Pengertian Hak Tanggungan HAK TANGGUNGAN SEBAGAI JAMINAN KREDIT

BAB III HAK TANGGUNGAN SEBAGAI JAMINAN KREDIT

A. Pengertian Hak Tanggungan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan. Sedangkan jaminan itu sendiri artinya tanggungan atas pinjaman yang diterima. Sementara dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, yang dimaksud dengan hak tanggungan adalah : “Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya.” Prof. Budi Harsono mengartikan hak tanggungan adalah : “Penguasaan hak atas tanah, berisi kewenangan bagi kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dijadikan agunan. Tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur kepadanya” Budi Harsono, 1999:24. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengertian yang diperoleh dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 dan pendapat ahli tersebut, maka ciri-ciri dari hak tanggungan tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 29 1. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulukan kepada pemegangnya. Dimana dalam hal ini pemegang hak tanggungan sebagi kreditur memperoleh hak didahulukan dari kreditur lainnya untuk memperoleh pembayaran piutangnya dari hasil penjualan pencairan objek tersebut. Kedudukan sebagai kreditur yang mempunyai hak didahulukan dari kreditur lain droit de preference atau sering juga disebut sebagai kredit preferen akan sangat menguntungkan kepada yang bersangkutan dalam memperoleh pembayaran kembali pelunasan pinjaman uang yang diberikannya oleh debitur yang ingkar janji. 2. Selalu mengikuti objek jaminan hutang dalam tangan siapa pun objek tersebut berada. Yang mana bila objek jaminan hutang yang diikat dengan hak tanggungan beralih ke pihak lain karena suatu sebab seperti pewarisan, penjualan, penghibahan dan sebab lainnya, pembebanan hak tanggungan atas objek jaminan hutang tersebut harus tetap melekat. Sebaliknya, bila piutang yang objek jaminan hutangnya telah diikat dengan hak tanggungan dan beralih kepada pihak lain karena cessie, subrogasi atau sebab lain, hak tanggungan tersebut ikut beralih karena hukum kepada kreditur yang baru. Peralihan tersebut 29 M. Bahsan, S.H., S.E.,Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 22-25. Universitas Sumatera Utara tidak perlu dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. Pencatan mengenai beralihnya hak tanggungan tersebut cukup dilakukan berdasarkan akta yang membuktikan beralihnya piutang yang dijamin dengan hak tanggungan tersebut kepada kreditur yang baru. 3. Memenuhi asas spesialitas dan asas publisitas. Pemenuhan asas spesialitas tercapai melalui pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT sesuai dengan persyaratannya. Sementara itu, pemenuhan asas publisitas tercapai dengan dilakukannya pendaftaran pembebanan hak tanggungan ke Kantor Pertanahan setempat sehingga akhirnya dikeluarkan Sertifikat Hak Tanggungan yang mana sertifikat inilah yang merupakan dokumen pembebanan atas tanah tersebut. Dengan dipenuhinya asas spesialitas dan asas publisitas tersebut maka akan diperoleh pengikatan jaminan hutang secara sempurna yang akan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan terutama kreditur dan debitur. 4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Bila debitur melakukan wanprestasi terhadap kreditur, maka kreditur yang bersangkutan dapat melakukan eksekusi atas objek jaminan yang diikat dengan hak tanggungan. Dimana UU No.4 Tahun 1996 telah menetapkan cara eksekusi objek jaminan yang dapat ditempuh atau dilakukan oleh kreditur yaitu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Eksekusi berdasarkan hak pemegang hak tanggungan peringkat pertama untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri memalui pelelangan umum dan kemudian mengambil pembayaran piutangnya dari hasil penjualan tersebut. b. Berdasarkan titel eksekutorial yang terdapat dalam Sertifikat Hak Tanggungan sesuai dengan irah-irah yang mencantumkan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse acte hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah, penjualan objek jaminan dapat segera dilakukan. Selain keempat ciri yang dikemukakan di atas, masih terdapat beberapa ciri lainnya pada hak tanggungan, yaitu memberikan hak kebendaan kepada pemegang hak tanggungan dan objek hak tanggungan harus diikat seutuhnya dalam pengertian objek hak tanggungan tidak dibagi-bagi atau diikat sebagian. Dan pasal 21 UU No. 4 Tahun 1996 memberikan keistimewaan bagi kreditur pemegang hak tan ggungan yakni: “Apabila pemberi hak tanggungan dinyatakan pailit, objek hak tanggungan tidak masuk dalam boedel kepailitan pemberi hak tanggungan sebelum kreditur pemegang hak tanggungan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan objek hak tanggun gan itu”. Universitas Sumatera Utara

B. Dasar Hukum Hak Tanggungan