berarti individu menimbang semua informasi sebelum mereka memutuskan sesuatu, tetapi juga tidak terlalu berlebihan. Sedangkan skor rendah cenderung
tidak sabar dan mudah mengikuti keinginan hati mereka. Hal ini dapat terlihat pada anak-anak yang menginginkan kepuasan langsung dan memiliki kontrol diri
yang rendah, serta berbicara tanpa benar-benar memikirkannya terlebih dulu dan sering berubah pikiran.
h. Hubungan personal relationships - Mampu mempertahankan hubungan
personal yang memuaskan. Hubungan ini termasuk dengan teman dekat, pasangan, dan keluarga,
bagaimana memulai dan mempertahankan ikatan emosional dengan orang lain. Individu dengan skor tinggi biasanya memiliki hubungan personal yang
memuaskan sehingga secara positif mampu mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan emosionalnya. Mereka tahu bagaimana mendengar dan merespon
orang-orang yang dekat dengan mereka. Individu dengan skor rendah akan merasa
Universitas Sumatera Utara
sulit untuk memiliki ikatan dengan orang lain dan cenderung kurang menghargai hubungan personal mereka. Mereka juga sering berprilaku yang dapat menyakiti
orang-orang dekatnya. i.
Penghargaan terhadap diri self-esteem – Percaya diri dan memandang positif atas pencapaiannya.
Faset ini mengukur evaluasi keseluruhan individu pada dirinya sendiri. Individu dengan skor tinggi memandang dirinya dan segala pencapaiannya dengan
positif. Mereka percaya diri dan puas pada hampir seluruh aspek dalam kehidupannya. Skor rendah menununjukkan individu kurang begitu menghargai
dirinya sendiri. j.
Motivasi diri self-motivation – Terdorong dan tidak pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan.
Individu dengan skor tinggi akan terdorong untuk menghasilkan kualitas pekerjaan yang bagus. Mereka tekun dan gigih, serta tidak perlu mendapatkan
penghargaan eksternal karena motivasi mereka muncul dari dalam diri. Individu dengan skor rendah memerlukan banyak bonus dan dukungan untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka cenderung menyerah ketika menghadapi kesulitan, juga kurang gigih dan kurang memiliki dorongan dari
dalam diri. k.
Kesadaran sosial social awareness – Mencapai jaringan yang luas dengan keterampilan sosial yang superior.
Skor tinggi pada faset ini menunjukkan individu memiliki keterampilan sosial yang sangat baik serta sensitif terhadap lingkungan sosial, mudah beradaptasi, dan
Universitas Sumatera Utara
pengertian. Mereka unggul dalam negosiasi, transaksi broker, dan mampu mempengaruhi orang lain. Mereka juga cenderung dapat mengontrol emosi dan
prilaku mereka, serta percaya diri dalam berbagai konteks sosial, seperti pesta ataupun even perkumpulan. Individu dengan nilai rendah meyakini bahwa mereka
memiliki keterampilan sosial yang terbatas dan sering merasa cemas karena tidak tahu harus berprilaku seperti apa dalam lingkungan yang kurang mereka kenali.
Mereka sulit mengekspresikan diri secara jelas dan hanya memiliki sedikit kenalan, serta dikenal sebagai orang yang memiliki keterampilan interpersonal
yang terbatas. l.
Pengelolaan stres stress management - Mampu menahan tekanan dan meregulasi stres.
Skor tinggi mengindikasikan individu mampu menangani tekanan dengan tenang dan efektif karena mereka telah mengembangkan coping mechanism
mekanisme menanggulangi dengan sukses. Mereka juga pintar dalam meregulasi emosi yang dapat membantu mereka dalam menghadapi stres. Individu dengan
skor rendah cenderung kurang mengembangkan strategi menghadapi stres. Mereka lebih suka menghindari situasi yang dapat membuat mereka lelah
daripada menghadapinya. Oleh karena itu mereka lebih banyak menolak proyek- proyek penting yang perlu kerjakan dalam waktu lama.
m. Trait empati trait empathy - Mampu melihat melalui perspektif orang lain,
memahami kebutuhan dan keinginan orang lain. Individu dengan skor tinggi pada faset ini cenderung memiliki keterampilan
dalam percakapan dan negosiasi kerena mereka dapat melihat sesuatu dari sudut
Universitas Sumatera Utara
pandang lawan bicaranya dan menghargainya. Skor rendah menunjukkan kesulitan mengadopsi perspektif orang lain, cederung suka beropini dan
argumentatif, serta kelihatan lebih self-centered. n.
Trait kebahagiaan trait happiness - Riang dan puas dengan kehidupannya. Individu dengan skor tinggi pada faset ini adalah orang yang periang dan
merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Skor rendah menunjukkan individu sering murung dan memandang berbagai hal dengan negatif. Mereka juga
cenderung kecewa dengan kehidupannya sekarang. Trait happiness, self-esttem, dan optimism merefleksikan keadaan psikologis seseorang secara umum pada
saat ini. o.
Trait optimisme trait optimis - Percaya diri dan cenderung melihat kehidupan dari sisi yang positif.
Skor tinggi pada faset ini menunjukkan individu yang selalu melihat kejadian dalam kehidupannya secara positif dan mengharapkan terjadinya hal-hal yang
positif. Nilai rendah menunjukkan kecederungan pesimis dan memandang kejadian dari sisi yang negatif. Mereka kurang mampu mengejar kesempatan baru
dan takut mengambil resiko. Selain 15 faset spesifik di atas, 13 dari aspek trait EI juga bisa
dikelompokkan menjadi 4 faktor yang berelevansi dan lebih luas, yaitu : 1
Well being, mencakup trait optimism, trait happiness, self-esteem 2
Emotionality, mencakup : trait empathy, emotional perception, emotional expression, relationships
Universitas Sumatera Utara
3 Self-control, mencakup : emotion regulation, low impulsiveness, stress
management 4
Sociability, mencakup : emotional management, assertiveness, social awareness
Dua faset yang tidak termasuk di dalam 4 faktor di atas yaitu self-motivation dan adaptability yang dikelompokan ke dalam faset tambahan auxiliary facets.
Faset tambahan ini berkontribusi pada skor global trait EI. Alat ukur trait EI, yaitu Trait Emotional Intelligence Questionnaire TEIQue versi lengkap, akan
menghasilkan skor dari masing-masing faset, skor dari 4 faktor dan faset tambahan auxiliary facets, serta skor global trait EI. Berikut ini adalah gambar
pembagian faset serta faktor yang mencakupnya.
Gambar 1. Pembagian Faset dan Faktor trait EI
Universitas Sumatera Utara
4. Alat Tes Trait EI