biasanya dikaitkan dengan tujuan penggunaan kredit. Secara garis besar, penggunaan fasilitas kredit untuk modal kerja kredit modal kerja dan untuk
investasi kredit investasi serta kredit untuk pembelian barang-barang konsumtif dan atau kegiatan seremonial yang dikenal dengan kredit konsumtif. Di samping
itu, terdapat pembagian jenis kredit lainnya, seperti cash loan dan non cash loan. Kredit modal kerja dapat juga digunakan untuk fasilitas pembiayaan modal kerja
untuk barang yang akan diekspor dan pembelian barang-barang untuk persediaan, yang mungkin barang tersebut dibeli dari luar negeri impor.
23
C. Ketentuan dan Persyaratan Umum Kredit
Mengenai ketentuan dan persyaratan umum dalam pemberian kredit oleh perbankan terdiri dari 9 sembilan persyaratan sebagai berikut:
24
1. Mempunyai feasibility study, yang dalam penyusunannya melibatkan
konsultan yang terkait. 2.
Mempunyai dokumen administrasi dan izin-izin usaha, misalnya akta perusahaan, NPWP, SIUP, dan lain-lain.
3. Maksimum jangka waktu kredit adalah 15 tahun dan masa tenggang
waktu grace period maksimum 4 tahun. 4.
Agunan utama adalah usaha yang dibiayai. Debitur menyerahkan agunan tambahan jika menurut penilaian bank diperlukan. Dalam hal
ini akan melibatkan pejabat penilai appraiser independen untuk menentukan nilai agunan.
23
Try Widiono, S.H., M.H., Sp.N.,Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankandi Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, hal. 264.
24
Hermansyah, S.H.,M.Hum.,Op.Cit, hal. 61-62.
Universitas Sumatera Utara
5. Maksimum pembiayaan bank adalah 65 enam puluh lima persen
dan self financing adalah sebesar 35 tiga puluh lima persen. 6.
Penarikan atau pencairan kredit biasanya didasarkan atas dasar prestasi proyek. Dalam hal ini biasanya melibatkan konsultan pengawas
independen untuk menentukan progres proyek. 7.
Pencairan biasanya dipindahbukukan ke rekening giro. 8.
Rencana angsuran ditetapkan atas dasar cash flow yang disusun berdasarkan analisis dalam feasibility study.
9. Pelunasan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
Di dalam Penjelasan Pasal 8 ayat 2 UU Perbankan dijelaskan, bahwa UU Perbankan memberikan ketentuan-ketentuan pokok terhadap bank yang memberikan
kredit kepada para nasabahnya. Ketentuan-ketentuan pokok ini merupakan pedoman perkreditan yang wajib dimiliki dan diterapkan oleh bank dalam pemberian kredit,
yaitu:
25
1. Pemberian kredit dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis.
2. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan
nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha
nasabah debitur. 3.
Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit.
25
Penjelasan Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang Pokok Perbankan Indonesia No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
Universitas Sumatera Utara
4. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai
prosedur dan persyaratan kredit. 5.
Larangan bank untuk memberikan kredit dengan persyaratan yang berbeda kepada nasabah debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi.
6. Penyelesaian sengketa.
Pada prinsipnya, ketentuan-ketentuan pokok tersebut tidak hanya memberikan pedoman atau landasan bagi bank sebagai kreditur untuk menerapkan prinsip
kehati-hatian, melainkan juga dapat digunakan sebagai pegangan bagi para nasabah debitur dalam memperoleh fasilitas kredit dari bank.
D. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Bank