Isu yang diangkat. Perencanaan

perasaan menyatu dalam organisasi tersebut. Hal inilah yang diterapkan oleh komunitas P3B bahwa usaha perbaikan pendidikan harus merupakan sistem yang logis, sehingga bagian-bagiannya berkaitannya satu dengan yang lainnya bisa terjadi kesinambungan. Rasa solidaritas sosial dan kekuatan masyarakat semakin bertumbuh.

5.1.1.3. Isu yang diangkat. Perencanaan

strategi P3B lebih memfokuskan pada pengidentifikasian masalah yang terjadi di Papua Barat dan pemecahan isu-isu, lebih menekankan pada penilaian terhadap lingkungan di luar dan di dalam organisasi dan berorientasi pada tindakan. Isu-isu yang diangkat antara lain adalah, pendidikan education, pemberdayaan ekonomi masyarakat Empower Economic dan kesehatan health. ketiga hal tersebut di atas menjadi isu utama dalam gerakan sosial P3B, misalnya pendidikan. Pendidikan sangat diharapkan oleh warga Papua Barat untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan berkualitas, untuk menumbuh-kembangkan tumbuhnya daya nalar, kreativitas dan inovasi masyarakat Papua Barat. Sementara itu peningkatan status ekonomi dimaksudkan untuk memberi kesempatan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. Dan masyarakat Papua Barat selayaknya mendapatkan pendidikan berbasis ekonomi yang terarah sehingga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Sedangkan peningkatan status gizi dan kesehatan tergantung dari banyak sektor dan faktor, misalnya faktor status sosial ekonomi, pertanian, perikanan, peternakan dan lainnya. Hal tersebut di atas sudah dikemukakan juga oleh seorang dokter. John Manangsang dia tidak membahas dalam unsur pengalaman medis saja tetapi dia juga membahas dari sudut pandang lain yaitu sosio ekonomis, kultur dan geografis serta faktor-faktor lingkungan yang ada di dalamnya. Misalnya Manangsang menulis dalam bukunya “Papua Sebuah Fakta dan Tragedi Anak Bangsa” 11 2007, dia menyatakan disana bahwa pembangunan Papua pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Papua itu sendiri. Melalui pendidikan, peningkatan status ekonomi, peningkatan status gizi dan kesehatan. Sesungguhnya hal itu menunjukan bahwa memang masyarakat Papua Barat lemah dan terpinggikan oleh sistem birokrasi pemerintah daerah, yang hanya memberikan ruang kepada pemodal agar itu menjadi sumber pemasukan pendapatan daerah dan masyarakat tidak memiliki ruang sehingga sulit untuk mengakses perjuangan hidup mereka. Sebab perlindungan sosial terhadap masyarakat lemah, inilah yang menjadi fokus perhatian organisasi. Atas dasar itulah komunitas ini digiring kepada suatu gerakan moral yaitu gerakan sosial P3B, gerakan ini membentuk suatu gerakan baru yaitu gerakan transformasional masyarakat Papua Barat, hal itu dilakukan untuk menyadarkan kepada masyarakat. Hal tersebut 11 Refleksi 15 tahun pasca kisah nyata: “cacatan seorang dokter dari Belantara Boven Digul dan komentar para pakar Indonesia. dilakukan agar ada penyadaran diri dari masyarakat untuk merubah cara pandang, menentukan sikap kearah yang lebih baik 5.1.1.4. Modal Kapital untuk mencapai tujuan Kapital manusia human capital menunjuk kepada kemampuan yang dimiliki seseorang melalui pendidikan, pelatihan dan atau pengalaman dalam membentuk pengetahuan dan keterampilan yang perlu untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam Lawang 2005: 13. Selanjutnya Luthans 2006:44 dalam bukunya” Perilaku Organisasi” ia menyatakan bahwa modal manusia mengarah kepada hubungan antara strategi dan kinerja perusahaan. Dengan artian bahwa sumber daya manusia memiliki pengetahuan dan intelegensia melalui pengalaman, pendidikan, keahlian dan ide mereka. Kedua narasumber mengemukakan pendapat di atas peneliti mengaitkan kepada apa yang dikerjakan atau dilakukan oleh komunitas P3B adalah bagaimana membangun masyarakat Papua Barat di sektor pendidikan dengan sumberdaya manusia sebagai fokus intinya. Hal ini dilakukan untuk memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat suatu wilayah, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Maka anggota P3B diharapkan menemukakan cara pandang dan keahlian yang dimiliki mendorong dia untuk partisipasif dalam organisasi dan mengerjakan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tahun 2009, ketua P3B membawah anak-anak yang kurang mampu dari Papua barat dan memasukkan anak-anak tersebut ke sekolah menenga kejuruan bagimu negeri sebanyak 10 anak siswa ke 10 anak siswa tersebut masing-masing dari, provinsi Papua 5 anak dan provinsi Papua Barat 5 anak. Anak-anak tersebut di asramakan di SMK bagimu negeri Semarang. Ketua P3B tidak hanya membawa siswa namun ketua P3B juga membawa pengajar atau guru bahasa inggris asal Papua Barat untuk mengajar di SMK bagimu negeri. Ini salah satu upaya-upaya yang dilakukan oleh P3B untuk mendidik dan mengajar anak-anak dan masyarakat Papua Barat. Sekolah bagimu negeri di Semarang salah satu sekolah yang menghimpun anak-anak yang kurang mampu untuk bersekolah. Dalam diskusi di Jakarta taggal 19 september 2010 ketua P3B yang juga adalah pendiri organisasi ini memberikan kesempatan kepada peserta yang hadir untuk berpendapat tentang organisasi P3B. Peserta yang hadir adalah satu pengajar asal Papua Barat yang juga mengajar di SMK Bagimu Negeri Semarang: Dia senang sekali pak Harry membawa dia ke sekolah SMK bagimu negeri Semarang untuk menjadi pengajar adalah suatu hal baru bagi dia. Di luar Papua Barat mendapatkan kesempatan dan pengalaman baru itu hal yang luar biasa bagi dia. Tidak banyak orang Papua Barat yang mendapat kesempatan untuk mengajar di luar Papua Barat. Apa yang dikemukakan salah satu pengjar asal Papua Barat itu memang benar adanya bahwa tidak semua orang Papua Barat mendapat kesempatan mengajar di luar dari Papua Barat. Baik di negeri maupun swasta. Kebanyakkan mahasiswa asal Papua Barat yang mendapatkan gelar sarjana pendidikan pasti pulang ke daerah dan menjadi guru di daerahnya, dan memang itu harus dilakukan untuk membangun daerahnya sendiri. Namun adapun pengalaman- pengalaman mengajar yang dari luar pun perlu diperhitungkan, sebab hal itu akan memberikan pengalaman kerja dalam hidupnya dan merasakan bagaimana mendidik dan mengajar masyarakat. Dengan pengalaman dan ilmu yang dimiliki dia akan melakukan pekerjaan organisasi dengan baik di suatu lingkungan baru. Yang diharapkan P3B adalah bagaimana anak-anak didiknya mendapatkan pengalaman dan hal baru dalam hidupnya agar itu dikembangkan dalam organisasi dan itu salah satu kunci keberhasilan dalam hidupnya sehingga membangun suatu hubungan modal sosial, membangun kebersamaan, dan kepercayaan diri dan pada tindakan kolektif di dasari rasa saling memperayai untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam organisasi. 5.1.1.4a. Modal Sosial Untuk mencapai suatu tujuan modal sosial sangat dibutuhkan. Oleh karena itu partisipasi kelompok masyarakat Papua Barat dalam suatu organisasi ini sangat penting karena untuk mewujudkan suatu misi organisasi parsipasi dalam suatu jaringan sosial sangat dibutuhkan karena modal sosial tidak hanya dibentuk oleh suatu individu melainkan kelompok untuk bersosialisasi, maka itu P3B membangun jaringan dengan kelompok atau individu lain untuk menjadi satu kekuatan mendorong organisasinya untuk mencapai tujuan. Dari beberpa pendapat ahli sosiologi misalkan Putnam, Coleman, Fukuyama dan ahli sosiologi lainnya juga sepakat bahwa kerjasama masyarakat atau organisasi sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau organisasi atau lembaga. Masyarakat selalu berhubungan dengan masyarakat yang lain untuk membangun suatu jaringan sosial. Dalam konteks itu P3B melakukan fokus utamanya bagaimana anggotanya dilatih, di-didik melalui pendidikan formal-nonformal menekan pada dimensi yang luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk memperjuangkan tujuan dari pada organisasi tersebut. Hal terpenting bagi P3B adalah bagaimana mendekatkan diri kepada masyarakat, melalui kelompok-kelompok yang sudah ada misalnya kepala kampung, keluarga, organisasi gereja, lembaga masyarakat adat. Tidak hanya pada kelompok saja tetapi P3B mendekatkan diri kepada individu-individu yang ada di masyarakat. Individu-individu tersebut dikelompokkan menjadi satu kesatuan kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Komunitas ini melihat setiap individu dan kelompok masyarakat yang ada di Papua Barat adalah suatu modal sosial yang perlu dikembangkan. Intinya bahwa setiap insan yang ada di Papua Barat adalah modal untuk jadikan sebagai kelompok sosial masyarakat yang dibergunakan sebagai mitra kerja yang artinya bahwa konsep modal sosial menekankan kepada hubungan kerjasama dan kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan yang diusahakannya. Menurut para ahli sosiologi bahwa modal sosial tidak dibangun hanya oleh suatu individu, melainkan kecederungan tumbuh dalam kelompok. Dalam artinnya bahwa bagaimana modal sosial dibangun kemampuan masyarakat Papua Barat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jarinagn sosial untuk mencapai suatu tujuan. Fukuyama dalam Hasbullah 2006:8 menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, dan di dalamnya di ikat oleh nilai-nilai dan norma yang tumbuh dan di patuhi. Untuk menumbuhkembangkan rasa solidaritas terhadap komunitas P3B. Modal sosial yang dikembangkan komunitas ini adalah, Pertama modal berdasarkan kepercayaan, trust inilah yang sering ketu perkumpulan Papua pusaka bangsa kemukakan bahwa bahwa kita harus menga kepercayaan satu sama yang lain, alasan yang sering dikemukakan adalah berdasarkan beberapa anggota P3B yang berpegang teguh komitmen. Hal ini memberikan alasan bahwa dengan kepercayaan itu dia ketua P3B telah berhasil membina anak didiknya menjadi seorang pengusah kontraktor di Jayapura dan seorang pengusaha muda di Sorong hal itu terjadi karena kepercayaan yang mereka berikan kepada ketua P3B sangat tinggi sehingga mereka berhasil, keberhasilan itu tidak datang begitu saja tetapi karena percaya. Ketua P3B senang dengan kepastian perjanjian untuk senantiasa dipatuhi. Trust anggota P3B sangat tinggi, tetapi juga anggota P3B cepat menujukkan kekecewaan mereka, walaupun dengan cara relatif sopan, tetapi kekecewaan yang dirasakan adalah ketua P3B terhadap anggota yang tergabung dalam komunitas ini karena kurang memenuhi komitmen dan jani anggotanya ketika awal bergabung maka anjurannya kepercayaan harus dijaga dan tidak mengecewakan. Trus pada organisasi P3B tidak hanya berkembang pada anggota P3B saja tetapi di dalam pergaulan indivud kelompok di dalam masyarakat luas dan juga kepada lembaga-lembaga mitra agar hubungan tetap terjalin baik. Kedua modal berdasarkan kebersamaan. Modal berdasarkan kebersamaan ini yang peneliti amati adalah modal berdasarkan keluarga. Keluarga merupakan inti komunitas yang bisa cepat membentuk modal sosial, selain itu kelompok pemuda juga dijadikan sebagai modal sosial yang tentunya melalui kelompok kepemudaan membentuk interkasi sosial maka terbentuklah modal sosial tersebut, dari hasil pengamatn yang dilakukan kecenderungan masyarakat untuk melibatkan diri kegitan organisasi ini terlihat sekali. Berbagai asosiasi yang bersifat volunter yang berkembang dalam komunitas banyak melibatkan diri dalam kegiatan ini misalnya praktik penggunaan pekerja sukarelawan terutama dalam pelayanan masyarakat atau program dan organisasi kependidikan sangat terlihat contoh P3B bekerjasama dengan salah satu sekolah swasta yaitu SMK Kristen Semarang, untuk mendukung keberhasilan agar kegiatan belajar mengajar bagi anak didiknya di SMK ini dapat berjalan lancar tanpa harus menarik biaya pendidikan dari kalangan yang tidak mampu. Ketiga adalah modal berdasarkan komitmen, hala inilah yang sering dikemukakan ketua P3B dalam tiap ada pertemuan dia sering menyatakan bahwa “kita harus berpegang teguh pada komitmen, perjanjian-perjanian yang kita buat adalah kesepakatan jadi berpegang pada komiten adalah salah satu wujud tanggung moril terhadap kepedulian kita terhadap visi-misi organisasi, komitmen ini juga akan meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap sesama anggota sebagai bertanggung jawaban moril terhadap komitemn yang dibuatnya sehingga membentuk modal sosial yang kuat berdasarkan komitemn tersebut. ke empat modal berdasarkan jaringan atau jejaring sosial salah satu unsur modal sosial yang dikembangkan dalam komunitas ini adalah jejaring sosial, jaringan sosial dibuat untuk pihak anggota P3B dapat memanfaatkannya dalam kerangka pengembangan jejaring bisnis, karena biaya jejaringnya relatif lebih murah, ketimbang tidak memiliki jejaring. Sehingga jaringan sosial menjadi sangat penting untuk saling berinteraksi satu sama yang lain dalam komunitas P3B, kelompok ini membentuk jaringan-jaringan yang efektif, dengan kejujuran, disiplin diri, kerja keras, proaktif dan tingkat kepercayaan yang merupakan rangkaian modal sosial bagi perkumpulan P3B. Ke lima modal sosial berdasarkan budaya. Budaya yang peneliti maksudkan disini adalah kumpulan nilai-nilai yang dipakai bersama oleh anggota P3B untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai contoh anggota P3B dituntut untuk bekerja dengan hati, bekerja keras, setia pada organisasi dan mementingkan pelayanan, melakukan nilai-nilai budaya dari hati seperti semangat kerja secara serius tapi bukan untuk dirinya sendiri, memberikan perhatian, optimisme, loyal pada organisasi, dan sebagainya, nilai-nilai tersebut menciptakan budaya dominan dalam organisasi yang membantu perilaku untuk membentuk modal sosial. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bahwa komunitas ini membentuk suatu struktur atau budaya baru, misalnya mengintegrasikan nilai-nilai sosial yang melekat pada masyarakat lokal dengan melakukan nilai-nilai social baru dalam organisasi itu. Nilai budaya dan nilai baru memang beda tetapi itu tidak demikian, perubahan budaya menjadi satu. Salah satu contoh kongkrit bagaimana P3B melakukan gerakan sosial berdasarkan konteks, seperti dikemukakan ketua P3B “kita tidak hanya berpikir marginal saja tetapi kita berpikir global dan bertindak lokal” 12 jelas hal ini disampaikan karena alas an tersebut di atas bahwa kita tidak mengabaikan nilai-nilai lokal tetapi kita mengelaborasikan nilai-nilai baru dan nilai lokal agar masyarakat rasa memiliki. Sehingga masyarakat menerima nlai baru tidak pada pemaksaan kehendak untuk harus mengikuti namun dituntut untuk memilih masyarakat tradisional dengan hal-hal baru, oleh sebab itu P3B memberikan ruang kepada masyarakat sesuai konteks sebab masyarakat memiliki pengetahuan. 12 Hal ini disampaikan pada saat pertemuan P3B di Salatiga 2010 5.1.1.4b. Modal Ekonomi Modal ekonomi yang dikembangkan P3B dalam usahanya adalah pemberdayaan ekonomi dan pendidikan yang terintegrasi. Perkumpulan ini menjadi wadah kebersamaan untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan kualitas pendidikan, dengan pelatihan,pembinana bidang formal dan informal. Mengembangkan sumber daya sosial dan ekonomi melalui pelatihan entrepreneurship dan pemberdayaan potensi lokal. Kemandirian adalah jalan keluar bagi masyarakat Papua Barat untuk keluar untuk menyelesaiakan masalah sosial dan ekonomi masyarakat. Melalui program entrepreneurship kemandirian masyarakat dapat mengatur dan mengurangi besarnya ongkos pembangunan sehingga mampu melakukan proses modernisasi yang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat di daerah tertentu. Program yang berbasis kerakyatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua Barat dilakukan melalui diskusi, seminar, dan diskusi lepas. Kegiatan Papuapreneur ini bertujuan untuk mendidik masyarakat Papua Barat dari setiap kalangan untuk memiliki semangat membangun usaha ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan tanpa harus menggantungkan diri dari pemerintah dan pendatang yang berdagang di Papua Barat. Gerakan ini bertujuan membangun gerakan sosial yang mandiri maka nilai-nila bdaya yang ditanakan adalah belajar lebih kreatif, semangat bekerja keras, bernilai seni dan berinovasi dalah bagian seni hidup yang dipraktikkan. Maka tindakakn yang harus dilakukan adalah tidak hanya mendidik dan mengajarkan tapi juga membimbing usaha dari setiap pesertanya hingga berkesinambungan dan mandiri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan sosial masyarakat Papua Barat yang tergabung dalam komunitas ini perubahan social yang diinginkan P3B dalam kaitan trnsformasi Papua Barat adalah perubahan paradigma berpikir. Otonomi khusus diberikan untuk masyarakat berpikir dan bertindak sesuai madat undang-undang otonomi khusus. Untuk pengembangan masyarakat Papua Barat dalam pembangunan perlu ada upaya hukum atau kepastian hukum. Maka itu Payung hukum untuk melindungi warga asli Papua yaitu UU Nomor 212001 tentang Otonomi Khusus Otsus belum berbicara banyak. Walau disana di jelaskan adanya keutamaan warga asli untuk mendapatkan pekerjaan berdasarkan pendidikan dan keahliannya, namun nampak belum memadai. Aspek politik seputar polemik otsus lebih cenderung berputar-putar pada masalah jumlah dana yang diperlukan untuk pembangunan Papua Barat bukan pada upaya pemberdayaan warga asli Papua Barat agar memiliki daya saing menghadapi kesenjangan ekonomi. Dengan melihat perkembangan masyarakat Papua Barat maka P3B melakukan gerakan sosial pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan ekonomi dan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan melalui pelatihan-pelatihan, pembinaan kearah wirausaha, tujuan dari itu adalah bagaimana meningkatkan kualitas masyarakat melalui enterepreneur dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan keterampilan khusus, dari hasil pelatihan dan pembinaan tersebut agar masyarakat dapat meningkatkan status sosialnya melalui pengembangan diri tersebut. Kegiatan tersebut dimulai dari kegiatan diskusi, seminar, dan pelatihan-pelatihan, dan pendidikan ekonomi pembangunan. Pengetahuan awal sangat diperlukan untuk pengembangan wirausaha maka P3B memberikan suatu pengetahuan kewirausahaan terhadap masyarakat atau anggota yang tegabung dalam komunitas ini P3B, kegiatan-kegitan tersebut dilakukan P3B dan salah contoh kegiatan P3B tergambar di bawah ini: Gambar 1.6. Kegiatan Intrepreneurship di kota Jayapura-Papua Barat Sumber: Arsip P3B 2012 Kegiatan pengembangan jiwa entrepreneur ini telah dilakukan di dua kota, yaitu Jayapura dan Sorong. Tujuan daripada itu adalah membentuk peserta didik yang cerdas, terampil untuk menanamkan jiwa wira usaha pada peserta didik, mendorong semangat belajar, memutuskan kemiskinan menuju kesejahteraan melalui entrepreneuship dan berkarya yang berkelanjutan bagi anggota P3B. Tidak ketinggalan juga dibuatnya akademi sepak bola, yang ditujukan untuk mengembangkan potensi olah raga anak-anak Papua Barat yang dinamakan Embun Cyclop Emsyk. Dengan berbagai prestasi yang pernah dibuat oleh Akademi Emsyk ini, pada tahun 2012 akademi ini telah mendapatkan dukungan dari Real Madrid Foundation. Untuk pengadaan bantuan kepada 100 siswa yang berkompeten dalam sepak bola. Komunitas ini juga memiliki program jangka panjang yang menjadi goal besar mereka yaitu pembangunan Papua Integrity Land atau Center of Human Development. Gambar 1.7. Anak-anak Papua Barat yang masuk dalam Akademi Sepak Bola Emsyk. Sumber: Arsip P3B 2012 Di mana kawasan Papua Integrity Land ini akan menjadi Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Papua yang terdiri dari Panti Asuhan, Sekolah Berasrama, Perikanan, Pertanian dan Peternakan, Akademi Musik dan Seni, dan Sekolah berasrama. 13 Organisasi ini dalam upayanya melalukan melalui pendirian jaringan-jaringan sosial, di daerah-daerah dan komunitas ini meyakini bahwa transformasi yang akan merubah keadaan masyarakat, perubahan sosial, ekonomi dan politik. Poin penting dari komunitas ini adalah bagaimana P3B memainkan peran dalam gerakan sosial untuk menyesejahterakan masyarakat melalui pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Gagasan pemberdayaan ekonomi masyarakat bukanlah sesuatu hal yang baru. Tetapi yang 13 Data-data berkaitan dengan Akademi Sepak Bola Emsyk diperoleh dari skripsi Jeni 2012 terpenting bagi peneliti disini adalah tujuan dari pada gerakan sosial komunitas ini bahwa gerakan sosial menarik pada konsep modal manusia. Modal manusia menunjuk pada potensi orang dan kontribusi tenaga, ide atau pikirannya yang dipergunakan untuk gerakan sosial ini Para ekonom sudah membicarakan modal kapital khususnya modal ekonomi atau finansial financial capital yaitu modal finansial berkaitan dengan modal uang yang dapat dipergunakan untuk membeli fasilitas atau alat-alat produksi perusahaan atau usaha-usaha lainnya, atau sejumlah uang yang ditambung untuk investasi masa depannya. Tatapi para ahli yang lain dalam hal ini para ahli sosiologi membicarakan modal bentuk lain, seperti modal manusia, modal intelektual, dan modal kultural atau budaya, yang juga dapat digunakan untuk keperluan tertentu atau investasikan untuk masa yang akan datang. Modal manusia dapat meliputi keterampilan atau kemampuan yang dimiliki orang untuk melaksanakan tugas tertentu. Modal intelektual mencakup kecerdasan atau ide-ide yang dimiliki manusia untuk mengartikulasikan sebuah konsep atau pemikiran. Sedangkan modal cultural meliputi pengetahuan dan pemahaman komunitas terhadap praktek dan pedoman-pedoman hidup dalam masyarakat. Misalnya seperti apa yang dikemukakan oleh ketua P3B bahwa para anggota mau tampil memberikan pencerahan bagi masyarakat Papua Barat. Contohnya adalah dia sendiri ketua P3B dia membentuk komunitas P3B dan mendidik, membina, dan melatih itu adalah bagian dari keterampilan yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dia ketua P3B memberikan apa yang dia miliki dalam hal ini pengetahuan kepada masyarakat dan dia juga secara intelektual membaktikan hidupnya untuk berpikir demi kepentingan masyarakat Papua Barat dan melihat persoalan masyarakat Papua Barat dalam konteksnya yang lebih luas. 5.1.1.4c. Modal Budaya Modal budaya yang ingin dikembangkan oleh komintas ini adalah modal budaya berdasarkan pendidikan yang berpengetahuan, dan juga nilai-nilai yang tidak terpisahkan dari kultur budaya setempat, sehingga perubahan itu bernilai kontekstual dengan nilai-nilai baru tersebut. Dalam penelitian ini juga peneliti mengamati apa yang dikerjakan perkumpulan ini adalah bagaimana gerakan sosial ini mempersatukan dalam nilai-nilai baru. Mengintegrasikan masyarakat dalam satu kesatuan komunitas P3B kegiatan yang ingin diajarkan adalah bagaimana masyarakat bekerja keras dan berinovasi dalam bidang yang digeluti oleh kominitas ini. Proses yang ingin di ajarkan oleh komunitas P3B ini adalah: pertama proses rasionalisasi, kedua proses standarisasi dan ketiga proses liberisasi Dari ketiga hal tersebut di atas yang pertama bahwa proses rasionalisasi yang ingin diajarkan P3B adalah segala sesuatu digunakan dengan akal sehat, atau proses perbuatan yang rasional, bahwa pemikiran, akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem, yang mengutamakan kemampuan akal atau batin untuk merasionalkan. Sehingga tujuan yang dicapai disini adalah bagaiman P3B membawa anggota pada pemikiran baru atau pada perubahan paradigma lama kepada paradigma baru. Proses ini terjadi dalam perubahan pola pikir masyarakat dan proses sosial yang terbentuk dan memiliki rasionalitas dalam menentukan pilihannya. Sedangkan proses standarisasi yang dilakaukan oleh P3B adalah meningkatkan kualitas masyarakat atau menaikan status sosial masyarakat dalam pendikakan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Memberikan suatu standar. Yang pasti hal itu menunjukan ukuran sebagai patokan untuk kualitas komunitas ini untuk menentukan patokan yang akan ditentukan dalam mencapai tujuan. Sedangkan meliberalisasikan yang dimaksud peneliti disini adalah bagaimana anggota masyarakat yang tergabung dalam komunitas ini berpikir bebas dan tidak berda dalam tekanan atau dominasi negara atau orang lain, dan pola pikirnya tidak hanya terpaku pada pola pikir tradisional saja, tetapi bagaimana mereka berpikir global jadi menerapkan paham kebebasan liberal dalam kehidupan organisasi. Yang ingin diajarkan komunitas ini adalah usaha perjuangan menuju kebebasan, yang menghendaki, demokrasi, dan kebebasan pribadi untuk berusaha dan bekerja tanpa ada tekanan politik yang yang merugikan masyarakat, kelompok atau individu-individu dalam aktivitasnya. Dari aspek modal kultural cultural capital yaitu aspek-aspek material dan non-material kebudayaan yang mendukung proses perubahan. Misalnya nilai-nilai yang hidup dalam komunitas atau dilingkungan masyarakat, mentalitas yang tercipta, semangat kerja yang berkembang, kebiasaan mental yang tumbuh dan hasrat perubahan yang muncul. Ada citra di republik ini bahwa orang Papua Barat itu bisanya hanya tahu minum, bodoh, terbelakang, tertinggal, dan miskin. Hal ini berulangkali diungkapkan melalui media masa, media elektronik sehingga membentuk opini publik dan hal seperti ini juga digunakan oleh para pejabat di Papua Barat ketika mencalonkan diri menjadi bupati, gubernur atau anggota dewan DPRD. Hal ini disampaikan media masa, media elektronik, sehingga membentuk opini publik. Memakai kaca orang lain dan tidak melihat dari kacamata orang Papua Barat itu sendiri. Adapun hal lain juga yang menjadi permasalahan di Papua Barat yang harus diselesaikan adalah ketidakadilan, dominasi negara terhadap rakyat Papua Barat, separatis, OPM Organisasi Papua Merdeka, lagi-lagi ini memberikan suatu lebeling kepada masyarakat. Subtansinya bukan disitu tetapi bagaimana membangun masyarakat Papua Barat, sesuai dengan konteks, tidak unsure pemaksaan dalam pembangun, menghilangkan nilai-nilai lokal sama saja menghilangkan identitasjatidiri orang Papua Barat. Maka P3B hadir membangun jatidiri masyarakat Papua Barat dengan mentegrasikan dalam satu komunitas transformasional yaitu dalam komunitas P3B untuk perubahan masyarakat. Karena sampai hari orang Papua Barat sendiri melihat persoalan di Papua Barat memakai kaca mata orang luar. Persoalan di Papua Barat substansinya bukan disitu tetapi bagaimana membangun masyarakat Papua Barat dengan memakai kaca mata sendiri atau sesuai dengan kultur dan karakter budaya masyarakat setempat, dengan mengelaborasikan budaya-budaya baru dengan budaya setempat atau lebih spesifik lagi transfer nilai ke dalam nilai budaya lama. Dengan pengalaman-pengaman kita peroleh dari lingkungan atau melalui ilmu yang kita peroleh, dengan pola pendidikan yang benar, perilaku kita dan kita menerapkan budaya baru, dengan menciptakan hal-hal baru, dengan ide, kreativitas, dan bekerja keras. Meski awalnya ada keraguan terhadap kesadaran dan pemahaman kultur masyarakat Papua Barat, terbentuknya komunitas atau organisasi P3B dapat dipandang sebagai komitmen kultur P3B, karena karakter dan kultur cultural orang Papua Barat yang berbeda memungkinkan sulit dipecahkan namun hal itu bukanlah menjadi alasan membangun Papua Barat. Dengan slogannya P3B bahwa Pupua Pasti bisa, maka perubahan dilakukan melalui pembinaan, pelatihan dan bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita mencapai tujuan. Peneliti mencoba meminjamkan apa yang dikemukakan oleh Like Wilardjo bahwa: kebudayaan ialah “keseluruhan capaian dan pola-pola perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan pendidikan oleh suatu masyarakat yang mengungkapkan cara hidup tradisional dan mengalami modifikasi secara berangsur namun berkelanjutan dari generasi ke generasi”. The Readers’ Digest Gereat Encyclopedic Dictionary. usaha dapat dilakukan secara terencana untuk meningkatkan kebudayaan dan mencapai peradaban, yakni peri-keadaan masyarakat manusia yang bercirikan perkembangan intelektual, sosial dan cultural yang beraras tinggi. Segenap usaha itu dilakukan oleh manusia dalam masyarakat dengan menggunakan naluri, nalar, nurani, dan nalanya, dan membuahkan kreativitas. Kemudian cipta kreativitas ini bersama dengan karsa kebualatan tekat atau kemauan keras menghasilkan karya yang mengangkat masyarakat itu kekedudukan yang lebih baik. 14 Pada dasarnya adalah segala usaha yang dilakukan komunitas P3B, melalui pelatihan-pelatihan pemberdayaan pendidikan ekonomi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, itulah pembangunan yang ingin dilakukan oleh komunitas ini. Pembangunan berbasis budaya sangatlah penting, budaya yang berkarakter, budaya yang berilmu, dan budaya berintelektual yang memiliki nilai jual tinggi terhadap persoalan masyarakat. Hubungan antar komunitas dan individu yang dibangun P3B pada prinsipnya adalah bahwa dibangun berdasarkan kesadaran untuk mendatangkan kebahagiaan kepada masyarakat Papua Barat, sambil mengelolah sumber daya alam yang tersedia dengan bijaksana. Ada beberpa faktor yang menjadi pegangan dan harus di perhatikan oleh P3B adalah nilai-nilai yang dibangun. Nilai-nilai apa saja yang dibangun, sesuai dengan kontekstual atau tidak. Realitas yang terlihat di Papua Barat sampai saat ini adalah mereka yang 14 Like Wilardjo pembangunan nilai-nilai dan keterasingan orang miskin. Dalam buku membumikan Etika Lingkungan 2011 Editor Budi Widianarko . berada dalam posisi dominan yang mampu mengadaptasi dengan lingkungannya tetapi juga mengantisipasi masalah yang akan menimpahnya terutama masyarakat non Papua Barat yang mendominasi bidang perekonominan di Papua Barat. Namun lain hal dengan masyarakat Papua Barat, mereka yang pada dasarnya tidak mau atau tidak mampu merangkul nilai-nilai dominan atau nilai-nilai baru dengan sendirinya akan tersisihkan. Persolan semacam inilah yang menjadi kekawatiran P3B sehingga terbentuklah gerakan sosial P3B atau dalam komunitas ini dengan sebutan perkumpulan Papua pusaka bangsa P3B. Mereka kehilangan kesempatan dan sulit melangkah lebih maju lagi dari semula. Walaupun masalah itu tak sepenuhnya berdampak negatif terhadap nilai-nilai yang di anutnya. P3B disini memberikan suatu nilai baru dalam konteks budaya baru bagaimana membangun masyarakat dengan cara-cara baru atau budaya baru dengan tidak menyinggirkan nilai-nilai lokal. Contohnya adalah bagaimana membangun masyarakat Papua Barat dengan cara- cara baru dari cara yang lama, budaya baru yang ditanamkan oleh ketua P3B adalah apa yang kita tanamkan dalam bentuk ilmu pengetahuan akan mendatangkan hasil baik seperti yang dilakukan ketua P3B bagaimana mendidik anak didiknya untuk memberi pendidikan semaksimal mungkin atau memberi kesempatan seluas- luasnya untuk mendapat pendidikan dimanapun P3B bermitra dengan lembaga pendidikan. Jadi anak didiknya menjadi pandai dan terampil, maka hasilnya akan sekian kali dari biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan itu. Tujuannya adalah bahwa masyarakat Papua Barat yang terdidik agar mempunyai pendirian dan pendapat sendiri, tidak mudah dibawa ke suatu jurusan yang belum dimengerti maksudnya, mereka juga tidak ingin lagi diperbudak dan dieksploitir. Kita harus belajar banyak sampai akhir hayat ini bisa dilaksanakan dengan berbagai cara seperti yang gerakan sosial P3B, pengalaman sekian tahun yang kita alami dan belajari jangan itu-itu saja. Dengan mempelajari berbagai hal setiap hari, jiwa kita akan lebih matang. Pengetahuan dan keterampilan yang diberikan ketua P3B dalam hal usaha meningkatkan kesejahteraan terutama dibidang pendidikan dan ekonomi karena penuh perhatian terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat. 5.1.1.4d. Modal Simbolik Apa yang ingin peneliti paparkan disini mengenai modal simbolik berkaitan dengan gerakan sosial P3B untuk transformasi Papua Barat adalah apa yang menjadi simbol dalam komunitas ini misalnya strategi investasi SDM menyekolahkan anak-anak, memberikan bantuan beasiswa adalah strategi investasi SDM hal ini dilakukan untuk upaya mempertahankan atau meningkatkan pengakuan sosial. Tujuannya adalah untuk memproduksi persepsi dan penilaian yang mendukung kekhasannya, misalnya identitas diri, pengakuan terhadap etnis, keluarga ini adalah unsur utama modal simbolik, juga mendorong upaya untuk dihargai tidak hanya itu tetapi juga bentuk kehormatan sebagai manusia ciptaan Tuhan secara sosial budaya. Perkumpulan Papua pusaka bangsa P3B dalam aktivitasnya, keluarga, kelompok pemuda, dijadikan sebagai kolektivitas yang menjadi fokus dan pemuda atau kelompok-kelompok sosial kecil dilingkungan masyarakat. Keluarga adalah subjek utama strategi- strategi reproduksi sosial yang akan dikembangkan melalui kegiatan- kegiatan sosial disana. Dimana keluarga, kelompok pemuda, dan kelompok-kelompok sosial sebagai kolektivitas terpenting menentukan dalam hal pemilihan. Strategi pendekatan keluarga dilakukan agar melalui pendekatan keluarga ada dukungan moril terhadap usaha yang dikembangkan dalam kelompok. Keterampilan dan pembiasaan itu menjadi bagian kesadaran praktis untuk menjawab tuntutan hidup. Misalnya dukungan yang diberikan akan mengahasilkan jaringan sosial, untuk menyadari hal itu tetapi akan berdampak pada kekuatan-kekuatan antar anggota kelompok dan keluarga sebagai kesatuan yang utuh atau menumbuhkan modal sosial. Dukungan Keluarga dan kelompok menjadi simbol kekuatan dalam gerakan sosial P3B ini dalam hal pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Misalnya dukungan keluarga besar Nauw dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 1.8. keluarga besar Nauw di Sorong Arsip. P3B 2012 Tentunya apa yang diharapkan dari P3B adalah tradisi keluarga mempermudah peserta didik dari lingkungan keluarga dan lingkungan sosial dimana mereka berada akan membentuk mental dan kepribadian dari lingkungan keluarga muncul ideologi bakat, keterampilan, pembiasaan, lalu menjadi bagian kesadaran praktis. Inilah yang dikemukakan oleh Buordieu 15 bahwa keterampilan seseorang dalam menjawab tantangan dikondisikan oleh rutinitas tindakannya. Namun kebiasaan dan keterampilan itu berfungsi seperti program yang memiliki kemampuan kreatif dan jangkauan strategi dalam lingkungan tertentu. Komunitas P3B meyakini bahwa lingkungan sosial dimana masyarakat tinggal target utama adalah keluarga, kelompok yang terpinggirkan, kelompok pemuda, kelompok mama-mama ibu-ibu 15 Juenal Basis. Kritik terhadap neo-liberalisme. Edisi khusus Piere Bourdieu, November 2003 hal. 16 dijadikan sebagai medan magnet atau medan kekuatan, disitu menjadi tempat perjuangan antar individu, antar kelompok, lingkungan dimana kelompok-kelompok itu bertindak dengan tindakan penuh kesadaran, karena individu dilahirkan dilingkungan dimana dia tinggal adalah bagian dari lingkungannya, sehingga hal itu bisa tepat diterapkan sebagai medan perjuangan. Selain dukungan kelompok-kelompok di atas ada juga dukungan dari kelompok luar secara individu maupun kelompok. Jaringan sosial yang terbentuk dari dalam dan luar negeri ini menunjukan bahwa kepedulian secara individu, maupun kelompok terhadap komunitas P3B semakin luas. Dari berbagai dominasi gereja, dan juga kelompok pemuda, tokoh adat, dan keluarga yang mendukung P3B terlihat disini juga kepedulian orang luar secara individu mendukung akan visi dan misi organisasi ini adalah Suzette Hatingh melalui Voice in the City Indonesia menjadi Partner dengan komunitas perkumpulan Papua pusaka bangsa untuk transformasi Papua Barat. Dia melihat visi daripada P3B ini baik untuk mendorong kemajuan masyarakat Papua Barat kedepan yang lebih baik sehingga dia tergerak hatinya untuk bergabung mendukung kegiatan P3B. Bergabungnya Suzette Hatingh melalui voice in the city tidak terlepas dari jaringan sosial yang dibuat. Salah satu contoh gambarnya di bawah ini: Gambar 1.9. Suzette Hatingh melali Voice in the City Indonesia.Menjadi Partner dengan Papua Pusaka Bangsa. Arsip. P3B 2012 Suzette Hatingh melalui Voice in the City Indonesia menjadi Partner dengan Papua pusaka bangsa untuk transformasi Papua Barat. Publik Indonesia sangat mengenal sosok wanita German ini yang sudah sejak lama melayani berbagai daerah di seluruh Indonesia. Dalam membangkitkan kebangunan rohani dan gerakan doa. Selain dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak hal lain juga kita bisa amati perubahan masyarakat lokal di Papua Barat. Jika kita amati dalam perjalanan panjang tentang kemajuan dan perubahan yang terjadi pada masyarakat Papua Barat, disana terlihat adanya penimbunanan budaya yang saling berinteraksi dan saling mengadakan pertukaran. Salah satu pertukaran nilai-nilai dalam masyarakat menghasilkan apa yang disebut gaya hidup lifestyle yaitu menggunakan benda-benda sebagai alat ekspresi bagi sejumlah nilai yang ingin ditampilkan individu, kelompok atau masyarakat. Ekspresi penggunaan benda-benda sebagai tanda atau simbol dalam konteks tulisan ini, peneliti sebut sebagai budaya, yaitu nilai simbolik yang dipergunakan sebagai alat identitas diri. Contohnya adalah pose budaya yang tergambar di bawah ini: Gambar 1.10. Pose Budaya Arsip. P3B 2012 Pose budaya sebagai simbol identitas Cultural Identity diri dan hal itu menunjukan sebagai arena interaksi pada lingkungan antara individu dengan individu, invidu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok berlangsung dalam sistem sosial budaya. Bourdieu menggambarkan reaksi sosial menunjukkan kepada identitas diri maka pokok pikiran sosiologis Bourdieu adalah logika praktek yang menekankan pentingnya tubuh dan praktek dalam dunia sosial. Simbol memiliki kekuatan dalam mengontruksi realitas yang mempu menggiring orang untuk percaya, mengakui, legitimate, dan mengubah pandangan common sense tentang realitas. modal simbolik adalah yang menguasai dan memiliki otorita dalam menentukan arah pasar simbolik. Kekuatan simbol tak lain dari kekuatan dalam mengontruksi realitas yang berupaya menciptakan singularitas ideologi, tanda, dan makna. Dalam dunia modern penampakan identitas diri dengan menggunakan simbol merupakan suatu kenicayaan yang tak dapat ditawar dalam masyarakat. Sehingga dalam penggunaannya dapat dijadikan modal yang dipertukarkan dan mempunyai kekuatan tawar- menawar antar simbol yang diperebutkan. Budaya yang dijadikan modal simbolik dalam bargaining ini semakin nyata kita lihat dalam berbagai tuntutan masyarakat, baik pada proses sosial budaya itu sendiri, politik, ekonomi maupun kekuatan-kekuatan lain untuk pencapaian tujuan. Dukungan berbagai mitra kerja terhadap gerakan sosial atau dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pendidikan adalah bargaining modal simbolik, surat ijin dari gubernur adalah modal simbolik untuk identitas diri. Adapun fashion adalah modal simbolik sebagai alat gaya hidup. Oleh sebab itu ia mempunyai kekuatan yang mempunyai nilai tukar dalam berbagai bentuk. Selain itu komunitas inipun didukung oleh Gubernur provinsi Papua dan Gubernur provinsi Papua Barat dengan dikeluarkannya Letter Of Support dari Barnabas Suebu Gubernur Papua pada tanggal 10 Februari 2007 dilanjutkan dengan Abraham Aturi Gubernur Papua Barat pada bulan Mei 2009 untuk mendukung setiap aktivitas dari Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa. Beberapa tokoh utama d ini. Gambar 1.11. Letter of Suppor Arsip: Letter of support yang diber Barat tersebut adalah salah sat kepada komunitas P3B atau m keberadaan organisasi ini. Aga aktivitasnya di Papua Barat. Tet tidak terikat atau bekerjasama utama di Papua pun masuk dalam komunitas f Support dari kedua provinsi Papua Barat Arsip: P3B 2012 ng diberikan kedua gubernur provinsi Papua alah satu bentuk dukungan yang diberikan atau memberikan kepastian hukum atas ini. Agar organisasi ini bebas melakukan rat. Tetapi P3B berdiri independen dan dia rjasama dengan pemerintah daerah dalam bentuk bantuan beasiswa atau, bekerjasama bidang sosial lain alasannya karena kalau pemerintah melibatkan pemerintah daerah maupun pusat dalam aktivitas P3B disana akan terlihat ada muatan politik atau kepentingan, dan P3B tidak mau hal itu terjadi. Misalnya yang terjadi seperti Lembaga Swasta Masyarakat yang bekerjasama dengan pemerintah namun yayasan itu tidak menjadi produktif tetapi menjadi kaki tangan pemerintah dan mengharapkan bantuan pemerintah dalam bentuk dana dan proyek. Ada yang menjadi unik ketika peneliti amati dari gerakan sosial P3B ini, keunikannya adalah P3B tidak memberikan gaji bagi anggota yang bekerja tetapi organisasi menyarankan kepada anggota untuk membayar iuran setiap bulannya, misalnya mahasiswa membayar iuran bulanan perbulan mahasiswa membayar 100.000, pengusaha 500.000; non tenaga guru 300.000; tujuan dari pada itu adalah untuk menjalankan roda organisasi, uang itu dugunakan untuk membayar listrik kontrakan, membayar perusahaan air minum PAM, dan juga member modal kepada setiap anggota yang mempunyai usaha bisnis, atau memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan pertolongan. Mahasiswa juga memberi tidak hanya menerima tawaran untuk menjadi anggota,tetapi dituntut bekerja keras dan berinovasi, jadi yayasan ini membiayai dirinya sendiri. Sedangkan bedanya adalah P3B membentuk karakter anak-anak Papua Barat yang bermental kependidikan ekonomi kewira usahaan. Membentuk pola piker dan mengarahkan anak-anak Papua Barat sesuai dengan kemampuan dibidang masing-masing yang digeluti. Bedanya lagi P3B tidak menyarankan anggotanya untuk menjadi seorang PNS atau masuk dalam dunia politik praktis kalau kedapatan anggotanya terlibat dalam dunia politik dikeluarkan dari keanggotaannya.

5.1.1.4. Modal Spiritual Spiritual kapital Modal Spiritual adalah modal dengan

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Credit Union (CU) GBKP dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Karo T1 712008043 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Wirausaha Migran Makassar di Papua T2 092010004 BAB V

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Migran dalam Bingkai Orang Papua T2 092011007 BAB V

0 0 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB V

0 0 48

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat)

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) T2 092010005 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) T2 092010005 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) T2 092010005 BAB IV

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) T2 092010005 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat)

0 0 10