Sehingga dapat kita lihat bahwa yang disebut dengan sebab yang halal, yaitu:
1. Bukan tanpa sebab;
2. Bukan sebab yang palsu;
3. Bukan sebab yang terlarang.
Sebagaimana tertuang di dalam Pasal 1337 yang berbunyi: “Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh Undang-Undang
atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.”
2. Aspek Hukum Kebendaan
Jaminan adalah segala kebendaan yang mempunyai nilai, mudah dituangkan, yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari kewajiban
debitur yang ada. Kredit yang diberikan selalu diamankan yaitu dengan cara adanya kredit atau jaminan kredit. Apabila debitur oleh karena sesuatu sebab tidak
dapat memenuhi kewajibannya membayar hutang maka bank dapat menjual atau melelang jaminan berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan guna menutup hutang
dan hasil penjualan jaminan bank ini adalah guna memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang tersebut
apabila debitur malakukan wanprestasi pada waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian.
Sebelumnya dapat kita lihat bahwa hak-hak kebendaan dapat dikatakan sebagai berikut:
40
40
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan Hak Tanggungan, Kencana, Jakarta, 2005, hal. 143.
Universitas Sumatera Utara
1. Hak Kebendaan adalah hak yang diberikan oleh Undang-Undang.
Orang tidak boleh atau tidak dapat menciptakan hak-hak kebendaan lain, selain yang telah ditentukan oleh Undang-Undang;
2. Hak Kebendaan yang bersumber pada hukum kebendaan bersifat
memaksa tidaklah dapat dikesampingkan oleh siapapun juga. Hak Kebendaan mengikat semua orang;
3. Hak Kebendaan adalah suatu Droit de suit, yang berarti hak
kebendaan senantiasa mengikuti bendanya kemanapun benda tersebut beralih atau dialihkan;
4. Hak Kebendaan yang paling luas adalah Hak Milik
5. Hak Milik yang dimiliki seseorang atas kebendaan tertentu memberikan
kepadanya hak untuk memberikan hak-hak kebendaan-kebendaan lain diatasnya, baik yang bersifat umum, maupun yang bersifat terbatas
Jura in re aliena; 6.
Terhadap benda bergerak hak menguasai atau pemegang kedudukan berkuasa memiliki hak yang sama dengan seseorang pemegang Hak
Milik Pasal 1977 angka 1 KUHPerdata; 7.
Terhadap kebendaan bergerak, pemberian Hak Kebendaan baik yang umum maupun yang terbatas dalam bentuk jura in re aliena harus
dilakukan dengan menyerahkan kebendaan benda bergerak tersebut; 8.
Terhadap kebendaan tidak bergerak, seorang pemegang kedudukan berkuasa hanya memperoleh hak untuk menikmati benda tidak
bergerak tersebut semata-mata hak kebendaan secara terbatas,
Universitas Sumatera Utara
sehingga ia dimungkinkan untuk, melalui kadaluarsa menjadi pemilik dari benda tersebut;
9. Bagi kebendaan tidak bergerak, pemberian Hak Kebendaan baik
umum maupun yang terbatas dalam bentuk jura in re alienaharus dilakukan dengan pendaftaran dan pengumuman akan pemberian hak
tersebut; 10.
Hak-hak kebendaan yang bersifat umum, yang merupakan pemberian hak lebih lanjut dari Hak Milik tersebut memungkinkan pemegang
Hak Kebendaan untuk menikmati, menyerahkan, atau mengalihkan dan membebani kembali hak kebendaan tersebut dengan hak
kebendaan yang bersifat terbatas hak pakai hasil, hak numpang karang menurut undang-undang, hak usaha menurut undang-undang;
11. Hak-hak Kebendaan yang bersifat terbatas tersebut hanya memberikan
hak kepada pemegangnya untuk menikmati Hak Pakai, atau hanya untuk memperoleh pelunasan sebagai atau dalam rangka jaminan hutang
gadai dan hipotek; 12.
Dalam hal pemegang Hak Kebendaan lebih lanjut jure in re aliena tersebut adalah juga pemegang Hak Kebendaan terhadap mana hak
jure in re aliena diberikan, maka demi hukum jure in re aliena tersebut hapus demi hukum asas pencampuran, misalnya hak
numpang karang atas sebidang tanah jatuh ketangan pemegang Hak Milik dari bidang tanah yang diberikan hak numpang karang, maka
demi hukum hak numpang karang hapus;
Universitas Sumatera Utara
13. Pemberian Hak Kebendaan adalah bersifat menyeluruh untuk
keseluruhan bagian dari benda tersebut yang merupakan satu kesatuan, termasuk kebendaan yang berdasarkan asas permelekatan
menjadi satu dengan kebendaan tersebut; 14.
Dalam hal kebendaan yang diberikan Hak Kebendaan kemudian dapat dipisahkan lihat hak pengabdian pekarangan, maka Hak Kebendaan
tersebut demi hukum mengikuti semua bagian dari kebendaan yang telah dipisahkan tersebut;
15. Khusus terhadap hak kebendaan terbatas yang diberikan sebagai
jaminan hutang gadai dan hipotek, maka hak kebendaan tersebut memiliki sifat droit de preference, yang berarti memberikan hak
kepada pemegangnya untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu kreditur lainnya dari hasil penjualan benda yang dijaminkan secara
kebendaan tersebut, untuk seluruh nilai piutangnya tidak prorata; Dalam hal tersebut diatas Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,
41
mengemukakan bahwa terdapat ciri hak-hak atas kebendaan yang dapat membedakan dari hak perorangan. Adapun ciri-ciri tersebut diantaranya meliputi:
1. Hukum kebendaan merupakan hukum yang bersifat memaksa
dwingend recht yang tidak dapat dikesampingkan waive oleh para pihak;
2. Hak Kebendaan dapat dipindahkan; dengan pengertian bahwa, kecuali
dalam hal yang bertentangan dengan Undang-Undang, kesusilaan, dan
41
Ibid, hal.145-147.
Universitas Sumatera Utara
ketertiban umum. Hak Milik atas kebendaan dapat dialihkan dari pemiliknya semula kepada pihak lainnya, dengan segala akibat
hukumnya. 3.
Individualiteit, yang berarti bahwa yang dapat dimiliki sebagai kebendaan adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat ditentukan
terpisah individueel bepaald; 4.
Totaliteit, asas ini mengatakan bahwa kepemilikan oleh individu atas suatu kebendaan berarti kepemilikan menyeluruh atas setiap bagian
kebendaan tersebut, dalam konteks ini, misalnya seseorang tidak mungkin memiliki bagian dari suatu kebendaan, jika ia sendiri tidak
memiliki titel Hak Milik atas kebendaan tersebut secara utuh; 5.
Asas tidak dapat dipisahkan onsplitsbaarheid. Asas ini merupakan konsekuensi hukum dari asas totaliteit, dimana dikatakan bahwa
seseorang tidak dimungkinkan melepaskan hanya sebagian hak miliknya atas suatu kebendaan yang utuh. Meskipun seorang pemilik
diberikan kewenangan untuk membebani hak miliknya dengan hak kebendaan lainnya yang bersifat terbatas jura in re aliena, namun
pembebanan yang dilakukan itu pun hanya dapat dibebankan terhadap keseluruhan kebendaan yang menjadi miliknya tersebut. Jadi jura in
re aliena tidak mungkin dapat diberikan untuk sebagian benda, melainkan untuk seluruh benda tersebut sebagai satu kesatuan;
6. Asas Prioriteit, pada uraian mengenai asas onsplitsbaarheid tersebut
telah dikatakan bahwa atas suatu kebendaan dimungkinkan untuk
Universitas Sumatera Utara
diberikan jura in re aliena yang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak Kebendaan terbatas ini oleh hukum
diberikan kedudukan berjenjang prioritas antara satu hak dengan hak yang lainnya. Ingat ada hak kebendaan yang bersifat umum dan ada
hak kebendaan yang bersifat terbatas. Diatas Hak Milik mungkin dibebankan hak pakai hasil tersebut masih dimungkinkan dibebankan
hipotek. 7.
Asas percampuran vermenging. Asas ini merupakan juga asas kelanjutan dari pemberian jura in re aliena, dimana dikatakan bahwa
pemegang Hak Milik atas kebendaan yang diberikan hak kebendaan terbatas jura in re aliena tidak mungkin menjdai pemegang hak
kebendaan terbatas tersebut. Jika hak kebendaan terbatas tersebut jatuh ketangan pemegang Hak Milik kebendaan tersebut, maka hak
kebendaan yang bersifat terbatas tersebut demi hukum hapus; 8.
Asas publiciteit. Asas ini berlaku untuk benda tidak bergerak yang diberikan hak kebendaan;
9. Asas perlakuan yang berbeda atas kebendaan bergerak dan kebendaan
tidak bergerak; 10.
Adanya sifat perjanjian dalam setiap pengadaan atau pembentukan hak kebendaan. Asas ini mengingatkan kita kembali bahwa pada
dasarnya dalam setiap hukum perjanjian terkandung pula asas kebendaan dan dalam setiap hak kebendaan melekat pula sifat hukum
perjanjian di dalamnya. Sifat perjanjian ini menjadi semakin penting
Universitas Sumatera Utara
adanya dalam pemberian hak kebendaan yang terbatas jura in re aliena, sebagaimana yang dimungkinkan oleh undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ASPEK HUKUM YANG HARUS DIPENUHI DALAM