Kreativitas dan Brain Gym

37 dinilai berdasarkan beberapa kriteria. Penilaian secara keseluruhan berdasarkan kriteria tersebut Utami Munandar, 1995: 64. c Pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif. Cara ini dilakukan dengan mengamati orang ketika bertindak dalam situasi tertentu. Kelebihannya adalah paling akurat. Kekurangannya adalahjangka waktu lama, dan bersifat subyektif Utami Munandar, 2002: 84. Dari bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa cara mengukur kreativitas ada dua yaitu tes dan nontes. Tes dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1 tes mengukur kreativitas secara langsung, 2 tes mengukur unsur kreativitas, dan 3 tes mengukur ciri kepribadian kreatif. Sedangkan, nontes dibagi menjadi tiga, yaitu: 1 daftar periksa checklist dan kuesioner, 2 daftar pengalaman, dan 3 pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif. Tes mengukur kreatif secara langsung dibagi menjadi dua jenis bidang yaitu aptitude traits ciri kognitif dari kreativitas, dan non aptitude traits ciri afektif dari kreativitas. Selain itu, terdapat TTCT yang diramu Utami Munandar menjadi Tes Kreativitas Figural dan Tes Kreativitas Verbal dilengkapi dengan skala sikap kreatif dan penilaian anak oleh guru. Peneliti memutuskan untuk menggunakan tes mengukur unsur kreativitas karena mencakup unsur aspek dimensi kognitif kreativitas milik Jamaris.

3. Kreativitas dan Brain Gym

Otak terletak dalam batok kepala dan berlanjut ke bagian saraf tulang belakang medulla spinalis. Berat otak kurang lebih 1,4 kg atau 2 berat badan. 38 Anak yang baru lahir mempunyai 100-200 milyar neuron sel syaraf. Marin Diamond menyatakan bahwa neuron sel syaraf berkembang dengan kecepatan mengejutkan, antara 50.000-100.000 per detik selama pertumbuhan janin Given, 2007: 51. Neuron yang berjumlah milyaran tersebut memiliki fungsi seperti saklar. Neuron menyeimbangkan rangsangan yang diterima melalui berbagai indra dengan menggabungkan gambar abstrak dan tulisan atau kata Suyadi, 2014: 119. Selanjutnya, perkembangan otak usia 2 tahun, mencapai 75. Perkembangan otak usia 5 tahun mencapai 90. Perkembangan otak usia 10 mencapai 99. Perkembangan otak di atas usia tersebut semakin melambat. Perlu menunggu usia 18 tahun untuk mencapai 100 Gunawan, 2003: 57. Jensen 2008: 13-14 menyatakan bahwa seorang anak yang diterlantarkan memiliki berat otak 25 persen lebih sedikit daripada otak anak normal. Pengalaman negatif seperti ancaman, penelantaran, kekerasan menyebabkan stres dan IQ yang lebih rendah. Begitu pula mencela anak juga tidak dianjurkan. Hasil penelitian Canfield dalam Nasiruddin, 2010: 181 menunjukkan bahwa setiap anak rata-rata menerima sejumlah 460 komentar atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau dukungan. Pengalaman negatif ini bisa meningkatkan risiko keterbelakangan mental. Masa anak-anak adalah masa yang sensitif. Masa ini jangan sampai ada wilayah saraf yang tersia-siakan. Sebab, saraf otak anak terus berkembang pesat. Jensen 2008: 66 memberikan solusi untuk mengoptimalkannya, yaitu: a kegiatan fisik voluntary grass motor, b pembelajaran yang baru, menantang, dan penuh arti, c kesulitan yang logis tidak mengacaukan, d tingkat stres yang dikelola tidak bosan atau tertekan, e dukungan sosial, f nutrisi yang baik, dan g waktu yang 39 cukup. Salah satu solusi di atas yang memiliki kaitan erat dengan penelitian ini adalah kegiatan fisik voluntary grass motor. Beberapa studi yang ditemui Renzulli dalam Jensen, 2008: 178 menyatakan bahwa gerak badan mamalia meningkatkan produksi sel-sel otak baru yang fungsional dan meningkatkan kadar kalsium dalam darah. Kalsium dibawa ke otak yang daapat meningkatkan fungsi kognitif dan memori kerja. Kegiatan fisik merupakan aktivitas yang membuat anak mengetahui banyak hal. Sebab, pada dasarnya anak memiliki ciri yaitu keingintahuan curiosity yang lebih. Hal itu meningkatkan pengetahuan anak. Pengetahuan itu diramu di dalam otak sehingga anak semakin berpikir kreatif. Aktivitas ini sering dikaitkan dengan gerak anak. Pada dasarnya bergerak merupakan hal yang disenangi anak. Perasaan senang ini membuat anak lebih nyaman. Pangrazi dan Dauer 1981: 16 juga sepakat bahwa gerakan sederhana sebagai perkembangan fisik yang mampu memberikan kenyamanan sehingga anak mempunyai kesempatan untuk relaksasi. Relaksasi mempermudah anak mengeluarkan ide segar sehingga kreativitas anak meningkat. Selain keingintahuan, anak juga memiliki intensitas perhatian yang sedikit. Kebutuhan anak yang dapat diberikan guru adalah memberi aktivitas yang bervariasi dan penjelasan yang singkat saja Pangrazi Dauer, 1981: 14. Aktivitas yang bervariasi menambah ruang gerak anak. Peneliti memutuskan untuk menggunakan teknik keterampilan Berpikir Kreatif sebagai gerakan Brain Gym dalam penelitian ini. Teknik tersebut lebih sederhana dengan membagi dalam dua kondisi yaitu pada awal dan akhir pembelajaran dua kali dalam satu pertemuan. Hal ini disebabkan karena subyek 40 penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun. Anak usia 5-6 tahun memiliki intensitas gerak yang tinggi. Jika berlebih maka anak merasa lelah. Berikut teknik gerakan brain gym keterampilan berpikir kreatif anak usia 5-6 tahun.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berikut beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pertama, penelitian Silvia Lailatul Fani 2011: 97 yang menggunakan metode penelitian tindakan kelas tentang penggunaan metode Brain Gym untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Jumlah responden 11 anak. Penelitian ini memiliki tiga siklus dan menggunakan pre test-post test. Hasil siklus ketiga menunjukkan bahwa nilai post test lebih besar daripada nilai pre test. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan Brain Gym. Kedua, Khalsa, Guruchiter Kaur dan Sifft, Josie M. dalam Dennison Dennison, 2005: 73 melakukan studi yang melibatkan 52 anak yang dipilih dari kelas Pendidikan Khusus. Kelas tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen Brain Gym dan kelompok control. Kelompok Brain Gym memperlihatkan satu urutan gerakan, sementara kelompok kontrol terlibat dalam gerakan sembarang selama kurang lebih tujuh menit. Masa tanggap visual dari semua anak diuji sebelum dan sesudah melakukan gerakan-gerakan yang ditentukan. Hasilnya menunjukkan bahwa anak yang melakukan gerakan Brain Gym mengalami peningkatan sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan.