B. Dasar Bank Danamon Simpan Pinjam Memberikan Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan
Setiap bank pasti mempunyai standar operasional dan prosedur. Dan bank merupakan lembaga yang mendapat pengawasan ketat, tentu saja harus
mempunyai kebijakan yang terstruktur dan komprehensip. Termasuk Bank Danamon Simpan Pinjam mempunyai kebijakan tersendiri yang tidak jauh
berbeda dengan bank-bank umum lainnya yang memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat. Sudah pasti juga bahwa Bank Danamon Simpan Pinjam dalam
hal ini mempunyai dasar-dasar pemberian kredit dengan jaminan hak tanggungan kepada masyarakat yang ada kaitannya dengan kebijakan pemberian kredit.
Secara garis besar, kebijakan umum perkreditan yang dilakukan oleh Bank Danamon Simpan Pinjam didasarkan atas:
48
1. Undang-undang Perbankan: dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan Bank
yang sehat dan kuat, dengan prinsip kehati-hatian prudential banking 2.
Kebijakan Umum Perkreditan KUP adalah kebijakan perkreditan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, mencakup perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasannya. 3.
Pedoman Pelaksanaan Perkreditan PPK, atau ada juga yang menyebut dengan Standar Operasional Perkreditan SOP, merupakan pelaksanaan
perkreditan yang dapat menjamin pemberian kredit yang sehat.
Kebijakan Umum Perkreditan KUP mencakup:
48
Hasil wawancara dengan bapak Marlon Sinaga, selaku Unit Manager DSP Unit Petisah, Tanggal 20 September 2013.
Universitas Sumatera Utara
1. Unsur-unsur kredit, terdiri dari:
a Kepercayaan : Kredit diberikan atas dasar kepercayaan
b Waktu
: Kredit selalu ada jangka waktunya c
Risiko : Setiap kredit selalu mengandung unsur risiko
d Prestasi
: Kredit mengandung prestasi berupa pembayaran bunga Walaupun pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, tetapi penilaian atas
kepercayaan tadi harus memenuhi kriteria Five C’s Character, Capacity,
Capital, Condition, dan Collateral, serta didokumentasikan, sehingga siapapunyang membaca dasar penilaian pemberian kredit mempunyai persepsi
yang sama. 2.
Tujuan Pemberian Kredit a
Bagi bank: a Profitability, artinya ada keuntungan yang diperoleh secara wajar; b Safety, artinya harus aman dengan risiko yang telah dimitigasi
sebelumnya. b
Bagi nasabah: memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat luas dan meningkatkan produktivitas usaha.
c Bagi masyarakat umum: dapat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional
dan meningkatkan kesempatan kerja. 3.
Prosedur Kredit a
Merencanakan Pasar Sasaran. Bank harus mempunyai perencanaan, pasar mana yang akan dituju dalam memsarkan kreditnya, misalkan fokus pada
sektor ritel dalam hal ini Danamon Simpan Pinjam fokus pada kredit untuk bisnis atau usaha berskala mikro, DSP menyadari pentingnya pangsa
Universitas Sumatera Utara
pasar mikro karena segmen ini merupakan salah satu tulang punggung penggerak roda perekonomian nasional. Target pasar DSP termasuk
pedagang pasar tradisional dan pedagang-pedagang kecil yang bukan dibidang usaha pertanian.
b Menentukan kriteria risiko yang dapat diterima. Bank hanya memasarkan
kredit apabila kriteria risikonya jelas dan dapat dimitigasi, misalkan dengan: menetapkan limit exposure, jenis usaha dibuat ratingnya, dan
rating apa saja yang layak dibiayai, lokasi dan sebagainya dalam hal ini Danamon Simpan pinjam mengelola risiko kredit melalui kebijakan dan
prosedur yang telah ada, yang meliputi pengelolaan kriteria penerimaan kredit, persetujuan kredit, origination, penetapan harga dan pemantauan
serta pengelolaan kredit dan portofolio. c
Menentukan kriteria nasabah kredit yang diberikan, berdasarkan pada kriteria nasabah yang jelas dalam hal ini DSP menetapkan calon debitur
atau nasabah adalah pedagang, pengusaha perorangan atau individu berpenghasilan tetap, serta memiliki tempat usaha yang berada di dalam
radius ± 2 km dari unit DSP. 4.
Putusan Kredit Setiap pemberian kredit harus melalui mekanisme proses dan prosedur baku,
antara lain: a
Ada permohonan kredit secara tertulis b
Dilengkapi dengan dokumen yang dipersyaratkan c
Disertai dengan proposal kredit
Universitas Sumatera Utara
d Dibuat rekomendasi dan putusan kredit
e Dibuat pemberitahuan putusan kredit secara tertulis
f Melakukan perjanjian kredit secara hukum
g Proses pencairan kredit
h Melakukan pengawasan dan evaluasi
Pada dasarnya pemberian kredit haruslah didasarkan pada kelayakan usaha, agar usaha yang dibiayai dapat berkembang, dapat menyerap tenaga kerja, dan
dapat menguntungkan bank itu sendiri, serta pada akhirnya dapat menyumbang peningkatan ekonomi masyarakat disekitarnya.
C. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Dalam Pemenuhan Aspek Hukum Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan
Hambatan yang dihadapi dalam pemenuhan aspek hukum perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan pada Bank Danamon Simpan Pinjam pada
umumnya dan DSP Unit Petisah pada khususnya adalah ketidaklancaran debitur dalam pengembalian pinjamannya. Dengan demikian ketidaklancaran tersebut
dapat dinilai sebagai kredit bermasalah. Dikatakan kredit bermasalah apabila debitur mengingkari janjinya
membayar bunga danatau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran, dengan
demikian mutu kredit menjadi merosot. Dalam kredit bermasalah ini kemungkinan ada kreditur yang terpaksa melakukan tindakan hukum, atau kalau
tidak akan menderita kerugian dalam jumlah yang jauh lebih besar dari jumlah yang diperkirakan dapat ditolerir. Oleh karena itu bank harus mengalokasikan
Universitas Sumatera Utara
perhatian, tenaga, dana, waktu, dan usaha secukupnya guna menyelesaikan kredit bermasalah itu.
Danamon Simpan Pinjam Unit Petisah dalam menilai kredit bermasalah mengacu pada kualitas produktif, yaitu membagi kredit menjadi kredit lancar,
dalam pengawasan khusus, kurang lancar, diragukan, dan kredit macet. Faktor waktu penyelesaian kewajiban oleh debitur menjadi ukuran dari kualitas
tersebut.
49
Kategori “Kredit Lancar” berarti debitur lancar dalam membayar angsuran pokok danatau bunga.
Kategori “Kurang Lancar” berarti ada angsuran pokok danatau bunga dari 90 hari sampai kurang dari 180 hari. Apabila ada perbaikan angsuran pokok
danatau bunga dari debitur sebelum jatuh tempo maka kualitas kredit meningkat menjadi lancar.
Kategori “Pengawasan Khusus” berarti terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga kurang dari 90 hari. Apabila ada perbaikan angsuran pokok
danatau bunga dari debitur sebelum jatuh tempo maka kualitas kredit meningkat menjadi lancar.
Kategori “Diragukan” berarti terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga dari 180 hari sampai kurang dari 270 hari. Apabila ada perbaikan angsuran
pokok danatau bunga dari debitur sebelum jatuh tempo maka kualitas kredit menjadi lancar.
49
Hasil wawancara dengan bapak Marlon Sinaga, selaku Unit Manager DSP Unit Petisah, Tanggal 3 Oktober 2013.
Universitas Sumatera Utara
Kategori “Macet” berarti terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga lebih dari 270 hari. Dalam kredit macet apabila ada perbaikan angsuran dari
debitur atau melunasi tunggakan tepat jatuh tempo maka kredit macet akan meningkat kualitasnya hanya sampai pada kurang lancar, setelah 3 tiga bulan
berturut-turut mengangsur sesuai perjanjian, kredit macet baru bisa dikatakan lancar.
Kredit yang masuk dalam golongan lancar dinilai sebagai kredit yang performing loan, sedangkan kredit yang masuk golongan kurang lancar, diragukan
dan macet dinilai sebagai kredit non performing loan. Sedangkan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:72PBI2005
Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum ditetapkan secara tegas penggolongan ditinjau dari segi kualitas kredit, maka kredit dibagi menjadi 5
tingkatan, yaitu:
50
1. Lancar pass, apabila memenuhi kriteria:
a. Pembayaran angsuran pokok danatau bunga tepat waktu;
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai cash collateral.
2. Dalam Perhatian Khusus special mention, apabila memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang belum
melampaui 90 hari; atau b.
Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c.
Mutasi rekening relatif aktif; atau
50
Peraturan Bank Indonesia Nomor 72PBI2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
Universitas Sumatera Utara
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan;
atau e.
Didukung oleh pinjaman baru. 3.
Kurang Lancar Substandard, apabila memenuhi kriteria: a.
Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau
b. Sering terjadi cerukan; atau
c. Frekuensi rekening relatif rendah; atau
d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;
atau e.
Terdapat indikasi masalah keuangan debitur; atau f.
Dokumentasi pinjaman lemah. 4.
Diragukan doubtful, apabila memenuhi kriteria: a.
Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau
d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit
maupun pengikatan jaminan. 5.
Macet loss, apabila memenuhi kriteria: a.
Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau
Universitas Sumatera Utara
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar. Penyebab terjadinya kredit bermasalah ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti:
51
a. Faktor intern bank, meliputi:
1 Rendahnya kemampuan atau ketajaman bank melakukan analisis
kelayakan permintaan kredit yang diajukan debitur. Rendahnya kemampuan melakukan analisis kredit secara profesional, terutama
disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pengalaman petugas bank termasuk account officer menjalankan tugas tersebut. Sedangkan
tumpulnya analisis kelayakan kredit seringkali terjadi karena pimpinan bank mendapat tekanan halus atau tidak dari pihak ketiga untuk
meluluskan permintaan kredit, karena terjadi kolusi antara pimpinan bank dengan calon debitur, atau karena strategi pemberian kredit yang terlalu
ekspansif. Strategi pemberian kredit yang terlalu ekspansif ini timbul, karena bank yang bersangkutan terlalu cepat menghimpun dana dari
masyarakat termasuk deposito, sehingga mendorong mereka untuk menerapkan strategi penyaluran kredit yang melebihi tingkat kewajaran.
Kredit yang diberikan tanpa analisis kredit yang profesional, dari semula memang diragukan mutunya. Oleh karena itu, sejak diberikan kredit
tersebut memang sudah membawa bibit masalah.
51
Sutojo, Siswanto.,Menangani Kredit Bermasalah: Konsep, Teknik dan Kasus, Jakarta:PT.Pustaka Binaman Pressindo, 1997, hal. 18-19.
Universitas Sumatera Utara
2 Lemahnya sistem informasi kredit serta sistem pengawasan dan
administrasi kredit. Lemahnya sistem pengawasan dan administrasi kredit, berakibat pimpinan bank tidak dapat memantau penggunaan kredit serta
perkembangan kegiatan usaha maupun kondisi keuangan debitur secara cermat. Akibatnya, mereka tidak dapat melakukan tindakan koreksi
apabila terjadi penurunan kondisi bisnis atau keuangan debitur atau terjadi penyimpangan dari ikatan perjanjian kredit.
3 Campur tangan yang berlebihan dari para pemegang saham bank dalam
keputusan pemberian kredit. Campur tangan pemegang saham yang berlebihan terhadap penerapan kebijaksanaan perkreditan bank dapat
menimbulkan pemberian kredit yang menyimpang dari asas perkreditan yang sehat.
4 Pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna Jaminan kredit
merupakan sumber kedua dana pelunasan kredit. Apabila debitur tidak bersedia melunasi saldo kredit dan bunga yang tertunggak, bank dapat
mengeksekusi jaminan guna melunasi pinjaman yang tertunggak. Apabila ikatan jaminan diadakan secara sempurna dan jaminan dapat dieksekusi
dengan lancar, maka tunggakan pinjaman debitur dapat diselesaikan dengan cepat. Sebaliknya, apabila pengikatan jaminan tidak dilakukan
dengan sempurna, hal tadi dapat mejadi sebab tunggakan pinjaman berkembang menjadi kredit yang harus dihapuskan.
b. Faktor debitur, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Debitur bank terdiri dari 2 dua kelompok, yaitu perorangan dan perusahaan atau korporasi. Sumber dana pembayaran bunga dan angsuran kredit sebagian
besar berasal dari debitur perorangan consumer debtors adalah penghasilan tetap mereka, misalnya gaji, upah, honorarium, dan sebagainya. Setiap jenis
gangguan terhadap kesinambungan penerimaan penghasilan tetap itu akan mengganggu
likuiditas keuangan
mereka sehingga
menyebabkan ketidaklancaran pembayaran bunga danatau cicilan kredit. Penyebab kredit
bermasalah perorangan yang lain erat hubungannya dengan gangguan terhadap diri pribadi debitur, misalnya kecelakaan, sakit, kematian, dan
perceraian. Sedangkan penyebab kredit korporasi bermasalah pada umumnya disebabkan karena salah arus mis.management, dan atau kurangnya
pengetahuan dan pengalaman pemilik perusahaan dalam bidang usaha yang mereka jalankan, dan karena adanya penipuan fraud.
c. Faktor Ekstern dari bank, yaitu:
Penyebab kredit bermasalah yang dapat dikategorikan sebagai factor ekstern antara lain adalah:
1. Kegagalan usaha debitur
2. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit
3. Pemanfaatan iklim persaingan dunia perbankan yang tidak sehat oleh
debitur yang tidak bertanggung jawab, dan 4.
Musibah yang menimpa perusahaan debitur.
Universitas Sumatera Utara
Implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah tersebut dapat berupa sebagai berikut:
52
1. hilangnya kesempatan untuk memperoleh income pendapatan dari kredit
yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan pengaruh buruk bagi rentabilitas bank
2. rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR bad
dept ratio menjadi semakin besar yang menggambarkan situasi yang semakin memburuk
3. bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif
yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat
berpengaruh terhadap CAR capital adequacy ratio 4.
Return On Assets ROA mengalami penurunan 5.
sebagai akibat dari komplikasi butir 2,3,4 tersebut diatas adalah menurunnya nilai kesehatan bank.”
D. Penyelesaian Masalah Hukum Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada Bank Danamon Simpan Pinjam
Adanya kredit bermasalah apabila macet yang menjadi beban bagi bank menjadi salah satu indikator penentu kinerja bank, oleh karena itu adanya kredit
bermasalah apabila macet memerlukan penyelesaian yang cepat, tepat, dan akurat serta memerlukan tindakan penyelamatan dan penyelesaian dengan segera.
52
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Jakarta, 2003, hal.263- 264.
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan oleh Bank Danamon Simpan Pinjam, tidak dilakukan secara sepihak melainkan dilakukan secara
bertahap dengan memberikan penilaian kualitas kreditnya, hal ini dimaksudkan agar pihak debitur dapat mengatur kembali kinerja usahanya dan dapat
memperkirakan hal-hal yang akan terjadi dikemudian hari. Namun demikian didalam pemberian penilaian kualitas kredit tersebut DSP selaku kreditur selalu
memberikan masukan-masukan kepada pihak debitur berkaitan dengan perubahan status yang diberikan oleh bank.
53
Perubahan penilaian kualitas kredit debitur oleh pihak bank terutama di lingkungan DSP Unit Petisah, apabila perubahan status kualitas kreditnya menjadi
turun, Unit yang mengelola debitur yang bersangkutan tidak perlu melakukan konfirmasi mengenai perubahannya kepada Kantor Wilayah dimana Unit tersebut
berada, tetapi apabila perubahan kualitas kredit menjadi lebih baik Unit yang bersangkutan harus melakukan pemberitahuan dan membuat laporan mengenai
kinerja usaha debitur yang bersangkutan dengan melampirkan analisa keuangan yang tercermin dari mutasi rekening koran maupun rekening bank lainnya dan
hasil Trade checking, sehingga debitur yang bersangkutan memang benar-benar dalam kondisi yang ideal untuk melanjutkan pinjamannya. Tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh pihak bank semata-mata merupakan tindakan pencegahan guna menghindari kredit yang ada menjadi bermasalah yang akhirnya
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan bank.
53
Hasil wawancara dengan bapak Marlon Sinaga, selaku Unit Manager DSP Petisah, Tanggal 9 Oktober 2013.
Universitas Sumatera Utara
Akibat yang ditimbulkan dari penurunan kualitas kredit ini adalah kredibilitas debitur dimana pihak bank lain juga mendapat perhatian apabila akan
mengajukan fasilitas pinjaman di bank lain. Penurunan kualitas sebenarnya suatu rambu-rambu yang diberikan oleh pihak bank yang bersangkutan terhadap debitur
akibat kurang lancarnya didalam pembayaran bunga dan pokok pinjaman.
54
Penyelesaian yang ditempuh oleh Bank Danamon Simpan Pinjam Unit Petisah terhadap debitur bermasalah mengacu pada peraturan Bank Indonesia,
penyelesaian tersebut itu sendiri tidak melulu sesuai dengan kriteria penyelesaian yang dianjurkan Bank Indonesia melainkan disesuaikan dengan kondisi yang ada
dengan tidak melewati batas-batas yang telah ditetapkan atau dapat dikatakan disini perbedaan hanya pada istilah saja sedang substansi penyelesaian adalah
sama. Tindakan penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan oleh DSP Unit
Petisah disini adalah dengan melakukan tindakan restrukturisasi pinjaman, pengalihan fasilitas dan pelunasan sebagian atau seluruhnya.
Tindakan bank dalam usaha menyelamatkan dan menyelesaikan kredit bermasalah akan sangat bergantung pada kondisi kredit yang bermasalah itu
sendiri. Untuk menyelamatkan dan menyelesaikan kredit bermasalah yang ditempuh Bank Danamon Simpan Pinjam:
55
a. ReschedulingPenjadwalan Kembali
54
Hasil wawancara dengan bapak Marlon Sinaga, selaku Unit Manager DSP Petisah, Tanggal 9 Oktober 2013.
55
hasil wawancara dengan bapak Juanto Padang, selaku Regional Head Risk Management, Tanggal 14 Oktober 2013.
Universitas Sumatera Utara
Rescheduling merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikan kepada debitur. Cara ini dilakukan jika
ternyata pihak debitur berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan account officer bank tidak mampu untuk memenuhi kewajiban
dalam hal pembayaran kembali angsuran pokok maupun bunga kredit. Rescheduling adalah penjadwalan kembali sebagian atau seluruh
kewajiban debitur.Hal tersebut disesuaikan dengan proyeksi arus kas yang bersumber dari kemampuan usaha debitur yang sedang mengalami kesulitan.
Penjadwalan tersebut bisa berbentuk: 1.
Memperpanjang jangka waktu kredit 2.
Memperpanjang jangka waktu angsuran, misalnya semula angsuran ditetapkan setiap 3 bulan kemudian menjadi 6 bulan
3. Menurunkan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan
perpanjangan jangka kredit. Pada kasus ini debitur C mengalami kredit macet, sehingga debitur ini
sudah tidak bisa memenuhi kewajibannya dalam hal mengurangi pinjaman pokok maupun bunganya. Awalnya debitur ini mengajukan pinjaman dalam
bentuk modal kerja, berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh bank, debitur dapat memenuhi kriteria dalam mendapatkan fasilitas kredit.
56
Dari analisa keuangan yang ada, berdasarkan rekening koran dari bank lain yang disampaikan oleh debitur dapat diketahui bahwa kegiatan bisnis yang
ditekuni oleh debitur berjalan dengan baik karena tercermin dalam perputaran
56
Hasil wawancara dengan bapak Marlon Sinaga, selaku Unit Manager DSP Petisah, Tanggal 21 Oktober 2013, pernah terjadi kemacetan kredit pada Desember 2010 di DSP Petisah.
Universitas Sumatera Utara
keuangan debitur. Namun kenyataannya ternyata debitur yang bersangkutan sebenarnya bermasalah, sebelum mengajukan pinjaman ke DSP Unit Petisah
debitur merupakan nasabah pinjaman di bank lain yang sudah macet. Dari informasi yang disampaikan oleh debitur sendiri setelah kreditnya macet oleh
bank terdahulu dibuatkan rekening yang baru yang mampu mencerminkan usaha yang baik, hal ini memungkinkan bank yang memiliki peluang
membuatkan rekening yang tidak aktif menjadi aktif karena pada saat itu sistem pelaporan nasabah pada Bank Indonesia belum dilakukan secara online
sehingga DSP Unit Petisah tidak bisa melakukan checking pada Bank Indonesia.
Debitur C ini merupakan pengusaha yang bergerak dibidang usaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar SPBU. Usaha SPBU sampai saat ini masih
berjalan lancar, namun karena ada itikad yang kurang baik dari pihak debitur mengakibatkan pinjaman debitur di bank mengalami masalah. Untuk itu pihak
bank melakukan negoisasi dalam penyelesaian kreditnya, pada mulanya debitur sempat mengembalikan pinjamannya sebesar Rp. 130.000.000,- dari pinjaman
pokoknya Rp. 200.000.000,- namun setelah pembayaran yang pertama tersebut dilakukan setelah itu tidak ada penyelesaian selanjutnya yang dilakukan oleh
debitur, akibatnya pinjaman yang semula seharusnya bisa terselesaikan akhirnya semakin membengkak karena sistem bunga masuk ke pokok.
Dari jaminan yang diserahkan kepada pihak bank sebenarnya mempunyai marketability yang baik karena jaminan yang diserahkan berupa
tanah dan bangunan yang diatasnya berdiri usaha debitur yaitu SPBU.
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian yang ditawarkan oleh DSP Unit Petisah setelah pembayaran yang pertama adalah dengan pembayaran pokok dan bunga secara
bertahap disetujui oleh debitur, namun dalam kenyataannya dari debitur ini ternyata tidak menepati janjinya untuk melakukan pengurangan pinjamannya.
Alasan yang disampaikan debitur dalam penundaan pembayaran adalah karena menunggu proyek yang akan dikerjakannya, sehingga pihak bank melakukan
penentuan waktu dalam penyelesaiannya berdasarkan waktu proyek yang disyaratkan oleh debitur namun sampai pada saatnya ternyata debitur tidak
segera menyelesaikannya dengan alasan dana proyek belum turun. Pihak bank sendiri dalam menghadapi debitur semacam ini dengan melakukan kunjungan
ke rumah debitur dan melakukan hubungan per telepon dengan maksud agar secara moral antara debitur dan pihak bank masih terjadi komunikasi.Selain itu
peluang penyelesaian melalui jalur non litigasi yang ditawarkan oleh pihak bank masih terbuka dalam penyelesaiannya karena usaha SPBU debitur masih
berjalan dengan baik, dengan demikian secara keuangan debitur masih mempunyai kemampuan untuk menyelesaikannya.
b. Reconditioning
Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi
persyaratan yang semula disepakati bersama pihak debitur dan bank yang kemudian dituangkan dalam perjanjian kredit. “Perubahan kondisi kredit dibuat
Universitas Sumatera Utara
dengan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi oleh debitur dalam pelaksanaan proyek atau bisnisnya”.
57
Pada kasus ini permasalahan debitur B yang ada dikarenakan kesalahan dan kekurang hati-hatian dalam mengelola usaha gula, dilihat dari prospek
usahanya yang dilihat dari kunjungan usaha dan perputaran modalnya di bank menunjukkan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik, hal itu dapat
dimaklumi karena selama ini pengiriman gula yang dilakukan oleh debitur B cukup baik mengingat pembeli gula tersebut Perusahaan Kecap Cap Angsa
yang memungkinkan melakukan pembayaran gula secara tepat waktu dan kapasitas permintaan yang cukup. Debitur B sendiri di dalam mengelola
usahanya dilakukan secara tradisional dan hanya dibantu keluarganya. Pengambilan dan pengumpulan gula dilakukan dengan bekerjasama dengan
petani-petani gula disekitar tempat tinggalnya yang telah menjadi langganannya, jadi dapat dikatakan debitur B hanya sebagai pengumpul saja
karena tidak mempunyai lahan sendiri untuk menunjang usahanya, debitur B juga memiliki usaha sampingan pembuatan kecap dengan bahan dasar gula
tebu miliknya yang tidak bisa dikirim ke Perusahaan Kecap Cap Angsa karena kualitasnya tidak sesuai dengan yang dipesan. Usaha pembuatan kecap tersebut
dapat berjalan meskipun kapasitas produksinya terbatas dan hanya dipasarkan dilingkungan tempat tinggalnya.
58
57
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Bandung, 2001, hal. 87.
58
Hasil wawancara dengan bapak Marlon Sinaga, selaku Unit Manager DSP Petisah, Tanggal 25 Oktober 2013, pernah terjadi kemacetan pada akhir Maret 2009 di DSP Petisah.
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan yang kemudian melilit debitur B ini dikarenakan kualitas gula tebu miliknya tidak dapat dipertahankan sesuai dengan pesanan dari
Perusahaan kecap Cap Angsa, yang akhirnya oleh perusahaan tersebut, debitur B tidak lagi dipakai sebagai pemasok gula tebu sehingga debitur B dalam usaha
gulanya menginduk pada pengusaha gula tebu lainnya yang masih dipercaya oleh Perusahaan Kecap Cap Angsa dalam memenuhi kebutuhan gulanya.
Pemutusan kerjasama ini selain berakibat pada terganggunya kegiatan usaha gula debitur, hal ini tercermin pada perputaran keuangan debitur pada rekening
koran miliknya, kapasitas produksi gula tebu yang sedikit serta usaha sampingannya yang tidak bisa berkembang dengan baik tidak mendukung
mutasi pada rekening. Melihat kondisi usaha gula tebu dan kecap yang dikelolanya ternyata tidak membuahkan hasil dan berdasarkan pemantauan
cabang melalui kegiatan mutasi keuangan pada rekening yang cenderung menurun tetapi pemakaian pinjaman selalu terpakai semua membuat cabang
mengambil langkah-langkah pencegahan. Dari hasil pemantauan tersebut, cabang segera melakukan kunjungan
usaha untuk mengetahui dan melihat sejauh manna usaha debitur B masih berlangsung, dari hasil kunjungan usaha dan pengecekan pada sesama
pengusaha gula tebu, ternyata diketahui bahwa kegiatan usaha gula tebu milik debitur memang mengalami kemunduran karena kualitas yang ada tidak sesuai
dengan yang diinginkan. Dari hasil kunjungan usaha itu kemudian dilakukan analisa usaha, sebelum dilakukan analisa usaha dari cabang melakukan
negoisasi untuk mencari jalan keluar bagi debitur, hal ini dimaksudkan agar
Universitas Sumatera Utara
baik debitur maupun penentu kebijakan perkreditan dalam membuat suatu keputusan kredit dapat memahami secara jelas tentang kemampuan, prospek
dan keuangan debitur sehingga resiko yang akan timbul dikemudian hari dapat ditekan seminimal mungkin.
Berdasarkan analisa tersebut kemudian dilakukan pengalihan fasilitas sebagian menjadi fasilitas angsuran, hal ini dilakukan untuk meringankan
beban debitur daripada harus dilakukan pengembalian baik sebagian maupun keseluruhan, selain itu dengan pengalihan fasilitas ini mengurangi beban bunga
yang akan dibayarkan oleh debitur, dibanding saat fasilitas tersebut masih berupa pinjaman rekening koran.
c. Restructing
Secara umum tujuan dilakukannya restrukturisasi kredit adalah meningkatkan kemampuan debitur dalam membayar pokok dan bunga
jaminan. Dalam melakukan restrukturisasi kredit adalah meningkatkan kemampuan debitur dalam membayar pokok dan bunga jaminan. Dalam
melakukan restrukturisasi kredit hal yang harus diperhatikan adalah prospek usaha dan itikad baik debitur. Prospek usaha dapat dinilai dengan melihat
potensi perusahaan untuk menghasilkan net cash inflow yang positif dan prospek market dari produk atau jasa yang dihasilkan. Sedangkan itikad baik
debitur dapat dilihat dari antara lain kemauan dan kesediaan debitur dalam melakukan negosiasi dengan kreditur, memikul beban kerugian yang akan
ditetapkan sebagai hasil negosiasi dan mempunyai atau akan menyampaikan rencana restrukturisasi untuk dibahas dengan kreditur.
Universitas Sumatera Utara
Restrukturisasi disebut sebagai langkah atau upaya reaktif apabila dilakukan bagi kredit yang mengalami kesulitan pembayaran pokokbunga.
Sedangkan restrukturisasi disebut sebagai upaya preventif apabila kredit masih tergolong lancar namun diperkirakan akan mengalami kesulitan pembayaran
angsuran pokokbunga. Pada kasus debitur D, permasalahan yang dihadapi debitur adalah
kurang lancarnya perputaran keuangan disebabkan karena piutang dari debitur banyak yang tidak terbayar. Pada awalnya debitur D ini mempunyai usaha
grosir makanan kecil, sistem pemasarannya dengan kelilingan yang dilakukan oleh para salesnya usaha tersebut berjalan dengan baik karena memiliki agen-
agen lama. Usaha tersebut mulai menurun pada saat banyak saingan usaha sejenis yang melakukan ekspansi ke desa-desa dimana pemasarannya juga pada
agen-agen yang sama. Agen-agen yang semula lancar dalam pembayaran hutangnya menjadi terhambat dengan adanya pembelian barang-barang
makanan kecil lainnya yang lebih beragam.Mundurnya pembayaran itu berakibat keuangan debitur terganggu sehingga kewajiban terhadap bank juga
terhambat.Pihak bank melihat kenyataan bahwa kondisi yang dihadapi oleh debitur sangat sulit untuk bisa melakukan pengembalian hutangnya, langkah-
langkah yang diambil oleh pihak bank adalah dengan melakukan analisa usaha, namun kondisi debitur ternyata tidak memungkinkan untuk mengembalikan
seluruh pinjamannya. Pihak bank juga melakukan tindakan somasi kepada debitur yang bersangkutan selain tindakan penagihan, dan dalam negoisasi
debitur diberi beberapa pilihan untuk mengurangi pinjamannya. Tindakan
Universitas Sumatera Utara
tersebut didasarkan ada hasil analisa terakhir terhadap aktivitas usaha dan kondisi keuangan debitur. Pada saat bersamaan ada program pemerintah dalam
hal ini KP2LN Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang dan Lelang Negara untuk melakukan pengalihan terhadap debitur-debitur bermasalah, DSP Unit
Petisah kemudian menyerahkan debitur tersebut dalam penyelesaian kreditnya pada KP2LN.
59
Apabila pada saat yang diperjanjikan Debitur tidak mengembalikan kredit yang telah diperjanjikan, maka kreditur dapat menggunakan sertifikat
Hak Tanggungan untuk mengeksekusi obyek jaminan Hak Tanggungan tersebut guna mengambil pelunasan piutang. Pemberian Hak Tanggungan yang
harus didaftarkan pada Kantor Pertanahan, ini adalah sesuai dengan “asas
publisitas” sebagai salah satu sendi Hak Tanggungan, dengan dicatatnya pemberian Hak Tanggungan itu, maka terciptalah hak ini serta berlaku pihak
ketiga. Dan apabila tanah yang dijadikan jaminan belum bersertifikat, tanah tersebut wajib disertifikatkan lebih dahulu sebelum dilakukan pendaftaran Hak
Tanggungan yang bersangkutan. Setelah proses pendaftaran Hak Tanggungan selesai, maka Kantor Pertanahan menerbitkan sertifikat Hak Tanggungan.
Sertifikat tersebut memuat irah-irah dengan kata- kata “Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan dengan demikian mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. Jadi, irah-irah yang dicantumkan pada sertifikat Hak Tanggungan dimaksudkan untuk menegaskan adanya kekuatan
59
Hasil wawancara dengan bapak Marlon Sinaga, selaku Unit Manager DSP Petisah, Tanggal 4 November 2013, pernah terjadi kemacetan kredit pada Juli 2009 di DSP Petisah.
Universitas Sumatera Utara
eksekutorial pada sertifikat Hak Tanggungan. Sertifikat Hak Tanggungan akan disimpan oleh pihak bank dan kepada debitur diberikan tanda terima dari bank
sebagai bukti penyerahan sertifikat tanah oleh peminjam kepada bank. Setelah beberapa hal yang disyaratkan dalam perjanjian kredit dipenuhi oleh debitur,
maka kreditpembiayaan bisa cair dan diterima debitur. Dalam hal demikian perjanjian kredit sudah mulai dilaksanakan dengan segala akibatnya sesuai
dengan kesepakatan. Selanjutnya pihak bank mengadakan pengawasan dan pembinaan yang seksama kepada nasabahnya terhadap perjanjian kredit yang
telah disetujui tersebut. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak bank baik bersifat aktif maupun pasif. Bank Indonesia tidak memberikan aturan maupun
pedomanpetunjuk kepada
Bank Umum
maupun BPR
mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu dan dapat ditempuh oleh Bank Umum
maupun BPR apabila perusahaannya menghadapi kredit bermasalah. Ini berarti bahwa Bank Indonesia menyerahkan kepada masing-masing pimpinan bank
untuk menentukan kebijaksanaannya sendiri dalam menyelesaikan kredit bermasalah.
60
Dalam prakteknya cara yang ditempuh Bank Danamon Simpan Pinjam Unit Petisah dalam menyelesaikan kredit bermasalah, yaitu:
61
a. Melalui penjualan objek Hak Tanggungan di bawah tangan
Hal ini lebih menguntungkan karena bisa diperoleh harga yang lebih tinggi serta proses dan prosedurnya tidak berbelit-belit.
60
Wawancara dengan bapak Juanto Padang,selaku Regional Head,Tanggal 11 November 2013.
61
Hasil wawancara dengan bapak Juanto Padang, selaku Regional Head Risk Management, Tanggal 14 November 2013.
Universitas Sumatera Utara
b. Melalui Kantor Lelang
Danamon Simpan Pinjam Unit Petisah meminta langsung kepada kantor untuk menjual objek hak tanggungan yang bersangkutan dalam pelelangan
umum di pihak DSP Unit Petisah mengambil pelunasan piutangnya dari hasil lelang kemudian dilakukan pembersihan pada jaminan, dilakukan
pencoretan buku dan sertifikat Hak Tanggungan oleh Kantor Pertanahan. c.
Melalui Badan Peradilan DSP Unit Petisah mengajukan gugatan untuk memperoleh keputusan
pengadilan yang menyelesaikan dan menangani kredit bermasalah yaitu peradilan umum melalui gugatan perdata dan peradilan niaga melalui
gugatan kepailitan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN