PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK ABA KERINGAN TURI SLEMAN YOGYAKARTA.

(1)

i

PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK ABA

KERINGAN TURI SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Kuni Mustafidah NIM 10111241032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul "PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK ABA KERINGAN, TURI, SLEMAN, YOGYAKARTA" yang disusun oleh Kuni Mustafidah, NIM 10111241032 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 26 Februari 2016 dan dinyatakan luius.

DEWAN PENGUJI

Penguji Utama Sekretaris Penguji Nama

Dr. Suwarjo, M. Si. Muthmainnah, M. Pd. Banu Setyo Adi, M. Pd. Eka Sapti C., MM., M. Pd.

Jabatan Tanda t。セ Ketua Penguji

C ...

:.<

....

cャZNセ

__----..!!1

Penguji Pendamping

Tanggal

Nセセl

NセENセNセN

NセjNサNセNセN

'I': "

....L ...

IV


(5)

v MOTTO

“Mens Sana in Corpore Sano”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Kedua orangtua.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa.


(7)

vii

PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK ABA

KERINGAN TURI SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh Kuni Mustafidah NIM 10111241032

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani melalui permainan tradisional pada anak kelompok B2 di TK ABA Keringan, Turi, Sleman, Yogyakarta. Kebugaran jasmani yang ditingkatkan ialah keseimbangan, kelincahan, dan kekuatan.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif dengan menggunakan model Kemmis & Mc Taggart. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B2 TK ABA Keringan sebanyak 21 anak yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik kasar. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan ingkling dan dingklik

oglak-aglik dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak kelompok B2 di TK ABA

Keringan Turi Sleman Yogyakarta. Peningkatan kebugaran jasmani tersebut dapat terlihat secara optimal dari hasil data observasi yang diperoleh pada setiap Siklusnya. Kondisi awal anak sebelum tindakan menunjukkan kebugaran jasmani anak yang masuk dalam indikator Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 1 anak dengan persentase sebesar 4,76%. Pada Siklus I peneliti memperkenalkan permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik terlebih dahulu kepada anak, kemudian memberikan contoh bermain ingkling dan dingklik oglak-aglik yang benar kepada anak, sehingga anak dapat memahami dan mempraktekkan dalam kegiatan pembelajaran melalui permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik, sehingga mengalami peningkatan sejumlah 11 anak dengan persentase sebesar 52,38%, karena belum mencapai indikator keberhasilan kemudian peneliti melakukan Tindakan pada Siklus II. Tindakan Siklus II peneliti memberi pengawasan khusus dan motivasi pada anak dengan memberi rewards serta permainan dikompetisikan secara berkelompok yang membuat anak menjadi lebih bersemangat, sehingga pada Siklus II ini berhasil meningkat yakni sejumlah 17 anak dengan persentase sebesar 80.95%. Hasil penelitian membuktikan bahwa permainan tradisional dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Kebugaran Jasmani melalui Permainan Tradisional pada Anak Kelompok B2 di TK ABA Keringan Turi Sleman Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD), Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Uiversitas Negeri Yogyakarta (UNY), Tahun Akademik 2015/2016.

Penyusunan skripsi ini dapat selesai dan berjalan dengan lancar berkat bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

2. Ketua Jurusan PAUD yang telah memberikan pengarahan dalam pengambilan tugas akhir.

3. Ibu Rina Wulandari, M. Pd. Penasehat Akademik (PA), yang telah memberikan dorongan dalam mengerjakan tugas akhir.

4. Bapak Dr. Suwarjo, M. Si dan ibu Eka Sapti C., MM., M. Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.


(9)

ix

5. Kepala TK ABA Keringan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Guru Kelompok B2 TK ABA Keringan yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Kedua orangtua dan kakak penulis yang telah memberikan dukungan moril dan materil.

8. Para sahabatku kelas A PGPAUD angkatan 2010, keluarga kos CT X pelem kecut, dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu

9. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka semua atas amal kebaikannya. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan dan semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, Maret 2016 Penulis


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... HALAMAN PENGESAHAN ... MOTTO ... PERSEMBAHAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Kebugaran Jasmani ... 1. Pengertian kebugaran jasmani ... 2. Komponen kebugaran jasmani ... 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi yang mempengaruhi

kebugaran jasmani ... 4. Karakteristik kebugaran jasmani anak kelompok B (5-6 tahun) ....

hal i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xv 1 6 6 7 7 7 9 9 10 16 18


(11)

xi

5. Alasan pentingnya meningkatkan kebugaran jasmani pada masa kanak-kanak ... B. Kajian Permainan Tradisional ... 1. Pengertian Permainan Tradisional ... 2. Jenis Permainan Tradisional ... 3. Manfaat Permainan Tradisional ... 4. Kelebihan dan kekurangan permainan tradisional ... C. Langkah Pembelajaran ... D. Penelitian Relevan ... E. Kerangka Pikir ... F. Hipotesis ... G. Definisi operasional ... BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... B. Tempat dan Waktu Penelitian ... C. Subyek Penelitian ... D. Desain Penelitian ... E. Rancangan Tindakan ... F. Metode Pengumpulan Data ... G. Instrumen Penelitian ... H. Teknik Analisis Data ... I. Indikator Keberhasilan ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 2. Data Awal Kemampuan Anak ... 3. Siklus I ... 4. Siklus II ... B. Pembahasan Penelitian ... C. Keterbatasan Penelitian ...

20 21 21 24 31 33 34 34 35 38 38 40 40 41 41 42 45 45 48 49 50 50 50 54 63 75 78


(12)

xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN...

80 81 82 85


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Observasi ... Tabel 2. Rubrik Penilaian mengenai Keseimbangan Ingkling ... Tabel 3. Rubrik Penilaian tentang Kekuatan Ingkling ... Tabel 4. Rubrik Penilaian mengenai Kelincahan Ingkling... Tabel 5. Rubrik Penilaian mengenai Keseimbangan Dingklik Oglak-aglik.

Tabel 6. Rubrik Penilaian tentang Kekuatan Dingklik Oglak-aglik ... Tabel 7. Rubrik Penilaian mengenai Kelincahan Dingklik Oglak-aglik ... Tabel 8. Kategori Persentase Kebugaran Jasmani Anak ... Tabel 9. Hasil Pengamatan Awal ………... Tabel 10. Rekapitulasi Data Pengamatan awal ... Tabel 11. Hasil Observasi Kebugaran Jasmani Anak Siklus I ... Tabel 12. Rekapitulasi Data Kebugaran Jasmani Anak Siklus I ... Tabel 13. Hasil Observasi Kebugaran Jasmani Anak Siklus II ... Tabel 14. Rekapitulasi Data Kebugaran Jasmani Anak Siklus II ... Tabel 15. Hasil Observasi Pratindakan, Siklus I dan Siklus II ... Tabel 16. Rekapitulasi data Kebugaran Jasmani Anak Pra Tindakan,

Siklus I dan Siklus II... hal

46 46 46 47 47 47 48 49 52 53 61 61 70 71 73 74


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir ... Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan ... Gambar 3. Grafik Persentase awal Kebugaran Jasmani Anak Pengamatan

Senin, 25 Mei 2015 ... Gambar 4. Grafik Persentase Kebugaran Jasmani Anak Siklus I ... Gambar 5. Grafik Persentase Kebugaran Jasmani Anak Siklus II ... Gambar 6. Grafik Kebugaran Jasmani Anak Pratindakan, Siklus I, dan

Siklus II ... hal

38 41 53 62 71 74


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan Validasi ………... Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ……… Lampiran 3. Hasil Penelitian ……….. ……… Lampiran 4. Rencana Kegiatan Harian ……… Lampiran 5. Skenario Kegiatan ………... Lampiran 6. Foto penelitian ……….

hal 86 88 92 100 126 134


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. pada masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial emosi, konsep diri, seni moral dan nilai-nilai agama, sehingga upaya perkembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Salah satu upaya tersebut dengan memberikan pendidikan anak usia dini. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuahan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Taman Kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang berada dijalur formal yang menyediakan program pendidikan bagi anak berumur 4 sampai 6 tahun yang bertujuan membantu mengembangkan berbagai potensi baik fisik dan psikis yang meliputi moral, agama, sosial emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik motorik, dan seni, untuk siap memasuki pendidikan selanjutnya. Selama dalam pendidikan TK anak memiliki kesempatan mengembangkan berbagai potensi kegiatan jasmani. Hal tersebut dinyatakan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


(17)

2

Nomor 0486/U/1992 Bab I pasal 2 ayat 1 bahwa “Pendidikan Taman Kanak -kanak merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai dengan sifat-sifat alamiah anak”.

Pada umumnya anak usia TK sangat aktif, anak-anak tersebut telah memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Pada anak usia TK, otot-otot besar lebih berkembang dari pada kontrol terhadap tangan dan kaki, sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan yang rumit. Oleh karena itu, kegiatan fisik sangat menyenangkan bagi anak-anak di usia tersebut. Lebih lanjut Suharjana (2013: 2), menjelaskan bahwa kebugaran jasmani berasal dari bahasa Inggris Physical Fitness yang secara harfiah berarti kesesuaian fisik atau kecocokan jasmani dengan jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan maka tingkat kebugaran jasmanipun akan semakin baik.

Latihan kegiatan jasmani pada anak usia TK dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak, kegiatan peningkatan kebugaran jasmani bisa dilakukan dengan kegiatan bermain di luar. Anak dapat melakukan beragam permainan yang dilakukan di luar ruangan dengan melakukan beragam gerakan fisik. Kemampuan fisik sangat berkaitan erat dengan jasmani anak terutama kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani yang baik dapat mengembangkan aktivitas gerak anak dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta konsep diri yang positif. Diperjelas oleh Santoso Giriwijoyo dan Didik Zafar Sidik (2012: 17), kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang menjadi kemampuan jasmani dasar


(18)

3

untuk dapat melaksanankan tugas yang harus dilaksanakan. Apabila kebugaran anak tidak meningkat dengan baik maka akan menumbuhkan rasa tidak percaya diri dan konsep diri negatif dalam melakukan gerakan fisik.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak adalah melalui kegiatan bermain. Melalui kegiatan bermain anak dapat bereksplorasi dan dapat mengembangkan kebugaran jasmani. Sebagaimana diketahui bahwa karakteristik bagi anak usia dini adalah bermain. Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Dengan bermain anak dapat bereksplorasi dan mengembangkan kebugaran jasmani, agar kebugaran jasmani pada anak usia dini dapat berkembang secara optimal maka dirancanglah berbagai bentuk permainan-permainan yang menarik bagi anak.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di TK ABA Keringan menunjukkan bahwa kebugaran jasmani anak belum terasah secara optimal karena masih kurangnya upaya guru dan strategi pembelajaran kurang tepat dan kurang menyenangkan dalam kegiatan untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak. Kegiatan untuk meningkatkan kebugaran jasmani kebanyakan dilakukan di dalam kelas antara lain dengan melempar kantong biji. Dari hasil observasi, dari 21 anak terdapat 12 anak yang masih belum mampu tepat sasaran dan belum mampu untuk menangkap kembali dalam sekali tangkapan, yang seharusnya untuk anak kelompok B sudah mampu tepat sasaran dengan jarak 2 meter, melemparkan benda ke atas dan menangkap kembali dalam sekali tangkapan,

Kemampuan lain yang harus dikuasai anak kelompok B adalah mampu untuk melompat bahkan hanya dengan menggunakan satu kaki tanpa jatuh. Hasil


(19)

4

observasi di lapangan masih banyak anak kelompok B yang belum mampu untuk berlari sambil melompat dengan seimbang tanpa jatuh. Kegiatan senam dijadwalkan setiap hari jumat pagi tetapi senam tidak pasti dilakukan setiap jumat. Pembelajaran lebih menekankan pada perkembangan bahasa dan motorik halus sehingga anak sering mengerjakan LKA atau membuat tugas menggunakan beberapa media sambil duduk sehingga kurang mestimulasi kebugaran jasmani. Setiap sebelum pembelajaran anak berbaris bersama-sama di halaman sekolah sesuai kelas, lalu menyanyikan lagu dengan bertepuk tangan dan jalan di tempat. Kemudian dilanjutkan ikrar, berdoa, salam lalu masuk kelas masing-masing sehingga kebugaran jasmani kurang terstimulasi secara optimal.

Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak yang dapat diaplikasikan oleh guru. Kebugaran jasmani anak akan lebih optimal jika lingkungan tumbuh kembang anak mendukung untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot (CRI, 2013: 17). Pendidik dapat membantu anak mengoptimalkan kebugaran jasmani anak salah satunya melalui permainan tradisional.

Menurut Direktorat Permuseuman (1998: 1) permainan tradisional mempunyai makna sesuatu (permainan) yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-menurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang bagi si pelaku. Contoh dari permainan tradisional yang beragam seperti ingkling, dingklik oglak-aglik, gobak sodor,


(20)

5

dan lain-lain. Berbeda dari Direktorat Permuseuman, Sukirman Dharmamulya, dkk, (2008: 8-9), menyebutkan bahwa permainan tradisional mengandung beberapa nilai yang dapat ditanamkan. Nilai-nilai tersebut antara lain rasa senang, rasa bebas, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh tanggung jawab, rasa patuh, rasa saling membantu yang kesemuanya merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan masyarakat.

Permainan tradisional memiliki beberapa kelebihan yaitu murah, dapat melestarikan budaya atau peninggalan nenek moyang, permainan tradisional anak-anak bisa melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan dan ketangkasan yang secara murni dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Lebih lanjut, permainan tradisional juga dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak karena sebagian besar permainannya membutuhkan ketahanan fisik yang baik dan dalam permainan tradisional anak dituntut untuk terampil menggerakkan badannya, sehingga anak dapat menyalurkan tenaganya secara terarah dan membuat kebugaran jasmani anak meningkat. Pada penelitian ini akan ditingkatkan kebugaran jasmani dalam hal keseimbangan, kekuatan dan kelincahan anak dalam gerakan dasar melompat. Hal tersebut disesuaikan dengan hasil observasi dimana kemampuan melompat anak masih kurang optimal. Salah satu caranya adalah melalui permainan tradisional ingkling dan dingklik oglak-aglik.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kebugaran Jasmani melalui Permainan Tradisional pada Anak Kelompok B2 di TK ABA Keringan, Turi, Sleman, Yogyakarta”.


(21)

6 B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran yang selama ini dilakukan kurang tepat dalam mengembangkan kebugaran jasmani anak.

2. Dari 21 anak terdapat 12 anak yang masih belum mampu tepat sasaran dan belum mampu untuk menangkap kembali dalam sekali tangkapan dengan jarak 2 meter.

3. Anak belum mampu untuk berlari sambil melompat dengan seimbang tanpa jatuh.

4. Kegiatan untuk meningkatkan kebugaran seperti senam yang dijadwalkan setiap hari jumat pagi, tetapi senam tidak pasti dilakukan setiap jumat.

5. Pembelajaran lebih menekankan pada perkembangan bahasa dan motorik halus, sehingga anak sering mengerjakan LKA atau membuat tugas menggunakan beberapa media sambil duduk sehingga kurang mestimulasi kebugaran jasmani.

6. Setiap sebelum pembelajaran anak berbaris bersama-sama di halaman sekolah sesuai kelas, lalu menyanyikan lagu dengan bertepuk tangan dan jalan di tempat. Kemudian dilanjutkan ikrar, berdoa, salam lalu masuk kelas masing-masing sehingga kebugaran jasmani kurang terstimulasi secara optimal. C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini ialah peningkatan kebugaran jasmani anak yaitu keseimbangan, kekuatan, dan kelincahan pada kelompok B2 TK ABA


(22)

7

Keringan Turi Sleman Yogyakarta melalui permainan tradisional yaitu ingkling

dan dingklik oglak-aglik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas maka dalam penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah yaitu:

“Bagaimana meningkatkan kebugaran jasmani melalui permainan tradisional pada anak kelompok B2 di TK ABA Keringan, Turi, Sleman, Yogyakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani melalui permainan tradisional pada anak kelompok B2 di TK ABA Keringan, Turi, Sleman, Yogyakarta.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah:

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan kebugaran jasmani melalui permainan tradisional. b. Memperoleh pengalaman langsung melalui permainan tradisional. 2. Bagi guru

a. Sebagai masukan bagi guru dalam membuat kegiatan bermain yang menarik bagi anak dalam setiap pembelajaran.

b. Sebagai solusi cara meningkatkan kebugaran jasmani melalui permainan tradisional pada anak kelompok B2 di TK ABA Keringan Turi, Sleman.


(23)

8 3. Bagi sekolah

Sebagai masukan bagi sekolah dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan kegiatan permainan tradisional yang akan digunakan oleh guru untuk mengembangkan kebugaran jasmani anak TK.

4. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan menjadikan bahan kajian untuk penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.


(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Kebugaran Jasmani 1. Pengertian kebugaran jasmani

Kebugaran jasmani berasal dari bahasa Inggris Physical Fitness yang secara harfiah berarti kesesuaian fisik atau kecocokan jasmani dengan jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Kebugaran jasmani disebut juga kesegaran jasmani atau kesemaptaan jasmani (Suharjana, 2013: 2). Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan maka tingkat kebugaran jasmanipun akan semakin tinggi. Kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang menjadi kemampuan jasmani dasar untuk dapat melaksanankan tugas yang harus dilaksanakan (Santoso Giriwijoyo dan Didik Zafar Sidik, 2012: 17). Berbeda dengan Santoso dan Didik, Depdiknas (2000: 53), kebugaran jasmani diartikan sebagai kesanggupan atau kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Sejalan dengan Depdiknas, menurut Rusli Lutan (2002: 62), kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2000: 2), kebugaran jasmani adalah kesegaran fisik yaitu suatu kemampuan seseorang dalam melakukan kerja sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih dapat melakukan kegiatan lainnya, sehingga bugar dapat disebut sebagai keadaan dimana seseorang benar-benar siap


(25)

10

melakukan kerja secara optimal tanpa timbul kelelahan yang berlebihan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani bagi anak kelompok B adalah kemampuan atau kesanggupan anak kelompok B untuk melakukan aktivitas fisik secara efektif dan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga masih memiliki cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas lain.

2. Komponen kebugaran jasmani

Kebugaran jasmani identik dengan aktivitas fisik yang memiliki komponen yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui seseorang dikatakan bugar atau tidak. Komponen tersebut berhubungan dengan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki tubuh manusia. Komponen ini biasa disebut komponen atau unsur kebugaran jasmani, komponen kebugaran jasmani ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan 1) Kekuatan otot (strength)

Menurut Djoko Pekik Irianto (2000: 33), kekuatan otot adalah kontraksi maksimal yang dilakukan oleh otot, dan digunakan untuk melawan beban dalam suatu usaha. Sejalan dengan Djoko, Suharjana (2013: 7), kekuatan otot adalah kemampuan sekelompok otot untuk melawan beban dalam satu usaha. Sedangkan menurut Rusli Lutan (2002: 63), kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan gerakan dengan usaha maksimum. Dari pendapat sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan otot melawan beban dalam satu usaha.


(26)

11 2) Daya tahan otot

Menurut Djoko Pekik Irianto (2000: 33), daya tahan otot merupakan kemampuan untuk kontraksi sub-maksimal secara berulang-ulang atau berkontraksi secara terus menerus dalam suatu waktu tertentu dalam jangka waktu yang cukup lama. Pendapat Djoko sejalan dengan Rusli Lutan (2002: 63), daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan gerak secara maksimum selama periode waktu tertentu. Berbeda dengan Djoko, Suharjana (2013: 7), mengatakan bahwa daya tahan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk bekerja melawan beban secara berulang. Sedangkan menurut Lynne Barick (2001: 5), daya tahan otot merupakan suatu bentuk aktivitas aerobik dengan melakukan gerakan-gerakan ringan seperti melompat-lompat, mengangkat lutut, dan menendang. Dari pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan serangkaian kerja dalam waktu tertentu. 3) Daya tahan kardiovaskuler

Menurut Rusli Lutan (2002: 63), daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan organ jantung dan paru-paru serta sistem peredaran darah untuk berfungsi secara efisien dalam tempo yang cukup tinggi selama periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Suharjana (2013: 7), daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan paru-jantung menyuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu yang lama. Dari pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien sehingga


(27)

12

semakin baik daya tahan paru-jangtung seseorang maka akan semakin baik juga kebugaran jasmaninya.

4) Fleksibilitas/ kelentukan

Menurut Rusli Lutan (2002: 63), fleksibilitas adalah ruang gerak dari berbagai sendi tubuh. Sejalan dengan Rusli Lutan, Suharjana (2013: 7), bahwa fleksibilitas/ kelentukan adalah kemampuan persendian untuk bergerak secara leluasa. Berbeda dengan kedua pendapat tadi, Santoso S. (1986: 1), berpendapat perkembangan kelenturan tubuh (flexibility development) adalah perubahan secara progresif pada otot dan kemampuan untuk melakukan gerak yang elastis yang diperoleh melalui interaksi antar faktor kematangan (Maturation) dan latihan

(Experiences) selama kehidupan yang dapat dilihat melalui perubahan/ pergerakan

yang dilakukan. 5) Komposisi tubuh

Menurut Suharjana (2013: 7), komposisi tubuh yaitu perbandingan seberapa banyak tubuh dengan lemak dan tubuh tanpa lemak yang dinyatakan dengan presentase lemak tubuh. Sejalan dengan Suharjana menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4), komposisi tubuh adalah perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak yang dinyatakan dalam presentase lemak tubuh.

b. Kebugaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan 1) Koordinasi (coordination)

Menurut Suharjana (2013: 8), koordinasi adalah perpaduan beberapa unsur gerak dengan melibatkan gerak tangan dan mata, kaki dan mata atau tangan, kaki dan mata secara serempak untuk hasil gerak yang maksimal dan efisien. Berbeda


(28)

13

dengan Suharjana, M. Sajoto (1988: 17), mengatakan koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda dalam pola gerakan tunggal secara efektif. Sejalan dengan M. Sajoto, Suharno HP ( 1978: 34), bahwa koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk merangkaikan beberapa unsur gerakan menjadi satu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya.

2) Kelincahan (agility)

Menurut Suharjana (2013, 8), kelincahan adalah kemampuan bergerak memindahkan tubuh untuk merubah arah dengan cepat dan tepat. Sejalan dengan Suharjana, M. Sajoto (1988: 17), mengatakan kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk merubah arah dan posisi di arena tertentu. Berbeda dengan kedua pendapat tadi, Dangsina (1984: 8), menggunakan istilah ketangkasan, yang mengandung pengertian sebagai kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan.

3) Kecepatan (speed)

Menurut Abdul Kadir Ateng (1992: 66), kecepatan adalah kemampuan individu untuk melakukan gerakan-gerakan yang berulang-ulang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Menurut Nuril Ahmadi (2007: 65), kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk mengerjakan atau melakukan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Muhajir (2007: 60), mengungkapkan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sejalan dengan ketiga pendapat tadi, Suharjana (2013: 7), bahwa kecepatan adalah


(29)

14

kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dari uraian pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak atau gerakan dengan secepat mungkin.

4) Keseimbangan (balance)

Menurut Suharjana (2013: 8), keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh yang tepat saat melakukan gerakan atau pada saat berdiri. Sejalan dengan Suharjana, Dangsina (1984: 10), mengatakan keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan yang bergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indra penglihatan, kanalis semisir-kularis pada telinga dan reseptor pada otot. Sedangkan Suharno HP (1978: 36), mendefinisikan keseimbangan sebagai kemampuan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan badan dalam berbagai keadaan agar tetap seimbang.

5) Daya ledak (power)

Menurut Wahjoedi (2000: 58), daya ledak atau power adalah kemampuan tubuh yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk bekerja secara eksplosif. Menurut Suharjana (2013: 7-8), daya ledak adalah kombinasi antara kekuatan dan kecepatan yang merupakan dasar dari setiap melakukan aktivitas. Daya ledak ialah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh (Suharno HP, 1978: 33). Sedangkan menurut M. Sajoto (1988: 17), daya ledak disebut juga Muscular


(30)

15

kemampuan maksimal yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. Jadi dari beberapa definisi di atas mengandung pengertian yang sama, bahwa seseorang dapat melakukan gerakan dengan kemampuan maksimal namun dalam waktu yang singkat bila dalam keadaan fit atau dengan kata lain kesegaran jasmaninya baik.

6) Ketepatan (accuracy)

Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat berupa suatu jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh. (M. Sajoto, 1988: 18). Suharno HP (1978: 350), menyebutkan ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan suatu gerak ke suatu sasaran sesuai dengan tujuannya. Orang yang mempunyai ketepatan yang baik dapat mengontrol gerakan dari satu sasaran ke sasaran yang lainnya.

7) Reaksi

Reaksi menurut Sajoto M. (1988: 18), adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera atau saraf lainnya. Sedangkan menurut Nurhasan (1986: 247), reaksi adalah interval waktu antara penerimaan rangsang dengan jawaban atau respon. Dari pendapat diatas maka seseorang yang memiliki reaksi yang baik akan dapat melakukan aktivitasnya dengan cepat setelah menerima rangsang yang diterima dari inderanya.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa komponen atau unsur kebugaran jasmani antara lain: kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan


(31)

16

kardiovaskuler, fleksibilitas/ kelentukan, komposisi tubuh, koordinasi

(coordination), kelincahan (agility), kecepatan (speed), keseimbangan (balance),

daya ledak (power), ketepatan (accuracy), dan reaksi. Dalam penelitian ini komponen atau unsur yang sudah diteliti adalah kekuatan (strength), kelincahan

(agility) dan keseimbangan (balance).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang, yang membedakan satu dengan yang lain:

a. Faktor makanan dan gizi

Menurut Suharjana (2013: 9), manusia memerlukan energi untuk melakukan aktivitas setiap hari. Energi dapat diperoleh dari makanan dengan proporsi karbohidrat 60%, lemak 25%, dan protein 15%. Sedangkan Djoko Pekik Irianto (2004: 7), menjelaskan syarat makanan sehat berimbang adalah makanan yang terdapat unsur-unsur seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air di dalamnya, agar tubuh dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

b. Faktor usia

Menurut dokter Sundardas (Suharjana, 2013: 10), kebugaran jasmani anak akan meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25 tahun dan kemudian setelah usia mencapai 30 tahun akan mengalami penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 1% tiap tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini hanya akan terjadi sebesar 0.1% tiap tahun. Berbeda dengan pendapat dokter Sundardas, Bambang Sujiono, dkk (2005: 1.15) yang menyatakan bahwa kemampuan seseorang anak untuk bergerak sehingga dapat meningkatkan


(32)

17

kebugaran jasmani tidak sama dengan anak lain walaupun usia anak sama. Hal tersebut tergantung pada latihan, rasa percaya diri, dan kematangan alat-alat tubuh.

c. Faktor jenis kelamin

Menurut Perry (Astrianto, 2011: 22-23), masing-masing jenis kelamin memiliki keuntungan yang berbeda khususnya pada kebugaran jasmani yang dimiliki. Dalam keadaan normal, perempuan memiliki keunggulan dalam menghadapi perubahan suhu yang terjadi secara tiba-tiba. Sedangkan laki-laki memiliki keunggulan dalam hal eksplorasi tenaga dan kecepatan. Sejalan dengan Perry, menurut Suharjana (2013: 10), tingkat kebugaran jasmani anak laki-laki dan anak perempuan berbeda karena kegiatan fisik yang mereka lakukan memiliki porsi yang berbeda. Namun sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki hampir sama dengan anak perempuan, hanya setelah pubertas anak laki-laki biasanya mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang jauh lebih tinggi.

d. Faktor istirahat

Menurut Djoko Pekik Irianto (2000: 6), istirahat dapat memperbarui sel yang rusak, selain itu dapat membuat badan segar kembali dan siap untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sejalan dengan Djoko Pekik Irianto, menurut Suharjana (2013: 9), istirahat diperlukan seseorang untuk memberikan recovery, sehingga dapat melakukan kerja sehari-hari dengan baik. Istirahat yang baik untuk orang dewasa adalah tidur selama 7-8 jam setiap hari, sedangkan untuk anak-anak bisa sampai 10 jam setiap hari.


(33)

18 e. Faktor genetik

Menurut Sharkey (Suharjana, 2013: 10), hereditas bertanggungjawab atas 25% hingga 40% dari perbedaan nilai volume maksimal O2 (VO2maks) yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Ditambahkan oleh Suharjana (2013: 10), gebetik berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, hemoglobin, dan otot.

f. Faktor latihan dan olahraga

Menurut Suharjana (2013: 9), olahraga merupakan salah satu alternative paling efektif dan aman untuk memperoleh kebugaran. Sedangkan menurut Dangsina (1984: 12), latihan fisik adalah suatu kegiatan fisik yang menurut cara atau aturan tertentu, yang mempunyai sasaran meningkatkan efisiensi faal tubuh, dan sebagai hasil terakhir adalah peningkatan kesegaran jasmani.

g. Faktor motivasi

Menurut Richard Decaprio (2013: 92-93), pemberian motivasi penting diberikan kepada anak saat pembelajaran kebugaran jasmani karena menjadi faktor penentu keberhasilan anak dalam menjalankan segala rangkaian dan proses pembelajaran untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak. Hal tersebut didukung oleh Bambang Sujiono (2005: 2.5) yang menyatakan bahwa guru harus bersabar dan selalu memberi motivasi, karena setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu komponen kebugaran jasmani.

4. Karateristik kebugaran jasmani anak kelompok B (5-6 tahun)

Kebugaran jasmani anak usia 5-6 tahun meningkat pesat sampai usia 25 tahun. Pada usia 5-6 tahun, anak-anak mulai mengembangkan


(34)

keterampilan-19

keterampilan baru dan memperbaiki keterampilan yang sudah dimilikinya sehingga memerlukan kebugaran jasmani yang baik. karateristik kebugaran jasmani anak pada kelompok B (5-6 Tahun) yaitu:

a. Anak dapat melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan,dan kelincahan; melakukan permainan fisik dengan aturan (Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang PAUD).

b. Berdiri dengan satu kaki selama 5 detik atau lebih, menguasai keseimbangan menurut Bredekamp & Copple (Bambang Sujiono, 2005: 15-16).

c. Melompat dengan 1 kaki, berdiri dengan kedua tumit dirapatkan, tangan disamping dengan seimbang (Bambang Sujiono, 2007: 1.15)

d. Anak dapat mengembangkan kekuatan otot yang disesuaikan dengan kebutuhan gerak anak, kemampuan anak dan metode latihan bersifat dinamis (Suharjana, 2013: 167).

e. Keseimbangan anak dapat dilihat sampai sejauh mana tubuh atau bagian tubuh anak dapat dipertahankan dalam posisi stabil, baik latihan dengan cara statis atau dinamis. Pengembangan keseimbangan statis: bertumpu satu/dua kaki atau tangan, sedangkan dinamis: loncat sambil berputar, meniti balok keseimbangan (Suharjana, 2013: 169).

f. Anak dapat merubah arah dengan cepat dan tepat ketika tubuh bergerak dalam rintangan (Suharjana, 2013: 151).

g. Melompat dengan aturan tempo yang memadai dan mampu memainkan permainan yang membutuhkan reaksi cepat menurut Bredekamp dan Copple (Tazdkiroatun Musfiroh, 2008: 71)


(35)

20

Berdasarkan uraian di atas, bahwa perkembangan kebugaran jasmani anak usia 5-6 tahun sangatlah pesat. Pada usia ini, anak mulai mengembangkan keterampilan-keterampilan baru dan memperbaiki keterampilan yang sudah dimilikinya. Perkembangan ini juga ditunjukkan oleh kekuatan, kelincahan dan keseimbangan yang baik seperti dalam dalam meniti balok titian/ papan titian, melompati berbagai objek, meloncat dengan baik, melompati tali, koordinasi gerakan tangan kaki dan mata. Kebugaran jasmani anak dapat meningkat dengan baik apabila anak mempunyai kesempatan untuk melalukan kegiatan yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani dengan stimulasi, bimbingan orang dewasa atau pendidik dalam menciptakan pembelajaran yang menarik dan beragam.

5. Alasan pentingnya meningkatkan kebugaran jasmani pada masa anak-anak

Masa anak-anak adalah masa yang sering disebut sebagai “masa ideal” untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak. Menurut Siti Aisyah (2008: 43-44), ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, di antaranya:

a. Tubuh anak-anak lebih lentur dari pada tubuh remaja atau dewasa sehingga anak-anak lebih mudah menerima pelajaran untuk meningkatkan kebugaran jasmani

b. Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya.

c. Secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil dari pada ketika dia sudah besar. Oleh karenanya mereka lebih berani mencoba sesuatu yang baru. Keberanian akan menimbulkan motivasi yang diperlukan anak untuk belajar.


(36)

21

d. Anak-anak sangat menyenangi kegiatan yang sifatnya pengulangan. Oleh karenanya, anak-anak akan bersedia mengulangi suatu pelajaran hingga otot-ototnya terlatih untuk melakukannya secara efektif.

e. Tanggung jawab dan kewajiban anak lebih kecil dari pada tanggung jawabnya ketika mereka semakin besar sehingga anak-anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar memiliki keterampilan motorik dan mereka tidak pernah bosan mengulanginya berkai-kali.

Berdasarkan dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kebugaran jasmani anak dapat teroptimalkan jika lingkungan tumbuh kembang anak mendukung untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot (CRI, 2013: 17). Pendidik dapat membantu anak mengoptimalkan kebugaran jasmani anak, salah satunya melalui permainan tradisional.

B. Kajian Permainan Tradisional 1. Pengertian permainan tradisional

Kata “permainan” berasal dari kata dasar “main” yang antara lain berarti melakukan perbuatan untuk bersenang-senang. Bermain merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh anak-anak dan dilakukan dengan rasa gembira dan dalam suasana menyenangkan. Suatu permainan harus bisa menciptakan atau menimbulkan rasa senang bagi pelakunya, apabila suatu permainan tidak bisa memberikan rasa senang bagi pemainnya maka tidak lagi disebut sebagai permainan (Purwaningsih Ernawati, 2006: 11). Menurut Battelheim (Hurlock, 1978: 322), Permainan dan olah raga merupakan permainan bagi anak kecil


(37)

22

karena menang atau bersaing tidak diperhitungkan, tujuannya hanya untuk kesenangan. Sedangkan menurut Tedjasaputra (2001: 8), bahwa hal yang penting dan perlu ada dalam kegiatan bermain adalah rasa senang dari individu yang ditandai dengan tertawa.

Permainan merupakan suatu hal yang banyak disukai kebanyakan anak. Anak-anak lebih mampu berbagi secara jujur dan terbuka mengenai perasaannya dalam sebuah permainan, menurut Hurlock (1978: 320), kegiatan bermain dalam permainan itu ada 2 yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif adalah bermain yang melibatkan aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan, sedangkan bermain pasif adalah bermain sebagai “hiburan”, menghabiskan sedikit tenaga.

Beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan seorang anak dengan rasa senang tanpa ada paksaan dari orang lain dan menimbulkan perasaan senang bagi yang melakukan permainan tersebut. Masing-masing kegiatan bermain tersebut di atas mempunyai sumbangan positif terhadap kebugaran jasmani anak, begitu juga dengan permainan tradisional selain memberi sumbangan positif terhadap kebugaran jasmani juga dapat melestarikannya.

Direktorat Permuseuman (1998: 1), tradisional mempunyai arti sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun menurun. Namun tradisional mempunyai arti pula menurut tradisi. Maka permainan tradisional mempunyai makna sesuatu permainan yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-menurun dan dapat memberikan rasa puas atau


(38)

23

senang bagi si pelaku. Senada dengan Direktorat Permuseuman, menurut Seagoe (Hurlock, 1978: 322), traditional game is a game that is passed to one generation to another in a particular culture. one game should undergo the test of time and

its generation. One that survives will be passed for a long time. (Permainan

tradisional adalah permainan yang diwariskan ke satu generasi ke generasi dalam budaya tertentu. Satu permainan harus menjalani ujian waktu dan generasi. Salah satu yang bertahan akan diteruskan untuk waktu yang lama). Contoh dari permainan tradisional yang beragam seperti gobak sodor, gangsingan, cinciripit

(petak umpet), egrang, benthik, bekelan, engklek, jamuran, dll. Dari dua pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional adalah suatu jenis permainan yang ada pada satu daerah tertentu yang berdasarkan kepada budaya daerah tersebut. Permainan tradisional biasanya dimainkan oleh orang-orang pada daerahnya tertentu dengan aturan dan konsep yang tradisional pada jaman dulu.

Menurut Ahmad Yunus (1981: 7), Permainan tradisional bukanlah hanya sekedar alat penghibur hati, sekedar penyegar pikiran atau sekedar sarana berolah raga tetapi memiliki berbagai latar belakang yang bercorak rekreatif, kompetitif, paedogogis, magis dan religius. Permainan tradisional juga menjadikan orang bersifat terampil, ulet, cekatan, tangkas dan lain sebagainya. Sejalan dengan pendapat tadi, Sukirman Dharmamulya, dkk (2008: 8-9), menyebutkan bahwa permainan tradisional mengandung beberapa nilai yang dapat ditanamkan. Nilai-nilai tersebut antara lain rasa senang, rasa bebas, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh tanggung jawab, rasa patuh, rasa saling membantu yang kesemuanya merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan masyarakat.


(39)

24

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional adalah permainan yang diwariskan secara turun menurun yang berfungsi sebagai alat hiburan dan alat untuk memelihara tradisi yang dapat memberikan sumbangan positif dalam kebugaran jasmani anak, dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua permainan yaitu permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik.

2. Jenis permainan tradisional

Menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 2.5), aktivitas fisik yang diberikan kepada anak harus bervariasi sehingga anak-anak merasa tertantang, selain itu aktifitas fisik tersebut tidak hanya menggerakkan badannya tetapi juga untuk bermain dan bergembira. Menurut Fad Aisyah (2014: 2), permainan tradisional sangat beragam bentuk dan jumlahnya, namun dapat dikelompokkan menjadi beberapa, yaitu:

a. Permainan tradisional dalam rumah, contohnya bekel, cublak-cublak suweng,

kecikan, congklak/dakon, dll.

b. Permainan tradisional luar rumah, contohnya gobak sodor, dhelikan,

kucing-kucingan, gatheng, ancak-ancak alis, jamuran, dll.

c. Permainan tradisional 17 agustusan, contohnya bakiak beregu, gepuk bantal,

balap karung, balap kelereng, dll.

d. Permainan tradisional outbond dan pramuka, contohnya bintang beralih,


(40)

25

Sedangkan menurut Sukirman Dharmamulya (2008: 9), permainan tradisional dikategorikan dalam tiga pola permainan yaitu

a. Bermain dan bernyanyi, dan atau dialog seperti ancak-ancak alis, bethet thing-thong, cublak-cublak suweng, jamuran, dhingklik oglak-aglik,

kucing-kucingan, layangan, dan sebagainya.

b. Bermain dan adu ketangkasan seperti bas-basan sepur, dhakon, macanan,

dan mul-mulan.

c. Bermain dan olah pikir seperti anjir, ingkling, benthik, dhul-dhulan,

jeg-jegan, layung, patil lele, dan sebagainya.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua permainan tradisional yaitu

ingkling dan dingklik oglak-aglik. Jika dikaitkan dengan kebugaran jasmani

permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik dapat mengembangkan kemampuan tubuh ketika dapat mempertahankan tubuh tidak goyang ataupun jatuh (keseimbangan), kaki dapat menompang tubuh sesuai aturan waktu tanpa jatuh (kekuatan) dan anak dapat berbalik arah atau bergerak dengan berpindah tempat menggunakan satu kaki (kelincahan). Berikut penjelasan dari permainan ingkling

dan dingklik oglak-aglik tersebut:

a. Ingkling

1) Asal usul permainan

Permainan ini berasal dari bahasa Belanda, yaitu Zondag dan Maandag.

Zondag berarti “Minggu” dan Maandag berarti “senin”. Permainan ini pada


(41)

26

pelafalan yang sulit dilakukan secara tepat, orang Jawa melafalkan “Sunda Manda”. Di daerah Yogyakarta, permainan ini disebut engklek atau ingkling.

2) Waktu dan tempat permainan

Permainan ini dapat dilakukan pada pagi, siang, maupun sore hari. Adapun tempat permainan adalah di area yang lapang dengan permukaan yang rata, seperti halaman rumah, lapangan, atau di tempat yang memungkinkan untuk dibuat garis yang membentuk lapangan permainan ingkling.

3) Peserta permainan

Peserta permaian minimal 2 orang, bisa seluruhnya anak laki-laki, atau seluruhnya anak perempuan, atau anak laki-laki dan anak perempuan bergabung dalam satu permainan.

4) Peralatan permaian

a) Gacuk

Gacuk yaitu alat yang dilemparkan ke kotak ingkling yang diinginkan. Gacuk

yang digunakan memiliki permukaan rata, contohnya pecahan genting. b) Arena permainan ingkling (karpet ingkling)

Arena permainan ingkling dapat berbentuk menyerupai kerangka kubus, jenis yang dipakai adalah ingkling biasa, ingkling setengah lingkaran, ingkling rok. 5) Aturan permainan

Aturan permaianan ingkling meliputi;

a) Permaianan dilakukan dengan melompat menggunakan satu kaki. Posisi kaki yang satu diangkat ke belakang.


(42)

27

b) Para pemain harus membuat arena permainan, dapat dilakukan dengan membuat gambar arena di tanah atau tempat luas dan datar lainnya.

c) Para pemain membuat kesepakatan bermain. Sebagai contoh, setiap pemain yang menginjak garis mati (tidak diperkenankan bermain) dan harus digantikan oleh pemain lainnya. Kesepakatan lainnya membuat “kuping” atau

telinga di sisi kotakan, apabila dua kotak tunggal sudah menjadi sawah. Aturan lain, apabila seorang pemain sudah menyelesaikan babak pertama (melempar gacuk) dilanjutkan dengan ingkling sambil membawa gacuk di telapak tangan. Jika bisa lolos, serta merta gacuk dilemparkan ke arah kotak yang masih kosong. Apabila ada di dalam kotak, maka si pemain itu mendapatkan satu sawah. Permainan dilanjutkan ke pemain giliran berikutnya.

6) Jalannya permainan

Setelah para pemain menyepakati dan memahami aturan bermain, maka dimulai dengan “sut” atau “hompimpah”. Anak yang menang pertama mendapat giliran bermain terlebih dahulu, kemudian disusul pemenang selanjutnya. Usai mengetahui urutan main, pemain urutan kedua dan selanjutnya menunggu giliran. Sebagai contoh terdapat 4 pemain, setelah diadakan “hompimpah”, pemain yang menang secara berurutan adalah D, B, A, dan C. Maka pemain D dapat memulai permainan.

Pemain D melemparkan gacuk pertama kali ke kotak tunggal yang paling dekat dengannya. Kemudian, pemain D mulai melompat ke kotak kedua dengan


(43)

28

berbalik hingga ke kotak kedua. Setelah itu pemain D harus mengambil gacuk dan kemudian melompat dari awal berdiri. Saat melalui kotak ganda kanan-kiri, pemain D boleh meletakkan kedua kaki. Namun jika kotak kembar tadi salah satunya sudah ada sawahnya, maka pemain juga harus ingkling. Jika pemain D lolos pada tahap awal, maka ia melanjutkan melemparkan gacuk ke kotak berikutnya dengan jalan permainan sama. Begitu pula ketika ia melemparkan kotak di kotak kembar, maka cara mengambil gacuk setelah ingkling sampai ujung dan kembali sejajar di kotak kembar itu. Setelah itu, pemain boleh mengambil gacuk dan melanjutkan permainan ke tempat awal.

Namun, apabila pada saat melemparkan gacuk ke kotak ketiga, misalnya, pemain D kurang tepat memposisikan gacuk (misalkan: keluar/ di tengah garis) maka pemain D dianggap mati. Sebelum pemain B memulai giliran, pemain D meletakkan gacuk miliknya ke kotak ketiga, yang salah lempar tadi. Kemudian pemain B memulai seperti yang dilakukan pemain D pada awal permainan. Apabila, pemain B dapat lolos sampai ujung, maka pemain tersebut dapat memulai permainan dari arah sebaliknya (arah atas). Pemain B memulai permainan dengan cara yang sama. Setiap ada gacuk baik miliknya sendiri maupun milik lawan, harus dihindari atau dilompati. Ketika pemain B dapat lancar bermain dan sukses sampai ujung, maka pemain berhak untuk bermain di tahap kedua.

Pada tahap kedua, pemain B memulai bermainan dari tempat bermain awal. Sebelumnya gacuk diletakkan di telapak tangan. Kemudian gacuk itu dilempar ke atas dan diletakkan di sebalik tangannya. Apabila gagal meletakkan, maka pemain


(44)

29

ketiga yakni pemain A menggantikkannya. Namun apabila berhasil, maka gacuk yang di sebalik telapak tangan itu terus dibawa sambil ingkling dari satu kotak ke kotak lainnya dan kemudian berbalik dengan langkah yang sama. Setelah berhasil, maka ia dari posisi awal dengan serta-merta melemparkan gacuk yang ada di sebalik telapak tangan tadi untuk dilempar ke arah kotak-kotak. Apabila gacuk

jatuh di dalam kotak, maka pemain B memperoleh sawah satu, yaitu di kotak tersebut. Lalu pemain lain menggantikan permainan. Jika pemain B sudah mendapat sawah, misalnya di kotak kedua, maka semua pemain lain tidak boleh menginjakkan kaki atau melemparkan gacuk di sawah tersebut. Sebab sawah itu sudah milik pemain B. Dengan perolehan sawah itu, maka jika pemain B mendapat bermain kembali, maka ia berhak menduduki sawah itu dengan kedua kaki, bukan lagi satu kaki (ingkling)

7) Fungsi permainan

Permainan ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi sebagai wadah untuk mempererat persahabatan Selain itu, permainan ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk membantu meningkatkan kemampuan sosial dan kebugaran jasmani anak baik ketangkasan, kelincahan, kekuatan, keseimbangan dan kejelian.

b. Dingklik oglak-aglik

1) Asal usul permainan

Salah satu jenis permainan tradisional anak-anak yang cara memainkannya meniru suatu bentuk bangku (dhingklik) yang terbuat dari kayu atau bambu yang tiangnya tidak bagus sehingga bila digunakan untuk duduk akan mudah goyah


(45)

30 2) Waktu dan tempat permainan

Permainan ini tidak memerlukan banyak waktu, sehingga dapat dilakukan kapan saja. Adapun tempat permaian adalah di tanah lapang.

3) Peserta permainan

Peserta permaian ini dapat tiga, empat, atau lima anak, tetapi jika untuk pertandingan diperlukan kelipatan kelompok (enam, delapan, atau sepuluh anak) bisa seluruhnya anak laki, atau seluruhnya anak perempuan, atau anak laki-laki dan anak perempuan bergabung dalam satu permainan.

4) Peralatan permaian

Alat permaian yang digunakan dalam permaian ini hanya menggunakan anggota tubuh pemain itu sendiri.

5) Aturan permainan

Aturan permainan dalam permainan dingklik oglak-aglik adalah apabila kaitan kaki sudah terlepas ketika lagu belum selesai dinyanyikan, maka selesai sudah permainan ini.

6) Jalannya permainan

Permainan ini dilakukan secara bertahap yaitu:

a) Tahap pertama, semua pemain berdiri berhadap-hadapan dengan tangan saling bergandengan. Sebagai contoh, terdapat 5 pemain yaitu A, B, C, dan D. b) Tahap kedua, B dan C menerobos ( mbrobos ) di bawah lengan A dan D,

sehingga para pemain berdiri dengan saling bertolak belakang dan tangan tetap bergandengan.


(46)

31

c) Tahap ketiga, setiap peserta mengangkat salah satu kakinya ke arah dalam lingkaran, kemudian masing-masing kaki saling dikaitkan untuk membentuk suatu posisi yang kokoh sehingga tidak akan mudah jatuh,

d) Tahap terakhir, tangan yang saling bergandengan dilepaskan, lalu kedua tangan bertepuk tangan. Para pemain melonjak-lonjak sambil bertepuk menyanyikan lagu tembang dingklik oglak-aglik.

Tembang dingklik oglak-aglik:

Pasang dhingklik oglak-aglik yen kecelik adang gogik,

yu yu mbakyu mangga dhateng pasar blanja, leh olehe napa,

jenang jagung enthok-enthok jenang jagung, enthok-enthok jenang jagung,

enthok-enthok jenang jagung.

b. Fungsi permainan

Permainan ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi sebagai wadah untuk mempererat persahabatan, selain itu permainan ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk membantu meningkatkan kemampuan sosial dan kebugaran jasmani anak baik kekompakan, kelincahan, kekuatan, dan keseimbangan.

3. Manfaat permainan tradisional

Menurut Lila Wijayanti Saputri (2013), beberapa manfaat secara umum dari permainan tradisional diantaranya adalah

a. Permainan anak selalu melahirkan nuansa suka cita. Dalam permainan tersebut jiwa anak terlihat secara penuh. Suasana ceria, senang yang dibangun senantiasa melahirkan dan menghasilkan kebersamaan yang menyenangkan.


(47)

32

Inilah benih masyarakat yang “guyub rukun” itu dimulai. Jarang sekali permainan yang berguna untuk dirinya sendiri.

b. Keguyuban itu dibangun secara bersama-sama. Artinya demi menjaga permainan dapat berlangsung secara wajar, mereka mengorganisir diri dengan membuat aturan main di antara anak-anak sendiri.

c. Keterampilan anak senantiasa terasah, anak terkondisi membuat permainan dari berbagai bahan yang telah tersedia di sekitarnya. Dengan demikian, kebugaran jasmani anak akan semakin terasah pula. Di pihak yang lain, proses kreatifitasnya merupakan tahap awal untuk mengasah daya cipta dan imajinasi anak memperoleh ruang pertumbuhannya.

d. Pemanfaatan bahan-bahan permainan, selalu tidak terlepas dari alam. Hal ini melahirkan interaksi antara anak dengan lingkungan sedemikian dekatnya. Kebersamaan dengan alam merupakan bagian terpenting dari proses pengenalan manusia muda terhadap lingkungan hidupnya.

e. Hubungan yang sedemikian erat akan melahirkan penghayatan terhadap kenyataan hidup manusia. Alam menjadi sesuatu yang dihayati keberadaannya, tak terpisahkan dari kenyataan hidup manusia. Penghayatan inilah yang membentuk cara pandang serta penghayatan akan totalitas cara pandang mengenai hidup ini (kosmologi). Cara pandang inilah yang kemudian dikenal sebagai bagian dari sisi kerohanian manusia tradisional. f. Melalui permainan masyarakat mulai mengenal model pendidikan

partisipatoris. Artinya, anak memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan jiwanya. Dalam pengertian inilah, anak


(48)

33

dengan orang tua atau guru memiliki kedudukan yang legaliter, sama-sama berposisi sebagai pemilik pengalaman, sekaligus merumuskan secara bersama-sama pula di antara mereka.

4. Kelebihan dan kekuranga permainan tradisional a. Kelebihan permainan tradisional

Permainan tradisional memiliki beberapa kelebihan yaitu: murah, dapat melestarikan budaya atau peninggalan nenek moyang, permainan tradisional anak-anak bisa melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan dan ketangkasan yang secara murni dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Selain itu, kebanyakan permainan tradisional dimainkan di ruang terbuka sehingga anak-anak terlibat secara langsung. Oleh karena itu spontanitas, sportifitas, kreatifitas anak lebih kelihatan, dan dapa meningkatkan kebugaran jasmani anak karena sebagian besar permainannya membutuhkan ketahanan fisik yang baik dan dalam permainan tradisional anak dituntut untuk terampil menggerakkan badannya, sehingga anak dapat menyalurkan tenaganya secara terarah dan membuat kebugaran jasmani anak meningkat.

b. Kekurangan permainan tradisional

Permainan tradisional juga memiliki kekurangan, yaitu: dibutuhkannya tempat yang cukup luas untuk mampu menampung anak-anak dalam membuat suatu permainan tertentu.


(49)

34 C. Langkah Pembelajaran

Langkah pembelajaran permainan dingklik oglak-aglik dan ingkling adalah sebagai berikut

1. Permainan dingklik oglak-aglik dan permainan ingkling dilakukan belainan hari secara bergantian yaitu pertemuan 1- 2 ingklin, pertemuan 3-4 dingklik

oglak-aglik, dan pertemuan 5-6 dingklik oglak-aglik dengan ingkling.

2. Anak-anak membantu guru menyiapkan alat dan bahan

3. Saat bermain ingkling anak-anak melakukan hompimpah untuk menentukan siapa yang bermain dahulu saat ingkling.

4. Anak bermain ingkling secara bergantian dan guru beserta peneliti mengamatinya dan memberi arahan.

5. Untuk permainan dingklik oglak-aglik peneliti memberikan penjelasan dan contoh terlebih dahulu kepada anak-anak, lalu anak-anak mencari pasangan 3-4 untuk membuat kelompok.

6. Berkumpul perkelompok dan memulai dengan bermain dingklik oglak-aglik. 7. Anak-anak bergandengan lalu berputar dan menyilangkan kaki, menguncinya

kemudian bernyanyi dingklik oglak-aglik dengan ingkling dan berputar. D. Penelitian Relevan

Penelitian dilakukan oleh Joko Pamungkas (2010), dengan judul “Identifikasi Dolanan Anak Tradisional untuk Meningkatkan Potensi Anak Usia Dini di RA Sunan Pandanaran Candi Sardonoharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengetahui potensi perkembangan anak melalui dolanan anak tradisional pada pembelajaran di


(50)

35

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya Taman Kanak-kanak (TK). Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian anak RA Sunan Pandanaran Candi Sardonoharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta kelompok B yang jumlahnya 25 anak. Pengumpulan data dilakukan menggunakan pengamatan dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan pembelajaran dolanan anak tradisional pada anak usia dini adalah guru belum sepenuhnya menyadari bahwa pembelajaran melalui dolanan anak tradisional mempunyai kelebihan-kelebihan. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengoptimalkan kompetensi guru dalam meningkatkan strategi pembelajaran. Penanaman keberanian anak dalam melakukan gerakan, nyanyian dan bertanya dalam pembelajaran dolanan anak tradisional dapat diatasi dengan teladan guru dan pembiasaan guru. Peningkatan tersebut nampak dalam keberanian melakukan gerakan dolanan, bernyanyi, mengemukakan pendapat, bertanya, mengatakan yang benar, memimpin doa, dan menyiapkan barisan. Peningkatan potensi anak dalam pembelajaran melalui

dolanan anak tradisional nampak pada kemampuan berbahasa, kemampuan

jasmani, daya cipta, sosial budaya, emosi, konsep diri. Peningkatan minat siswa ditandai dengan tidak nampak rasa takut dalam melakukan dolanan anak tradisional yang ada adalah gembira.

E. Kerangka Pikir

Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan maka tingkat kebugaran jasmanipun akan semakin tinggi. Kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang menjadi


(51)

36

kemampuan jasmani dasar untuk dapat melaksanankan tugas yang harus dilaksanakan (Santoso Giriwijoyo dan Didik Zafar Sidik, 2012: 17). Berbeda dengan Santoso dan Didik, menurut Depdiknas (2000: 53), diartikan sebagai kesanggupan atau kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Sejalan dengan Depdiknas, menurut Rusli Lutan (2002: 62), kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas.

Kebugaran jasmani anak usia 5-6 tahun meningkat pesat karena pada masa ini, anak-anak mulai mengembangkan keterampilan-keterampilan baru dan memperbaiki keterampilan yang sudah dimilikinya. Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang PAUD, anak dapat melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan,dan kelincahan; melakukan permainan fisik dengan aturan. Bredekamp & Copple (Bambang Sujiono, 2005: 15-16), menegaskan anak dapat berdiri dengan satu kaki selama 5 detik atau lebih, menguasai keseimbangan, sejalan dengan Bredekamp & Copple, Bambang Sujiono (2007: 1.15), mengatakan, anak dapat melompat dengan 1 kaki, berdiri dengan kedua tumit dirapatkan, tangan disamping dengan seimbang. Sedangkan menurut Suharjana (2013: 169), anak dapat merubah arah dengan cepat dan tepat ketika tubuh bergerak dalam rintangan. Pendapat ini didukung oleh Bredekamp dan Copple (Tazdkiroatun Musfiroh, 2008: 71), bahwa anak dapat melompat dengan aturan tempo yang memadai.


(52)

37

Hasil observasi dilapangan kebugaran jasmani anak ditingkatkan melalui kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, antara lain dengan melempar kantong biji, tetapi dari 21 anak 12 anak melemparkan kantong biji ke atas dan menangkap kembali masih belum tepat sasaran dan belum mampu untuk menangkap kembali dalam sekali tangkapan. Untuk melompat ke depan dan melompat ke samping anak kelompok B2 masih banyak yang belum mampu untuk melompat dengan menggunakan satu kaki tanpa jatuh. Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak, yang diaplikasikan oleh guru sehingga menarik perhatian anak, dalam penelitian ini peneliti menggunakan permainan tradisional. Permainan tradisional termasuk kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya dan banyak mengandung nilai-nilai budaya tertentu serta mempunyai fungsi melatih pemainnya melakukan hal-hal yang akan pentingnya nantinya bagi kehidupan mereka di tengah masyarakat (Sukirman Dharmamulya, dkk, 2008: 27). Permainan tradisional juga dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak karena sebagian besar permainannya membutuhkan ketahanan fisik yang baik dan dalam permainan tradisional anak dituntut untuk terampil menggerakkan badannya, sehingga anak dapat menyalurkan tenaganya secara terarah dan membuat kebugaran jasmani anak meningkat.

Dalam penelitian ini peneliti fokus pada kebugaran jasmani anak. Komponen yang digunakan dalam kebugaran jasmani yaitu keseimbangan, kekuatan dan kelincahan anak dalam gerakan dasar melompat melalui permainan ingkling dan


(53)

38

Untuk memperjelas dan mempertegas alur kerangka berpikir dalam penelitian ini menggunakan gambar 1.

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir F. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “kebugaran jasmani anak dapat ditingkatkan melalui permainan tradisional pada anak kelompok B TK ABA Keringan Turi Sleman Yogyakarta.”

G. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini bertujuan untuk membatasi dari kemungkinan meluasnya pengertian dan pemahaman terhadap permasalahan yang akan diselesaikan dan teori yang akan dikaji. Adapun definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Kebugaran jasmani anak

Kebugaran jasmani anak adalah kemampuan atau kesanggupan anak untuk melakukan aktivitas fisik secara efektif dan efisien tanpa menimbulkan kelelahan

Keadaan awal Tindakan

Kebugaran jasmani anak kelompok B2

di TK ABA Keringan belum

optimal dalam menstimulasi

Kegiatan bermain menggunakan

permainan tradisional

Hasil akhir

Peningkatan kebugaran jasmani anak kelompok B2

TK ABA Keringan


(54)

39

yang berarti, sehingga masih memiliki cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas lain. Kebugaran jasmani dapat ditingkatkan melalui latihan fisik baik secara dinamis atau statis dengan bantuan dari orang dewasa atau pendidik. Dalam penelitian ini komponen yang digunakan untuk membantu dalam meningkatkan kebugaran jasmani anak yaitu kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan.

2. Permainan tradisional

Permainan tradisional adalah suatu jenis permainan yang ada pada satu daerah tertentu yang berdasarkan kepada budaya daerah tersebut. Permainan tradisional biasanya dimainkan oleh orang-orang pada daerahnya tertentu dengan aturan dan konsep yang tradisional pada jaman dulu. Permainan yang dilakukan dalam penelitian ini untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak adalah permainan tradisional yaitu ingkling dan dingklik oglak-aglik.


(55)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas (Classroom Action

Research). Penelitian tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh

masyarakat dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi, antara peneliti dengan kelompok sasaran. Penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai salah satu strategi penyelesaian masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan menyelesaikan masalah. Seperti yang dijelaskan oleh McNiff (Suharsimi Arikunto dkk, 2006: 106), yang menyatakan bahwa dasar dari penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain, dilengkapi dengan fakta dan mengembangkan kemampuan analisis(Susilo Herawati dkk, 2011: 1). B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di TK ABA Keringan Turi yang beralamat di Jalan Raya Turi-Tempel, Turi, Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu penelitian:


(56)

41 C. Subjek Penelitian

Subjek merupakan posisi yang sangat penting, karena pada subyek itulah terdapat data tentang yang diteliti dan diamati oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini siswa kelompok B2 TK ABA Keringan Turi yang berjumlah 21 anak, dengan klasifikasi 11 anak laki-laki dan 10 anak perempuan.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah model yang dikemukakan Kemmis & Mc Taggart (Susilo Herawati, dkk, 2011: 12), yang merupakan untaian-untaian dengan satu kesatuan yang perangkatnya terdiri atas 4 komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. Keempat komponen tersebut dapat dikatakan menjadi satu Siklus. Desain penelitian mengembangkan dari model Kemmis & Mc Taggart, dapat diartikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:

Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan (Susilo Herawati, dkk 2011: 12) Keterangan:

1.Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan 2.Melaksanakan tindakan dan pengamatan atau monitorin 3.Merefleksi hasil pengamatan


(57)

42

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dirancang 2 Siklus tindakan sesuai dengan perkembangan siswa. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka Siklus tetap terus dilakukan, namun apabila indikator sudah tercapai maka Siklus dihentikan. Setiap Siklus terdiri dari empat tahapan seperti yang dijelaskan dalam Suharsimi Arikunto (2010: 84), yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Sehingga, satu Siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi atau evaluasi.

Peneliti melakukan observasi awal di B2 TK ABA Keringan Turi untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan kebugaran jasmani anak. Peneliti memperoleh informasi dari guru kelas dan melakukan pengamatan terhadap siswa di kelas B2. Setelah memperoleh informasi dari guru kelas dan melakukan pengamatan kepada siswa, diketahui bahwa kebugaran jasmani anak terbilang rendah. Oleh karena itu, peneliti menyusun rancangan tindakan yang digunakan sebagai upaya meningkatkan kebugaran jasmani anak.

E. Rancangan Tindakan

Berikut dijelaskan prosedur penelitian yang dilakukan: 1. Pra tindakan

Langkah awal, peneliti melakukan langkah pra tindakan sehingga berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan adapun langkahnya:

a. Peneliti berdiskusi dengan guru kelas di TK ABA Keringan Turi mengidentifikasi masalah kebugaran jasmani anak kemudian membuat kesepakatan untuk melakukan tindakan.


(58)

43

c. Melakukan pra tindakan yaitu dengan menilai kebugaran jasmani anak dengan melakukan observasi sebelum diberi tindakan berupa mainan tradisional.

2. Siklus a. Perencanaan

1) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) tentang materi yang diajarkan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. RKH disusun oleh peniliti dalam hal ini juga guru dengan pertimbangan dari teman guru dalam satu kelas tersebut. RKH ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

2) Peneliti mempersiapkan tempat yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan penelitian.

3) Peneliti menyiapkan pedoman observasi untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

4) Peneliti berkoordinasi dengan guru kelas tentang penyampaian materi.

5) Peneliti mempersiapkan materi atau media pembelajaran yang digunakan dalam tindakan pembelajaran.

b. Tindakan dan observasi

1) Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti membangun komunikasi awal dengan siswa agar siswa tidak tegang dalam mengikuti pembelajaran yang baru.


(59)

44

2) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran atau rancangan harian yang dilakukan, yang salah satunya menggunakan media pembelajaran permainan

ingkling dan dingklik oglak-aglik.

3) Peneliti memberikan semangat dan pujian kepada siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa.

c. Pengamatan

Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan catatan mengenai perkembangan siswa mengenai kebugaran jasmani. Peneliti mencatat dengan cermat apa yang terjadi selama proses pembelajaran agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan Siklus berikutnya.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Peneliti melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran sehingga bisa diketahui keberhasilan dan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan. Dilakukan dengan menganalisis hasil observasi serta berdiskusi dengan guru kelas terkait. Jika dalam Siklus ini peneliti sudah yakin dengan tindakan yang diberikan dan sudah mengalami peningkatan mengenai kebugaran jasmani anak berdasarkan kriteria dalam perencanaan maka penelitian selesai, namun jika belum meningkat maka diadakan Siklus 2 dengan tambahan cara bermain yaitu diadakannya kompetisi perkelompok.


(60)

45 F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 199-200), observasi atau sering disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Dalam penelitian ini alat observasi yang digunakan adalah lembar observasi. Observasi dapat dilakukan dengan cara:

a. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah observasi sistematis yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi dilakukan pada subjek yang dikenai tindakan.

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi sebagai instrument pendukung.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah catatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti dalam proses pembelajaran. Dalam observasi harus memiliki kisi-kisi terlebih dahulu yaitu aspek apa saja yang diamati.


(61)

46

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Observasi

No Nama

anak

Aspek yang diamati Ket.

Keseimbangan Kekuatan Kelincahan B S B B S H M B B B B S B B S H M B B B B S B B S H M B B B Keterangan:

BSB : Berkembang Sangat Baik MB : Mulai Berkembang BSH : Berkembang Sesuai Harapan BB : Belum Berkembang Tabel 2. Rubrik Penilaian mengenai Keseimbangan Ingkling

NO. SKOR DESKRIPSI

1 4 Anak dapat berdiri dan ingkling dengan satu kaki tanpa jatuh dan tidak mengijak kotak lawan, serta mampu membawa gacuk ditangan dua putaran.

2 3 Anak dapat berdiri dan ingkling dengan satu kaki tanpa jatuh, dan tanpa mengijak kotak lawan dalam satu putaran

3 2 Anak dapat berdiri dan ingkling dengan satu kaki tanpa jatuh dalam 1/2 putaran.

4 1 Anak tidak mampu berdiri dan ingkling dengan satu kaki.

Tabel 3. Rubrik Penilaian tentang Kekuatan Ingkling

NO. SKOR DESKRIPSI

1 4 Anak dapat menompang tubuh dengan satu kaki, lebih dua putar.

2 3 Anak dapat dapat menompang tubuh dengan satu kaki, satu putar.

3 2 Anak dapat dapat menompang tubuh dengan satu kaki, hanya sampai ½ putran pertama.


(62)

47

Tabel 4. Rubrik Penilaian mengenai Kelincahan Ingkling

NO. SKOR DESKRIPSI

1 4 Anak dapat mengangkat satu kaki dan langsung berbalik arah secara cepat dan tepat tanpa keluar dari petak, dan tidak goyang sehingga dapat ingkling kembali.

2 3 Anak dapat mengangkat satu kaki dan dapat berbalik arah tanpa keluar dari petak dan sesuai intruksi guru kemudian dapat

ingkling kembali.

3 2 Anak dapat mengangkat satu kaki dan belum dapat berbalik arah.

4 1 Anak tidak mampu mengangkat satu kakidan berbalik arah.

Tabel 5. Rubrik Penilaian mengenai Keseimbangan Dingklik oglak-aglik

NO. SKOR DESKRIPSI

1 4 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman tanpa jatuh sampai dua lagu.

2 3 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman tanpa jatuh sampai satu kali lagu atau sesuai instruksi guru.

3 2 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman tetapi di tengah lagu terjatuh.

4 1 Anak belum atau tidak bisa melintangkan satu kaki di kaki teman dan belum mau menyanyikan lagu.

Tabel 6. Rubrik Penilaian tentang Kekuatan Dingklik oglak-aglik

NO. SKOR DESKRIPSI

1 4 Anak dapat mempertahankan posisi permainan dingklik

oglak-aglik sampai dua kali lagu.

2 3 Anak dapat mempertahankan posisi permainan dingklik

oglak-aglik sampai satu kali lagu.

3 2 Anak tidak mampu mempertahankan posisi permainan dingklik

oglak-aglik sampai 1/2 lagu.


(63)

48

Tabel 7. Rubrik Penilaian mengenai Kelincahan Dingklik oglak-aglik

NO. SKOR DESKRIPSI

1 4 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman dan bergerak ke berbagai arah tanpa jatuh, tidak bergandengan tangan, sampai dua kali lagu.

2 3 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman dan bergerak di tempat tanpa jatuh, tidak bergandengan tangan, sampai satu kali lagu.

3 2 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman dan bergerak di tempat, dengan bergandengan tangan, sampai 1/2 lagu.

4 1 Anak belum atau tidak bisa melintangkan kaki di kaki teman dan bernyanyi.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian tindakan ini adalah memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, perubahan atau peningkatan seperti yang diharapkan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Adapun data kuantitatif adalah untuk mengetahui persentase kebugaran jasmani anak dengan media permainan ingkling dan dingklik

oglak-aglik menggunakan statistik. Kebugaran jasmani anak ditingkatkan melalui

permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik dengan membandingkan hasil observasi sebelum tindakan dan sesudah tindakan, dengan demikian akan diketahui hasilnya.

Untuk mengetahui peningkatan kebugaran jasmani anak digunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (2006: 102), presentase dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut.


(64)

49 Keterangan:

P = angka persentase

F = skor mentah yang diperoleh siswa N = skor maksimum

Di sisi Acep Yoni (2010: 176), menjelaskan kriteria kemampuan anak berdasarkan 4 penggolongan yaitu

1. Kriteria sangat baik jika anak memperoleh nilai 76%-100%. 2. Kriteria baik jika anak memperoleh nilai 51%-75%.

3. Kriteria cukup jika anak memperoleh nilai 26%-50%. 4. Kriteria kurang jika anak memperoleh nilai 0%-25%.

Dari hasil persentase yang diperoleh setiap anak akan dikategorikan ke dalam 4 kriteria dari Acep Yoni. Penjelasan lebih lanjut terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kategori Persentase Kebugaran Jasmani Anak

No Kriteria Persentase

1 BSB (Berkembang Sangat Baik) 76%-100%

2 BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 51%-75%

3 MB (Mulai Berkembang) 26%-50%

4 BB (Belum Berkembang) 0%-25%

I. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dapat berhasil apabila terjadi perubahan yaitu berupa peningkatan pada kebugaran jasmani yang terjadi pada anak. Indikator keberhasilan pada penelitian ini berupa perubahan pada kebugaran jasmani anak khususnya pada kekuatan, keseimbangan, dan kelincahan anak, sehingga meningkatkan kebugaran jasmani anak dengan menggunakan media pembelajaran permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik dapat tercapai. Kriteria keberhasilan penelitian ini apabila sekurang-kurangnya 80% dari jumlah semua anak yaitu 21 anak berada pada tingkat perkembangan berkembang sangat baik.


(65)

50 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di TK B2 ABA Keringan, yang terletak di Dusun Lungguhrejo, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Yogyakarta. TK ABA Keringan berdiri pada tanggal 3 Juli 1983, di bawah naungan Yayasan Aisyiah. Sekolah ini mempunyai 3 kelas, yaitu kelompok A, B1 dan B2 yang masing-masing diatur berdasarkan pembelajaran kelompok atau klasikal. TK ABA Keringan dikelola 5 orang pendidik dan 2 karyawan. Peserta didiknya berjumlah 61 anak. Jumlah peserta didik kelompok A berjumlah 16 anak, kelompok B1 berjumlah 24 anak dan kelompok B2 berjumlah 21 anak. Penelitian ini, dilaksanakan di kelompok B2 dengan jumlah peserta didik 21 anak yang terdiri dari 10 anak perempuan dan 11 anak laki-laki yang berada pada rentang usia 6-7 tahun.

TK ABA Keringan terletak di kawasan sekolah yaitu berdampingan dengan SMK Muhammadiyah Turi dan SMP Muhammadiyah Turi. Lingkungan sekitar TK ABA Keringan terdiri dari kawasan perumahan warga, lapangan sepakbola dan lapangan volley milik yayasan Muhammadiyah serta di kelilingi oleh kebun salak dan banyak pepohonan rindang yang tumbuh sehingga memiliki suasana yang tenang dan nyaman membuat keadaan yang kondusif untuk bermain.

2. Data awal kemampuan anak

Langkah awal yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian tindakan kelas yaitu melakukan pengamatan. Pengamatan ini dilakukan pada


(1)

133 Tindakan ketiga (3) Kompetisi/ pertandingan Bermain ingkling dan dingklik oglak-aglik Alat dan bahan: Karpet ingkling Tempat : Dalam kelas

1) Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2) Guru memperkenalkan tentang permainan yang akan di mainkan. 3) Guru menjelaskan tentang cara bermain dan aturan dalam permainan

4) Lalu guru membagi anak 1 kelas menjadi 7 kelompok (1 kelompok berisi 3 anak).

5) Dalam sekali main ada 2-3 kelompok yang bertanding.

6) Permainan akan diawali dengan 3 anak bergantian bermain ingkling setelah selesai lalu membuat formasi dan bermain dingklik oglak-aglik dengan tembangnya, kelompok yang dapat menyelesaikan terlebih dahulu itu yang menang.

7) Guru menghargai usaha anak dengan memberikan penguatan dan reward, berupa acungan jempol, tanda bintang dan sebagainya kepada anak saat kegiatan berlangsung, sehingga anak lebih termotivasi.


(2)

134

LAMPIRAN 6:

Foto Penelitian


(3)

135

Guru memberikan pengarahan tentang permainan

Dua anak mengganggu temannya yang sedang bermain


(4)

136

Bersemangat untuk bermain walaupun masih kesusahan untuk ingkling

Anak yang sudah mahir bermain

Sorakan dan dorongan dari teman membuat anak yang tadinya menganggu mau mencoba bermain


(5)

137

Saling bercakap-cakap tentang permainan

Bergandengan tangan untuk membuat formasi dingklik oglak-aglik


(6)

138

Bergandengan tangan dengan membelakangi untuk membuat formasi dingklik oglak-aglik

Menaikkan kaki ke tangan yang bergandeng untuk membuat formasi dingklik oglak-aglik


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK MELALUI METODE PERMAINAN SAINS KELOMPOK A TK ABA Peningkatan Perkembangan Kognitif Anak Melalui Metode Permainan Sains Kelompok A TK ABA Merbung Klaten Tahun 2011/2012.

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF PADA ANAK KELOMPOK B2 Peningkatan Kemampuan Membaca Awal Melalui Permainan Kartu Huruf Pada Anak Kelompok B2 TK ABA Tangkisanpos Jogonalan Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 3 16

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ABA GADING IV Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Permainan Balok Pada Anak Kelompok B Di Tk ABA Gading IV Belangwetan Klaten Utara Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DETEKTIF PADA ANAK USIA KELOMPOK A DI TK ABA CANDI PURWOBINANGUN PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA.

0 5 172

PENINGKATAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK ABA KERINGAN KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN.

0 16 134

MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK B2 TK ABA PLUS AL FIRDAUS MANCASAN, PANDOWOHARJO, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 0 169

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN SAINS MELALUI MEDIA GRAFIS PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA BALERANTE SLEMAN YOGYAKARTA.

0 0 263

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KELOMPOK A2 TK ABA KARANGKAJEN YOGYAKARTA MELALUI PERMAINAN.

1 1 136

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUKURAN (MEASUREMENT) MELALUI PROBLEM SOLVING PADA ANAK KELOMPOK B2 TK ABA 3 IMOGIRI BANTUL.

0 5 225

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA NGABEAN 2 TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA.

0 7 135