Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, TAP MPR, Undang-undang, dan peraturan pelaksana lainnya.
18
B. Sifat Perjanjian Kredit Bank
Jika menelaah bentuk-bentuk perjanjian baik dalam KUHD maupun dalam KUH Perdata, maka tidak dapat ditemukan jenis perjanjian kredit bank beserta
pasal-pasal yang mengatur bentuk hubungan hukum perjanjian atau Lembaga Perjanjian Kredit Bank. Oleh karena itu para pakar mengemukakan pendapatnya
mengenai sifat hukum, atau struktur hukum Perjanjian Kredit Bank.
Marhaenis Abdul Hay dalam bukunya Hukum Perdata, berpendapat
bahwa perjanjian kredit mendekati pada pengertian perjanjian pinjam mengganti yang diatur dalam KUH Perdata.Menurutnya bahwa perjanjian kredit identik
dengan perjanjian pinjam mengganti dalam Bab XIII KUH Perdata.
19
Pendapat para pakar lain mengenai hal ini, yaitu:
1. Pendapat Winedsheid
Menurutnya perjanjian kredit adalah perjanjian dengan syarat tangguh condition prestart, yang pemenuhannya bergantung pada peminjam
yakni kalau penerima kredit menerima dan mengambil pinjaman itu, hal itu seperti yang diatur dalam Pasal 1253 KUH Perdata.
2. Goudekte
Perjanjian kredit yang di dalamnya terdapat perjanjian pinjam uang adalah perjanjian yang bersifat konsensual pactum decontranendo
18
Dr. Neni Sri Imaniyati,S.H.,M.H., Op.Cit, hal. 139-141.
19
Sutan Remy Syahdaeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1999, hal.155.
Universitas Sumatera Utara
dan obligator. Perjanjian ini mempunyai kekuatan mengikat sesuai dengan Pasal 1338 KUH Perdata.
3. Loseccat Vermeer
Mengatakan bahwa pertama-tama pihak membuka perjanjian di mana pihak yang meminjamkan berkewajiban untuk menyerahkan uang dan
pihak peminjam berkewajiban untuk menerima uang. Pada saat itu diserahkan maka perjanjian itu “beralih” dan perjanjian untuk
meminjamkan uang menjadi perjanjian uang.
4. Asser Kleyn
Perjanjian pinjam uang selalu didahului oleh perjanjian pendahuluan voorovereen-komst, misalnya perjanjian kredit. Perjanjian kredit
adalah perjanjian pendahuluan dari perjanjian pinjam uang.
Dari beberapa pendapat para pakar tersebut, Mariam Darus Badrulzaman
mengelompokkan menjadi dua kelompok: 1.
Ajaran yang mengemukakan bahwa perjanjian kredit dan perjanjian pinjam uang itu merupakan “satu” perjanjian, sifatnya konsensual.
2. Ajaran yang mengemukakan bahwa perjanjian kredit dan perjanjian pinjam
uang merupakan “dua” buah perjanjian yang masing-masing bersifat konsensual dan riil.
Selanjutnya Mariam Darus Badrulzaman mengemukakan pemikirannya,
yaitu bahwa
perjanjian kredit
bank adalah
perjanjian pendahuluan
Universitas Sumatera Utara
voorovereenkomst dari perjanjian penyerahan uang.Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil permufakatan antara pemberi dan penerima kredit.
20
Munir Fuady mengemukakan bahwa sifat perjanjian kredit bukanlah
perjanjian pinjam pakai habis yang tunduk pada Pasal 1754 KUH Perdata melainkan merupakan kelompok perjanjian umum tidak bernama yang tuduk
pada ketentuan-ketentuan umum tentang perjanjian ditambah dengan ketentuan dalam pasal-pasal kontrak dan kebiasaan dalam praktik yurisprudensi.
Herlina mengemukakan bahwa perjanjian kredit merupakan perjanjian
konsensual, sedangkan pengakuan utang merupakan perjanjian riil.
21
Dapat dikemukakan bahwa perjanjian kredit bank merupakan perjanjian pendahuluan dari perjanjian peminjaman uang yang mempunyai sifat konsensual.
Sifat perjanjian konsensual ini menimbulkan konsekuensi hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur dan apabila terjadi sengketa antar bank dengan
nasabah, dapat dijadikan dasar lembaga hukum apa yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyelesaikannya.
22
Sifat Kredit Dikaitkan dengan Cara Penarikan Kredit
Terdapat berbagai macam sifat kredit yang biasanya dikaitkan dengan cara penarikan kredit. Secara garis besar terdapat dua cara penarikan, yaitu secara
aflopend dan dengan cara revolving. Akan tetapi, dalam perkembangannya pola tersebut menjadi berbagai variasi, misalnya penarikannya secara transaksional,
revolving per bacht, revolving plafond, dan lain-lain. Sedangkan jenis kredit
20
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit,hal. 30-35.
21
Munir Fuady, Op.Cit. hal. 40.
22
Dr. Neni Sri Imaniyati, S.H., M.H, Op.Cit,hal. 147.
Universitas Sumatera Utara
biasanya dikaitkan dengan tujuan penggunaan kredit. Secara garis besar, penggunaan fasilitas kredit untuk modal kerja kredit modal kerja dan untuk
investasi kredit investasi serta kredit untuk pembelian barang-barang konsumtif dan atau kegiatan seremonial yang dikenal dengan kredit konsumtif. Di samping
itu, terdapat pembagian jenis kredit lainnya, seperti cash loan dan non cash loan. Kredit modal kerja dapat juga digunakan untuk fasilitas pembiayaan modal kerja
untuk barang yang akan diekspor dan pembelian barang-barang untuk persediaan, yang mungkin barang tersebut dibeli dari luar negeri impor.
23
C. Ketentuan dan Persyaratan Umum Kredit