Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) T2 092010005 BAB V

(1)

BAB. V

STRATEGI PENDIDIKAN DAN

PEMBERDAYAN EKONOMI MASYARAKAT

Strategi merupakan suatu gerakan sosial dalam organisasi atau lembaga, yang menjalankan visi untuk mencapai sasaran khusus, misalnya gerakan sosial P3B untuk transformasi Papua Barat dibidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan menempatkan cabang diberbagai tempat, strategi lain adalah komunikasi demi melancarkan suatu visi perlu ada kelancaran komunikasi yang efektif dalam anggota organisasi tersebut, P3B juga mengembangkan modal sosial dengan menjalin komunikasi untuk mendukung pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh gerakan sosial perkumpulan Papua pusaka bangsa.

Gerakan sosial organisasi ini juga dalam membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu yang terjadi dalam lingkup sosial, strategi gerakan sosial P3B ini juga untuk mentransfer nilai-nilai baru atau arti kata lain mengganti cara-cara lama digantikan dengan cara baru (produk lama ganti produk baru) dengan demikian bagaimana strategi P3B menetapkan tujuan, metode alternatif alokasi sumber daya dalam mengukur keberhasilan organisasi ini. Dalam bab V ini akan menjelaskan mengenai manajemen strategi perkumpulan Papua Pusaka Bangsa, data hasil temuan peneliti dilapangan, berkaitan dengan strategi-strategi yang dilakukan di lapangan.


(2)

5.1. Pemberdayaan Pendidikan

Pendidikan dan ekonomi dipilih sebagai bidang utama dalam fokus perkumpulan ini dikarenakan menurut pandangan pendirinya, Harry Widjaja pendidikan di Papua masih jauh dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Dengan pendidikan, perkumpulan ini dapat merubah pola pikir dari masyarakat Papua untuk semakin berkembang dan mandiri di tanah mereka sendiri. Pendidikan adalah jendela duni dimana pendidikan membuka cakrawala berpikir sehingga orang tahu dan semakin maju bersaing di dunia kerja, dimana pendidikan juga adalah bagian dari pembangunan manusia seutuhnya. Dengan demikian P3B mengarahkan binaan atau anggotanya untuk tetap mengedepankan sekolah. Dimana pembangunan yang sesungguhnya adalah pembangunan orang asli Papua dengan pendidikan sebagai kunci masa depan yang harapan. Pendidikan mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Dibidang pendidikan dan pengajaran meningkatkan kualitas pendidikan dunia kerja. Menurut ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa bahwa berikan kepada anggota P3B dan masyarakat yang tergabung dalam organisasi ini untuk mendapatkan pendidikan formal dan non formal. Bagi yang formal tetap belajar sesuai dengan bidang dan melanjut sekolah ke jenjang lebih tinggi. Mahasiswa diharapkan melanjutkan studinya sesuai jurusan agar setelah selesai dipakai


(3)

sesuai dengan bidangnya. Kenapa harus sesuai jurusan sebab mahasiswa tersebut benar-benar merasa dipakai dalam dunia kerjanya sesuai bidangnya atau sesuai ilmu yang dia dapat.

Beberapa permasalahan yang belakangan ini terjadi ketika pasca otononomi khusus di Papua Barat bahwa penempatan pegawai negeri tidak sesuai dengan bidang sehingga dalam a ktivitasnya dia bingung apa yang dia akan kerjakan, dia masuk menjadi PNS karena ada kesempatan kerja dan disebabkan juga karena ada pemekaran kabupaten dimana dimana ada peluang untuk kerja namun penempatan posisi tidak sesuai ilmu yang dia geluti, sehingga mengalami kesulitan misalnya mengoprasikan komputer, membuat laporan, kebijakan pembangunan, membuat program kerja, manajemen kerja yang kurang efektif semuanya mengalami kesulitan. Hal demikian disebabkan karena kurang memperhatikan dalam perekrutan tenaga kerja kurang berpengalaman, dan minim pengetahuan serta kurang berorganisasi.

5.1.1. Strategi Perjuangan

Menurut ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa bahwa membangun Papua Barat salah satu kunci utama adalah mengedepankan pendidikan sebab pendidikanlah yang merubah nasib seseorang atau suatu suku bangsa. Strategi yang harus dikerjakan adalah melakukan program pembinaan tenaga pendidikan dan pengajaran. Tujuan pembangunan pendidikan adalah upaya untuk


(4)

memperkuat kesempatan memperoleh pendidikan dan meningkatkan kualitas SDM.

Strategi kegiatan-kegiatan dibidang pendidikan yang dijalankan adalah:

1. Program beasiswa dan orang tua asuh: P3B memfasilitasi dan memberikan bantuan beasiswa, pencarian orang tua asuh, penyaluran minat dan bakat dan bantuan-bantuan pendidikan langsung kepada setiap anak didik.

2. Bantuan guru: memfasilitasi dan menyalurkan bantuan bagi guru-guru yang berdedikasi tinggi terhadap pembangunan pendidikan di Papua Barat.

3. Manajemen spporting: P3B memberikan pelatihan manajemen pendampingan dan bantuan-bantuan finansial dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan dan kinerja sekolah maupun sumber daya manusia yang mengelolanya.

4. Pendidikan dengan kurikulum khusus: P3B mengembangkan dan membuka layanan pendidikan dengan kurikulum khusus sesuai tujuan dan waktu tertentu.

5. Kemitraan dan kerjasama operasi sekolah: P3B bekerjasama dengan badan-badan hukum lain untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan formal-informal.

Kelima strategi tersebut masukan dalam suatu program kerja P3B untuk dijalankan dalam aktivitasnya. Memberikan beasiswa kepada mereka (anggota P3B) yang ingin melanjutkan studi ke jenjang selanjutnya. Beasiswa bersumber dari donator-donatur baik dari


(5)

dalam maupun dari luar yang peduli terhadap pendidikan di Papua Barat. Bantuan khusus beasiswa diberikan kepada anak-anak yang berprestasi tetapi bantuan diberikan kepada anak-anak yang orang tuanya ekonomi lemah. Pertama pendidikan anak-anak ini difasilitasi diberi orang tua asuh untuk menjadi orang tua angkat dalam pendidikannya. Memfasilitasi anak-anak yang perbakat dan berprestasi, Misalnya menyekolahkan anak dan memberikan bantuan beasiswa selama dia bersekolah. Salah satu contoh adalah beberapa anak-anak dari provinsi Papua dan provinsi Papua Barat di sekolahkan di SMK bagimu negeri Semarang.

Dari kedua Provinsi Papua Barat, masing-masing diambil lima-lima (5) orang. Provinsi Papua 5 orang, perempuan 1 dan laki-laki 4. Sementara itu Provinsi Papua Barat 5 orang (Papua Raja Ampat) semua perempuan, jadi keseluruhan kedua provinsi menjadi sepulu (10) orang. Kesepuluh anak ini diberi fasilitas sekolah yaitu di asramakan dan mendaptkan orang tua asuh. P3B juga tidak hanya mendatangkan para siswa saja tetapi memfasilitas tenaga pengajar di SMK Bagimu Negeri Semarang, ia (YAM) merupakan guru bahasa inggris. Dalam pertemuan yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 19 Sepetember 2010 untuk pergantian struktur pengurus baru P3B setelah diskusi panjang lebar mengenai rencana P3B dalam program yang akan dikerjakan sesi berikut memberikan kesempatan kepada para anggota yang hadir untuk mengemukakan pendapatnya mengenai organisasi P3B.


(6)

Salah satu peserta yang hadir adalah pengajar asal Papua Barat yang juga mengajar di SMK bagimu negeri Semarang tersebut, sebelum dia memberikan komentar mengenai P3B ada salah satu perserta yang hadir yaitu mahasiswa anggota P3B yang berdomisi di Kota studi Salatiga yakni CM. CM medapat giliran untuk berpendapat mengenai P3B, ia maju kedepan lalu berkomentar “ya za (saya, dia CM) sebagai calon pengajar (guru) za (saya) harus maju kedepan dan memberikan komentar. Komentar za (saya) adalah bahwa vsis-misi P3B adalah sangat mulia karena P3B bergerak dibidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, sebagaimana za (saya) sebagai calon guru maju kedepan mendidik dan mengajar untuk memberikan pelayan yang optimal sesuai dengan visi-misi P3B. Apa yang dikemukakan CM tersebut karena dia mengambil program S2 manajemen pendidikan disalah satu perguruan tinggi swasta di kota studi Salatiga.

Lain hal dengan giliran komentar yang diberikan YAM. YAM tidak maju kedepan, tetapi dia berdiri dibelakang dan dia beri komentar. Sebelum dia memberi komentar dia terlebih dahulu mengomentari apa yang disampaikan komentar terdahulu yakni CM. Dia (YAM) za (saya) tidak perlu maju kedepan, za (saya) beridiri belakang saja, karena za (saya) menjadi guru bukan hanya maju kedepan dan mengajar tapi seorang guru berdiri dibelakang dan mendorong anak didiknya untuk maju. YAM tidak setuju kalau seorang guru hanya berdiri didepan dan berbicara tanpa praktek, guru seharusnya mendorong anak didiknya dari belakang. Lanjut dia (YAM) bahwa


(7)

partisipasinya dalam komunitas P3B adalah proses belajar untuk pengembangan dirinya menjadi seorang guru yang professional. Za (saya) tidak hanya mengajar tetapi juga Za (saya) belajar dari anak-anak sebab anak-anak-anak-anak yang sekolah di SMK di Semarang ini dari berbagai daerah yang ada di Indonesia sehingga sering kita sebut juga SMK mini. Za (saya YAM) selain mengajar Za (saya) boleh belajar karakter, watak, sikap dan kebiasan mereka selain itu juga za (saya) belajar budaya orang lain.

Selanjutnya menurut ketua P3B (HW) menyatakan bahwa pemberdayaan pendidikan wirausaha pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Mengurangi dan menanggulangi pengangguran serta mengurangi angka kemiskinan yang masih tinggi. Dengan berdirinya P3B ini Za (saya) harapkan dapat membuka akses masyarakat untuk belajar lebih banyak terutama kita anggota P3B. Belajar merupakan proses yang kita harus jalani untuk pengembangan diri atau pengembangan SDM (Human Wore) dengan pendidikan berbudaya dan berkarakter itulah yang menjadi budaya kita. Melalui pengembangan organisasi dan manajemen (software) P3B menanamkan budaya pendidikan berkarakter dan berintegritas serta bermental kuat.

Kedua, P3B memfasilitasi dan menyalurkan guru-guru yang peduli akan pendidikan untuk masyarakat Papua Barat. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui proses yang dibentuk melalui organisasi ini. Contohnya adalah P3B menempatkan seorang pengajar (guru) bahasa inggris di salah satu sekolah swasta kristen di SMK di


(8)

Semarang, dimana sekolah ini menjadi bagian daripada mitra kerja atau ikut mendukung visi-misi P3B sehingga melalui hubungan kerjasama itu menerima beberapa siswa dan guru untuk belajar dan mengajar di sekolah SMK tersebut. Tujuannya adalah meningkatkan sumber daya manusia yang unggul.

Ketiga adalah memberikan pelayanan yang optimal dan meningkatkan kualitas sistem manajemen, memberikan pelatihan, meningkatkan pendidikan berbasis kompetensi yang berorientasi pada dunia kerja dan mandiri. Misalnya pendidikan wirausaha mama-mama (ibu-ibu) pasar, melatih, membina dan mendidik menjadi pelaku pembangunan dilingkungannya. P3B juga memberikan modal kepada pengusaha bagi pemula, modal kapital dalam bentuk uang maupun dalam bentuk modal sosial dilingkungannya dan memperkuat jaringan-jaringan sosial yang ada dimasyarakat seperti lingkungan gereja atau organisasi gereja, organisasi pemuda,lembaga masyarakat adat (LMA), kelompok mama-mama (ibu-ibu) atau kelompok yang paling dekat yakni kelompok keluarga. Sehingga menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan nyaman. Dan menjadikan pendidikan sebagai sumber sumber informasi dan pusat kebudayaan. Seperti yang dikemukakan Liek Wilardjo “kebudayaan ialah keseluruhan capaian dan pola-pola perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan pendidikan oleh suatu masyarakat, yang mengungkapkan cara hidup tradisional dan mengalamai modifikasi secara berangsur namun berkelanjutan dari generasi-kegenerasi”.1

1Liek Wilardjo, Pembangunan Nilai-nilai dan Keterasingan Orang Miskin. Dalam


(9)

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat melalui proses berpikir, berinovasi dan berkreasi.

Tujuan daripada itu adalah membentuk peserta didik yang cerdas, terampil, inovatif dan memiliki keahlian. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk menghadapi persaingan di dunia kerja. salah satu anggota P3B yang berdomisili disalah satu kota studi yang di wawancarai peneliti yakni CM. Dia (CM) menyatakan bahwa:

Pendidikan wirausaha mama-mama (ibu-ibu) pasar dilakukan supaya memiliki kompetensi keahlian wirausaha, karena potensi yang begitu besar yang dimiliki masyarakat lokal bisa dikelola dengan baik, misalnya sumber daya alam, dan sumber daya manusia.

Apa yang dikatakan CM tersebut bisa dibayangkan bahwa situasi dan kondisi masyarakat Papua Barat dalam dunia usaha jarang sekali terlihat atau menonjol, dibandingkan dengan masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang lebih mendominasi dibading masyarakat asli. Dalam penguasaan perekonomian di Papua Barat salah satu ciri yang paling menonjol dari masyarakat pendatang yang menurut CM adalah:

1. Mereka memiliki pendidikan dan pengetahuan yang cukup. 2. Mereka memiliki keahlian dibidang masing-masing yang dia

geluti

3. Mereka membekali pendidikan dan pelatihan teknik usaha 4. Gerakan disiplin yang baik


(10)

6. Pengembangan relasi dan jaringan dengan masyarakat, dunia usha dengan baik.

7. Mereka memiliki jiwa berbisnis atau berjiwa berdagang.

Beberapa strategi tersebut menjadi senjata bagi pendatang untuk menguasai perekonomian di Papua Barat. Ada begitu banyak metode lain yang digunakan oleh mereka (pendatang) untuk menguasai perekonomian di Papua Barat, untuk itulah P3B terbentuk. Terbentuknya P3B juga berawal dari keprihatinan perkembangan ekonomi masyarakat Papua Barat. Hingga saat ini perekonomian dipegang oleh pendatng sehingga perlu ada upaya yang harus dilakukan sehingga P3B muncul untuk melakukan suatu gerakn sosial untuk perubahan masyarakat Papua Barat.

Gerakan sosial P3B ini bertujuan untuk mengajak masyarakat Papua Barat agar masyarakat juga bisa meniru hal-hal positif yang dikembangkan oleh masyarakat pendatang. Untuk itu salah satu pola pembinaan yang dilakukan P3B terhadap anggotanya adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Contoh pendidikan wirausaha mama-mama (ibu-ibu) pasar yang dilakukan tergambar di bawah ini:

Gambar 1.3. Mama-mama (ibu-ibu) Pasar foto bersama ketua P3B di Maybrat Sorong.


(11)

Sumber: Arsip P3B (2012)

Kempat, pendidikan dengan kurikum khusus yang dimaksud disini adalah seberangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan daripada program P3B, isinya bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kurikulum khusus sesuai tujuan dan waktu tertentu. Misalnya kurikulum berbasis lokal mengembangkan sumber daya alam, kearifan lokal yang mereka miliki, seni budaya, tari, serta mengembangkan sumber pengetahuan lokal seperti pengetahuan lokal (local knowledge), kearifan lokal (local wisdom), dan kecerdasan pikiran (local genious) yang mereka miliki. Hal ini dilakukan agar memanfaatkan sumber daya yang ada pada masyarakat lokal dapat dikembangkan melalui kolaborasi pengetahuan baru, (transfer nilai-nilai baru kedalam nilai-nilai-nilai-nilai lokal tanpa menghilangkannya).


(12)

Perubahan itu terjadi ada dorongan dari individu-individu oleh masyarakat Papua Barat yang mau menerima perubahan dengan nilai-nilai baru. Oleh sebab itu perubahan itu terjadi oleh individu-individu tersebut. Untuk menyikapi perubahan capital social dalam masyarakat di kampung-kampung. Untuk itu ada perubahan struktur sosial dalam masyarakat. Perubahan struktur sosial masyarakat Papua Barat tidak hanya terjadi pada kelompok atau struktur tetapi struktur terbentuk juga pada pola pikir individu dalam lingkungannya dan berpengaruh kepada lingkungan sekitarnya.

Strategi gerakan sosial untuk perubahan masyarakat Papua Barat adalah produk perubahan yang direncanakan P3B untuk memaksakan masyarakat Papua Barat pada nasionalisme ke Papuaan. Pembangunan yang sementara kita merasakan dan memperhatikan itu semua bersal dari kehendak di atas atau pemerintah saja, sementara program P3B mengarah kepada aspek pembentukan mentalitas masyarakat Papua Barat untuk menjadi pelaku pembangunan dan perubahan itu sendiri. Di dalamnya aspek budaya, politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Hal itu menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat semakin tinggi terlibat dalam perubahan sosial dan perubahan struktur sosial masyarakat menuju masyarakat yang transformatif. Upaya yang dilakukan melalui pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan strategi pelatihan, pengembangan masyarakat dan kegiatan lainnya.

Upaya-upaya yang dilakuan dengan strategi, belajar mengajar, menggunakan waktu, dan kegiatan lain difokuskan untuk pelatihan,


(13)

seminar, diskusi, pengembangan keterampilan, dan kegiatan-kegiatan lain. Selain itu pengembangan pemberdayaan masyarakat masuk dalam program P3B dan tidak terbatas pada pendidikan dan pemberdayaan ekonomi saja, tetapi juga memperkaya kemampuan anak didik dalam berbagai aspek. Proses belajar dalam komunitas dilakukan secara bertahap, mulai penyadaran dan pembentukan perilaku sadar dan peduli. Dan tahap transformasi kemampuan berpikir atau pengetahuan, dan meningkatkan kemampuan intelektualitas, untuk membentuk, kreatif, inovatif membawa kepada kemandirian secara individu-individu atau secara kelompok.

Komunitas P3B mengarahkan anggotanya haruslah orang yang berpendidikan, bekerja keras, berintelektual.Tetapi dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang prof. Anderson dari university of California penelitian terhadap lebih dari 500 pelajar, akademisi dan pekerja,yang dipublikasikan di Jurnal of Personality and Social Psychology, menunjukkan bahwa

“Mereka yang mempunyai rasa percaya diri lebih tinggi bisa mencapai status sosial yang lebih tinggi dibandingkan rekan mereka. Meskipun pendekatan mereka cenderung kurang bagus dan lebih banyak kesalahan, tetapi rekan-rekan mereka terus saja percaya bahwa mereka “hebat” atau ‘menyenangkan’. Ternyata rahasia kesuksesan seseorang bukanlah bakat,tingkat pendidikan atau kerja keras tetapi rasa percaya diri yang berlebihan, mereka yang mempunyai ego besar, dan penilaian atas diri sendiri yang selalu meningkat secara konsisten naik ke puncak profesionalitas mereka”.2

2

Jurnal of Personality and Social Psychology . Riset prof. Anderson dari university of California. Riset ini dimuat dalam Majala Tempo.co.jakarta (2012). Dan peneliti memperoleh data dari milis P3B yang dikirim oleh ketua P3B.


(14)

Apa yang dikemukakan dari hasil penelitian tersebut, peneliti mengaitkan perilaku atau sikap yang ditunjukan komunitas P3B. Memang kita harus akui bahwa perilaku atau sikap sudah mulai berubah seiring mengikuti arus perubahan, dan sebagian besar kita sudah maju dengan pemekaran kota/kabupaten maupun kecamatan tetapi kita tidak bisa memberikan yang terbaik pada diri kita dan sudara-sudara kita. Hal ini terlihat pada mental masyarakat yang dibentuk. Kita memperhatikan perilaku masyarakat dan terutama para pejabat yang bermental korup dan masuk dalam pusaran politik dan terjebak dalam lingkaran setan yang hanya mementingkan kelompok tertentu atau tuannya.

Masyarakat Papua Barat mereka memiliki ilmu dan juga pendidikan yang tinggi tetapi lagi-lagi masalah percaya diri sangat kurang, faktor yang mempengaruhi ini baru bisa diketahui ketika masyarakat Papua Barat secara individu-individu atau kelompok masuk dalam lingkungan baru, misal pemekaran kabupaten/kota dan kecamatan yang terjadi diberbagai wilayah di Papua Barat. Kesiapan untuk membangun daerah tidak terlihat disana, masyarakat berpandangan bahwa mendapatkan kabupaten/kota ujung-ujungnya untuk menjadi seorang PNS atau menjadi seorang anggot dewan (DPR) dan ingin mendapatkan posisi yang menguntungkan dan menaikan status sosialnya. Namun hal lain yang tidak dapat diperhatikan adalah para pejabat atau para pengambil kebijakan adalah mengabaikan pemberdayaan masyarakat dibidang pendidikan dan ekonomi. Sejauh ini, jumlah orang asli Papua Barat yang bergerak dalam dunia bisnis


(15)

atau berwira usaha masih sedikit, pada hal potensi lapangan untuk mengembangkan sektor ini cukup besar. Hingga kini masih ada anggapan umum bahwa masyarakat asli Papua Barat tidak mempunyai bakat untuk berbisnis sehingga menutup kemampuan berwira usaha yang sebenarnya ada dalam diri mereka.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dalam P3B3, bahwa sering terlihat dalam komunitas, sikap yang diperlihatkan oleh setiap individu atau kelompok sangat beragam. Beragam sikap itu terlihat dari perilaku anggota yang tergabung dalam komunitas ini. Misalnya kadang ada yang bergabung lalu keluar, kadang terlihat serius tapi tidak serius, tidak memiliki ego besar, rasa percaya diri yang kurang atas dirinya, tidak konsisten, komitmen yang kurang, dan selalu terpancing untuk berada dalam kobaran emosi. Tidak seperti hasil riset yang dikemukakan oleh Prof. Anderson dari University of Californiatadi yang menunjukan bahwa mereka yang mempunyai ego besar, rasa percaya diri yang tinggi, mengelola bakat dan penilaian atas diri sendiri yang selalu meningkat secara konsisten naik puncak profesionalitas mereka dan ini tidak terlihat di dalam masyarakat Papua Barat dalam konteksnya.4

Bagaimana mungkin kita (masyarakat Papua Barat) memiliki pendidikan tinggi, berilmu, memiliki bakat alami, tetapi tidak diimbangi dengan apa yang disampaikan oleh peneliti tersebut yaitu “percaya diri” dan bekerja keras, maka jelaslah bahwa semua

3

Sumber data dari data primer, hasil pengamatan yang dilakukan peneliti 2012.

4

Sumber data dari Tempo.com. yang di Update dari Harry dan dikirim ke milist P3B 2012


(16)

mimpi akan menjadi sia-sia harapan dalam usaha. Ternyata rahasia kesuksesan seseorang bukanlah bakat, tingkat pendidikan atau kerja keras tetapi rasa percaya diri, akan membawa individu-individu pada kesuksesan. Rasa percaya diri membantu individu-individu mendapatkan status sosial.

Kelima, komunitas ini kerjasama dengan operasi sekolah yang berbadan hukum, tujuan daripada itu adalah memberikan kepastian hukum kepada masyarakat bahwa P3B sebagai organisasi yang perbadan hukum maka P3B bekerjasama dengan badan-badan hukum lain untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan formal-informal. Kemitraan dan kerjasama ini diperlihatkan P3B dalam praktiknya. Contohnya adalah P3B bekerjasama dengan sebuah sekolah sawasta Kristen, menyekolahkan anak disekolah yang formal yanglegal hukum, agar anak-anak mendaptkan pendidikan yang baik. Selain itu pendidikan informal yang dilakukan adalah pendidikan ekonomi berbasis wirausaha. Salah satu kegitannya adalah pelatihan pengantar manajemen organisasi dan kewirausahaan bagi kelompok mahasiswa yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, serta jiwa enterpreunership seluruh masyarakat Papua Barat.

Dengan pelatihan anggota dalam kelompok agar dapat memahami apa arti pentingnya berkelompok (integrity), bagaimana mengelola kelompok dengan manajemen yang baik, sehingga kelompok terus maju, tumbuh dan terus berkembang mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan bagi semua. Melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan ekonomi


(17)

kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melalui mekanisme ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk memecahkan masalah pokok ekonomi masyarakat Papua Barat, yaitu bagaiman produksi, konsumsi, dan distribusi. Maka perlu ada manajemen yang baik yang harus di upayakan P3B agar tercapai tujuan tersebut.

Menumbuhkan kembangkan sikap kewirausahaan sosial, sehingga menumbuhkan etos kerja sama, tanggung jawab serta semangat melakukan usaha lebih baik dan terus menerus melakukan perbaikan kinerja individu maupun kinerja kelompok. Program pembinaan dalam P3B melalui pengembangan, pembinaan pendidikan keterampilan pengembangan masyarakat tergambar di bawa ini:

Gambar 1.4. Program Pembinaan yang dilakukan P3B

Kemampuan teknis (Technical)

Kemampuan fisik (physical) Pemberdayaan

(Empowerman

t)

keterampilan (skill)

Pelatihan (training)

Meningkatkan kepercayaan

Bekerja keras

Mental (mental)

Pengetahuan (Knowledge) Deskripsi (Description)


(18)

Sumber: Arsip P3B (2012)

Dari bagan di atas memperlihatkan bahwa bagaimana upaya P3B melakukan strategi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui. Strategi itu dilakukan dengan, pelatihan (training) untuk pembekalan dalam dunia kerja. Mengajarkan bagaimana orang bekerja keras dalam usahanya, menumbuhkembangkan kepercayaan kepada anak didik, dan mengajarkan pendidikan budaya berkarakter, bermental kuat, berpengetahuan, memiliki kemampuan teknik maupun secara fisik. Dan P3B menjadi tempat untuk menyalurkan bakat, mendidik moral, mengasah kemampuan bermain di dunia bisnis hal dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi tantangan globalisasi dan memutuskan angka kemiskinan, dominasi orang lain, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5.1.1.1. Aktor

Pendiri perkumpulan Papua pusaka banggsa Harry wadjaja merupakan aktor playmaker, dia memiliki visi, kemampuan untuk mengenali kekurangan dan kelebihan masyarakat di tanah Papua Barat untuk membawa komunitas ini kearah perubahan melalui pendidikan formal maupun nonformal. Sebagai seorang playmaker memiliki karakter kepemimpinan yang mampu mendorong anggotanya memberikan arah tujuan yang harus ditempuh. Seorang oktor seperti Harry Widjaja tidak saja memiliki karisma dan visi misi


(19)

saja tetapi dia seorang motivator yang mememberi semangat hidup bagi anak didiknya.

Satu hal yang menarik bagi peneliti untuk mencoba mengamati setiap arahanya adalah kemampuan berpikir cepat akan langkah yang akan dilakukan dalam memaksimalkan kemampuan komunitasnya untuk bergerak mencapai tujuan. Harry Widjaja adalah aktor, dia berperan sebagai pelaku dalam memecahkan masalah dengan melibatkan anggota P3B, mitra kerja untuk memecahkan persoalan dan menyusun strategi dalam suatu usaha. Dia juga berperan karena intelektualitasnya. Intelegtualnya digunakan dalam berbagai tindakan dan membawa peran yang berbeda dengan dirinya dan berhasil dengan baik.

Dia (Harry Widjaja) memberi contoh pada masyarakat Papua Barat dan pada khususnya mahasiswa yang tergabung dalam gerakan sosial ini bahwa seorang intelektual harus bertindak. Dia mengajarkan anggotanya bahwa tindakan yang harus dilakukan adalah tindakan dilapngan atau praktek. Bagaimana mempraktekkan tindakan kita dan kita harus membentuk pola pikir yang baik dan mengarahkan dengan kemampuannya dibidang masing-masing di geluti.

Contoh bahwa seorang mahasiswa yang pendidikannya ekonomi di arahkan untuk menjadi seorang ekonomi yang handal. Seorang mahasiswa ijasanya sarjana pendidikan dia mengarahkan mahasiswa tersebut untuk menjadi seorang pengajar yang professional di dalam bidangnya, dibagian ini (pendidikan) ketua perkumpulan P3B menyatakan menjadi sorang guru atau pengajar harus mampu


(20)

membuat kurikum berbasis lokal, karena pendidikan kami selain mengarahkan kepada pendidikan formal kita mengajarkan pendidikan berbasis lokal, jadi seorang guru harus membuat kurikum sendiri. Seorang mahasiswa yang pendidikannya hukum ketua P3B mengarahkan untuk menjadi seorang pengacara untuk membela mereka yang lemah atau ditindas, misalnya ketua P3B mempersiapkan seorang mahasiswa yang pendidikannya sarjana hukum yakni MR. Setelah lulus sarjana MR dimasukan mengikuti tes pelatihan menjadi sorang pengacara, hal ini dilakukan agar MR dipersiapkan menjadi pengacara, dan menjadi pembela keadilan dan kebernaran di Papua Barat, MR menjadi orang hukum di program untuk hal-hal yang tidak benar.

Dia tidak semata-mata memihak yang lemah tetapi memihak demi alasan yang lebih luas yaitu kesejahteraan masyarakat Papua Barat secara umum juga bahwa memihak kepada nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Harry Widjaya membaktikan dirinya untuk berpikir demi kepentingan masyarakat Papua Barat dan dengan melihat persoalan masyarakat Papua Barat dalam konteks yang lebih luas, dengan mendidik anak-anak Papua Barat sesuai bakat dan minat maka anak-anak tersebut merupakan bagian daripada program keahlian, dengan harapan dapat memunculkan pekerja-pekerja yang handal dalam bidangnya.

Ia (Harry Widjaja) melihat bahwa situasi dan kondisi yang dihadapi masyarakat Papua Barat, seperti kemiskinan, keterbelakangan, dominasi negara yang kuat terhadap masyarakat


(21)

Papua Barat, dan perekonomian yang hanya bisa dipegang oleh pendatang sedangkan masyarakat asli Papua Barat tidak berkembang dalam usaha perekonomiannya dan juga tidak ada ruang bagi masyarakat menjadi pengusaha atau pembisnis sehingga memperburuk situasi sosial masyarakat.

Macetnya pemberdayaan ekonomi masyarakat karena adanya ketidakadilan yang terjadi di bumi Cenderawasih. Memperhatikan kondisi seperti itu tergeraklah hati Harry Widjaja untuk melalukan suatu pendekatan kepada masyarakat dengan membawa visi kepada masyarakat. Untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat Papua Barat, sehingga perlu ada upaya gerakan sosial yang harus dilakukan, maka didirikanlah suatu komunitas atau organisasi yang disebut dengan perkumpulan Papua bangsa (P3B). Gerakan mengacu pada pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Papua Barat.

5.1.1.1a. Trajectory (riwayat)

Harry Widjaja, yang merupakan pendiri dari P3B inipun bukanlah orang yang berasal dari Papua Barat, tapi ia ingin membangun masyarakat Papua Barat melalui komunitas yang ia bentuk. Melalui komunitas yang ia bentuk ini membahwa dua visi yaitu pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Menurutnya bahwa hanya pendidikanlah yang merubah nasib suatu suku bangsa. Dia (Harry Widjaja) dengan rendah hati mendekatkan diri kepada masyarakat Papua Barat melalui tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh adat, mahasiswa, kelompok pemuda dan keluarga, hal ini dilakukan karena


(22)

dia bukan berasal dari masyarakat Papua Barat yang hampir tidak dikenal.

Dunianya bukan lingkungan itu membuatnya perlu mendekatkan diri melalui pendekatan seperti itu sehingga apa yang menjadi cita-cita Harry Widjaja untuk membangun masyarakat Papua Barat bisa terealisasikan atau bisa berjalan. Harry memberi alasan mengapa ia membentuk gerakan sosial P3B ia menyatakan bahwa”

“Pembangunan sudah dan akan terus terjadi pada kehidupan masyarakat di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat, sudah tetapi belum, itulah realita yang nampak pada kondisi sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan di tingkat kampung. Papua Barat yang memiliki kekayaan alam berlimpah, tapi masyarakatnya hidup dalam keterbelakangan merupakan ironi yang memilukan. Sejumlah program untuk mengembangkan wilayah timur bumi Cenderawasih ini ternyata mengabaikan pemberdayaan lokal dan karakter setempat. Hal inilah membuat untuk berkontribusi memajukan masyarakat Papua”.5

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa apa yang ia ingin melakukan adalah bagaimana membangun sumber daya manusia Papua Barat kedepan. Perkembangan generasi penerus perlu diupayakan melalui pendidikan formal maupun nonformal sehingga melalui pengetahuan yang mereka peroleh benar-benar hal itu menjadi senjata untuk mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia kerja. Ketika mendeteksi pengetahuan di tanah Papua Barat sangat memprihatinkan.

Keprihatinannya adalah terhadap pendidikan, karena pendidikan adalah untuk menciptakan sumber daya manusia handal, karena

5

Hal ini disampaikan dalam acara pertemuan P3B di asrama Mansinam Papua Barat di Salatiga


(23)

pengetahuan adalah kekuasaan artinya, pengetahuan mendorong orang untuk bisa berkuasa sehingga mampu menentukan dirinya, atau, sekurang-kurangnya ia tidak sepenuhnya di bawah dominasi orang lain. Bisa juga berarti, orang yang berpengetahuan berkesempatan menguasai orang lain. Mereka yang memiliki pengetahun dapat menaklukan orang lain,bahkan menentukan hidup matinya orang-orang tersebut. Bisa juga dibaca secara negatif bahwa orang yang tidak berpengetahuan cenderung tidak berkuasa sehingga mudah di kendalikan oleh orang lain yang berpengetahuan.

Tidak bisa disangkal bahwa dia bukanlah seorang putra Papua Barat tetapi dia memberikan hidupnya untuk masyarakat, dia merindukan masyarakat Papua Barat tetap mempertahankan identitasnya sebagai suku bangsa Papua Barat yang sudah tinggal lama disitu. Masalah sosial begitu rumit yang dihadapi masyarakat Papua Barat membuat Harry Widjaja membentuk suatu gerakan sosial Papua Barat yaitu perkumpulan Papua pusaka bangsa. Gerakan sosial ini merujuk pada tindakan kolektivitas dan dipahami sebagai uapaya untuk melindungi masyarakat asli Papua Barat dari ketertindasannya. Maka upaya yang dilakukan adalah program pembinaan dan program pembinaan tidak terbatas pada pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat saja tetapi dalam berbagai aspek. Dengan menyesuaikan bakat dan minat anak didik. Misalnya menggunakan milist P3B hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada setiap anggotanya untuk bagaimana memanfaatkan teknologi internet untuk berkomunikasi, melalui


(24)

komunitas virtual memberikan pengetahuan baru yakni bagaimana menggunakan internet. Dalam menggunakan teknologi informasi anggota P3B dapat menggunakan melalui E-mail, Yahoo Messenger, Facebook, google, dan twitter. Hal ini dilakukan untuk memperlancar komunikasi dan juga memberikan pendidikan agar mendapat pengetahuan baru melalui penggunaan teknologi komunikasi.

Gerakan sosial memiliki jaringan sosial berbagai daerah maka fungsi daripada gerakan sosial adalah bagian dari transformasi pengetahuan/perubahahn transformasi perubahan. Dengan tujuan itu gerakan kebaruan dalam membentuk jaringan sosial diberbagai daerah luar maupun dalam negeri membentuk suatu koneksi sosial. Bukan hanya itu saja tetapi itu bagian dari perubahan sosial masyarakat. Oleh karena itu proses gerakan ini dilakukan oleh mereka yang mengerti arti daripada gerakan sosial yang dilakukan oleh komunitas ini.

Gerakan ini boleh dibilang gerakan praktek sehari-hari dilapangan, dengan keyakinannya dan tujuan yang ingin dicapai adalah transformasi Papua Barat. Setiap anggota P3B yang berlatar belakang apapun bisa menggunakan teknologi informasi supaya dapat memberikan pengetahuan untuk bisa menggunakan teknologi komunikasi yang ada guna memperlancar komunikasi anggota. Dengan tujuan tersebut ketua perkumpulan (HW) membentuk Milist komunitas Papua Pusaka Bangsa (P3B) seperti contoh gambar di bawah ini:


(25)

Gambar 1.5. Milist Komunitas Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (P3B)

Sumber: Mailing list P3B (2012)

(Data di peroleh dari olahan Jeni dalam skripsi, (2012)

Selama ini komunikasi dalam komunitas ini dilakukan terutama melalui media mailing list dan Blackberry Messenger Group. Perbedaan dari penggunaan kedua media ini terletak dari banyaknya anggota yang tergabung di dalamnya. Bila di mailing list dapat menampung hingga ratusan anggota, di dalam Blackberry Messenger Group hanyalah anggota P3B yang menggunakan ponsel Blackberry. Namun dibatasi lagi menjadi hanya maksimal menampung 30 (tiga puluh) anggota sesuai dengan kapasitas dari Blackberry Messenger Group itu sendiri. Sehingga Blackberry Messenger Group ini tidak dapat menjangkau semua anggota P3B. Perbedaan lain dalam


(26)

penggunaan kedua media ini juga terletak dalam informasi didiskusikan didalamnya.

Bila di mailing list, informasi yang didiskusikan selalu diperbaharui dan merupakan media komunikasi bagi P3B secara keseluruhan untuk membicarakan tentang perkembangan kegiatan-kegiatan P3B. Sedangkan dalam Blackberry Messenger Group, topik yang didiskusikan lebih kepada kabar tiap anggota secara kesehariannya. Gaya komunikasi dalam kedua media ini juga sangat berbeda satu dengan yang lain. Bila diskusi dalam Blackberry Messenger Group, anggotanya mayoritas adalah mahasiswa dan juga gaya bahasanya lebih formal. Banyak emoticon yang bervariasi sehingga jauh dari kesan formal.

Didalam mailing list, anggota yang berpartisipasi lebih bervariatif. Mahasiswa, pengusaha ataupun pegawai negeri secara bergantian berpartisipasi dalam mailing list ini. Bahasa yang digunakan dalam mailing list ini cenderung lebih formal, karena minimnya emoticon, panggilan formal kepada orang yang lebih tua serta susunan kata yang menggunakan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).6

Bila di beberapa komunitas virtual lainnya memiliki beberapa orang yang ditugaskan menjadi aktor, maka di komunitas virtual P3B yang bertugas menjadi aktor hingga saat ini hanya satu orang saja,

6

Data diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan Jeni dalam skripsi dengan topik skrip “Motivasi Dan Hambatan Untuk Berpartisipasi Dalam Knowledge Sharing Pada Komunitas Virtual Papua Pusaka Bangsa (P3B) 2012.


(27)

yaitu ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa (Harry Widjaja). Sebelum kepengurusan P3B yang baru ini, Harry Widjaja berjabatan sebagai Ketua Umum.

Sementara dalam kepengurusan P3B yang baru ini, Harry Widjaja berposisi sebagai penasehat sekaligus sebagai selektor untuk investor yang ingin bekerja sama atau bergabung dengan P3B. Ketua P3B adalah aktor dalam komunitas virtual, ketua P3B menjadi administrator yang mengatur jalannya gerakan sosial P3B dan sekaligus menjadi moderator yang mengurus keanggotaan dalam komunitas ini. Dalam tugasnya sebagai administrator dan moderator komunitas virtual P3B, Harry mengajurkan anggota P3B untuk tidak bertingkah bersifat konfliktual berbau SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan).

Harry Widjaja terlahir di Cirebon pada tahun 1972, dari keluarga berdarah Tionghoa yang berdomosili di Cirebon. Masa-masa pendidikannya dihabiskan lebih banyak di Cirebon, dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah atas. Harry saat ini berprofesi sebagai dosen serta seorang penulis. Harry pada awalnya tidak pernah memiliki cita-cita untuk dapat bekerja dalam pengembangan masyarakat Papua Barat. Alumnus dari salah satu universitas swasta ternama di Jakarta ini, lulus sebagai sarjana Teknik Informatika. Ia baru mulai memiliki keinginan untuk berkontribusi bagi Papua Barat setelah kunjungannya ke Papua Barat dalam kurun waktu beberapa tahun. Kunjungan pertamanya di tahun 1999, lalu dilanjutkan dengan tahun 2000 dan 2001. Pada tahun-tahun tersebut,


(28)

Harry mulai mengunjungi berbagai kabupaten, desa-desa, dan pegunungan yang ada di Papua Barat karena diajak oleh seorang pemuka agama Kristen yang memiliki sebuah sekolah di pedalaman Papua Barat.

Masa pertimbangannya untuk semakin serius bekerja bagi pengembangan Papua Barat terjadi pada tahun 2006 sampai dengan 2008 saat dirinya kembali mengunjungi 10 (sepuluh) kabupaten, pegunungan dan pulau-pulau dalam rangka menulis biografi seorang tokoh di Papua Barat. Setelah kunjungannya inilah ketua P3B mulai merasa menerima konfirmasi bagi dirinya untuk fokus berkontribusi dalam membangun Papua Barat melalui jalur ekonomi dan pendidikan bagi putra putri Papua Barat.

Dalam diskusi P3B di kampus UKSW Salatiga, ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa menyatakan bahwa komunitas P3B adalah bentuk komitmen saya untuk mengembangkan sumber daya manusia Papua Barat yang mandiri dalam bidang ekonomi dan pendidikan”. Hal ini sering dikemukakan di setiap ada pertemuan, tujuan adalah agar masyarakat atau mahasiswa Papua Barat mengerti apa tujuan daripada gerakan sosial P3B yang dibentuknya itu.

Dia membentuk komunitas ini untuk membangun sebuah perkumpulan bagi orang-orang yang juga ingin bekerja untuk membangun Papua Barat, sama seperti dirinya. Putra-putri Papua Barat yang tergerak hati untuk membangun masyarakat Papua Barat maka terbentuklah perkumpulan ini perkumpulan inilah yang peneliti sebut dengan gerakan sosial P3B sedangkan sebutan dalam komunitas


(29)

ini sendiri adalah perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B), atau sering dalam komunitas ini dengan jargonnya disebut transformasi Papua Barat.

Untuk memperlancar komunikasi yang efektif diantara anggota dan masyarakat yang tergabung dalam gerakan social atau gerakan moral ini, pada tahun 2009, ketua perlumpulan membentuk grup milist (mailing list) P3B. Tujuannya dalam membentuk komunitas virtual ini adalah sebagai forum komunikasi dan informasi melalui internet bagi setiap anggota P3B yang tersebar di berbagai daerah baik di Papua Barat, di berbagai daerah di Indonesia maupun di luar Indonesia.

Dari awalnya, ketua P3B sudah menjadi moderator dan administrator komunitas virtual yang berbentuk milist ini. Selain sebagai pendiri, ketua P3B dalam kesehariannya saat ini menjabat sebagai penasehat di komunitas P3B. Secara informal, ia dianggap sebagai pembimbing anggota P3B. Sebagai moderator dan administrator, tugas ketua P3B dalam milist P3B adalah sebagai pembuat milist, menyaring setiap anggota yang ingin bergabung dalam milist P3B, serta menghapus postingan yang setelah di-review dianggap mengandung unsur negatif.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jeni dengan judul skripsinya “Motivasi Dan Hambatan Untuk Berpartisipasi Dalam Knowledge Sharing Pada Komunitas Virtual Papua Pusaka Bangsa


(30)

(P3B)”.7 Dalam temuan penelitiannya bahwa: setiap minggunya, Harry yang juga adalah ketua perkumpulan P3B rata-rata memposting sebanyak 7 (tujuh) kali. Dari segi jumlah, ketua P3B adalah anggota komunitas yang paling sering melakukan posting di mailing list ini, yaitu sebanyak 134 (seratus tiga puluh empat) kali sejak pergantian pengurus. Topik-topik yang diposting olehnya adalah mengenai informasi perkembangan kegiatan-kegiatan P3B, berita terbaru tentang perkembangan pendidikan,ekonomi, dan sosial di Papua Barat.

Postingan Harry belakangan ini adalah tentang update sekolah EUP (Emsyk Uni Papua) yang bekerja sama dengan P3B. Selain itu, ketua Harry juga kerap memberikan komentar atau me-reply posting-posting yang dilakukan oleh anggota lain. Biasanya, Harry merespon posting yang berisikan tentang fenomena atau kejadian di Papua yang membutuhkan tindakan langsung dari P3B ataupun menanggapi berita-berita politik yang berhubungan dengan sikap politisi di Papua. (beri contoh beberapa reply yang dilakukan Harry). Dalam penggunaan teknologi komunikasi, Harry dapat menggunakan Blackberry Messenger melalui smart phone. Ia juga berkomunikasi online dengan menggunakan E-Mail (ia memiliki akun Yahoo Mail) dan layanan instant messaging seperti Yahoo Messenger dan Google talk, serta media sosial seperti Facebook dan Twitter.

7 Sumber data diperoleh dari hasil Penelitian terdahulu Jeni dalam

skripsinya“Motivasi Dan Hambatan Untuk Berpartisipasi Dalam Knowledge Sharing Pada Komunitas Virtual Papua Pusaka Bangsa (P3B, 2012)


(31)

5.1.1.1b. Habitus (arena/lingkungan)

Habitus dalam suatu kelompok menjadi dasar perbedaan gaya hidup dalam suatu masyarakat, gaya hidup dipahami sebagai keseluruhan selera, kepercayaan dan praktis sistematis yang menjadi ciri suatu kelas. Perlu diperhitungkan masuk di dalamnya ialah opini publik, keyakinan filosofis, keyakinan moral, selera estetis dan juga makanan, pakaian, budaya. (Bourdieu.1994:23-25)8.

Dengan memperhatikan dari sudut pandang di atas, peneliti memperhatikan atau mengamati perilaku atau gerak masyarakat dengan pelaku dalam komunitas P3B. Dalam komunitas ini aktor atau pelaku menjadi penggerak utama dalam komunitas. Prinsipnya adalah dengan terbentuknya struktur-struktur masyarakat dalam komunitas ini akan menjadi prinsip penggerak dan pengatur praktik-praktik di lapangan kerja. Dimana praktik-praktik hidup itu diparaktikan oleh individu-individu dalam komunitas P3B. Praktik-praktik individu itu menjadi suatu budaya yang dapat disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini perkembangan budaya dapat kita lihat dengan cara bagaimana budaya tersebut beradaptasi dengan masyarakat secara individu itu sendiri.

Habitus merupakan kebiasan atau hasil keterampilan yang ditampilkan oleh tindakan praktis. Tindakan praktis ini yang kemudian diperlihatkan oleh ketua perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (P3B). Dia

8 Kritik terhadap neo-liberalisme. Jurnal Basis Edisi khusus piere Bourdieu 2003.hal


(32)

memperlihatkan kemampuannya berkembang dalam lingkungan sosial masyarakat. ketua perkumpulan Papua Pusaka Bangsa ini menjadi pionir. Dia membuat improvisasi secara kreatif, membentuk karakter anggota, menyusun strategi, dan membentuk struktur sosial masyarakat. apa yang dia meyakini dia melakukannya, dengan apa yang dia percayai dengan kebebasan kreatif. Jadi disini habitus menjadi sumber penggerak tindakan, pemiran dan representasi pembatinan.

Pemikiran Harry Widjaja membuka cakrawala pikir masyarakat dalam dunia usaha kepada mahasiswa dan masyarakat Papua Barat. Hal ini dilakukan dengan penafsiran untuk memahami dan menilai realitas yang terjadi di masyarakat Papua Barat, sekaligus menghasilkan praktek-praktek kehidupan yang sesuai dengan struktur sosial masyarakat. Dalam konteks ini sosialisasi bisa lebih jelas dipahami apa tujuan dan motif yang akan dilakukan oleh komunitas P3B.

Dengan cara itu individu memahami tindakan dan prakti-pratiknya. Tekanannya pada nilai atau norma itu mau menggaris bawahi ranah yang berupa kerja. Efektif berbagai perilaku yang berkaitan dengan perasaan perilaku yang menjadi kegitan pikiran. Dengan menolak kebiasan-kebiasaan yang ada dalam lingkungan kebudayaan masyarakat. secara pola hidup yang berkemabang pada manusia. Habitus memandang manusia sebagai individu yang memiliki kehidupannya sendiri tanpa kelompok. Hal ini dikarenakan pandangan habitus terhadap keberadaan manusia yang dilihat secara subjektif.


(33)

Ketua P3B membentuk suatu organisasi ini berawal dari keprihatinannya, ketika dia berangkat ke Papua Barat untuk mengunjungi sekolah berasrama dan kehidupan masyarakat asli Papua Barat. Sejak pertama kali dia melihat keadaan anak-anak Papua Barat tersebut hati dia tergerak untuk berbuat sesuatu untuk masyarakat Papua Barat. Dengan jalan yang ia yakini bahwa untuk membangun masyarakat Papua Barat adalah dengan pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Papua Barat perlu ada transformasi, transformasi sebuah gerakan sistem moral pemersatu kebangkitan spirit Papua Barat pasti bisa untuk bangkit dan membangun jawaban Papua Barat masa kini dan masa depan.

Dimana pembangunan yang sesungguhnya adalah pembangunan orang asli Papua dengan pendidikan sebagai kunci masa depan yang harapan dan pemberdayaan ekonomi yaitu kemampuan untuk memasuki kesejahteraan suku-suku bangsa di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat. Ide atau gagasan itu tidak hanya datang begitu saja tetapi dari keprihatinan persoalan masyarakat Papua barat yang dialami.

Ketika sumbangan pemikiran itu datang dari diri sesorang, maka hal itu salah satu bentuk reaksi dari sikap yang ditunjukan dengan tindakan bermakna bagi masyarakat Papua Barat. Tindakan refleksi seseorang seperti inilah yang disebut Bourdieu habitus9. Menurut Bourdieu bahwa habitus merupakan hasil keterampilan yang menjadi tindakan praktis (tidak harus selalu disadari) yang kemudian

9


(34)

diterjemahkan menjadi suatu kemampuan yang kelihatannya alamiah dan berkembang dalam lingkungan sosial tertentu.

Sikap yang ditunjukan oleh ketua P3B adalah sikap individunya yang kemudian mempengaruhi individu yang lain, individu terhadap individu atau individu terhadap kelompok atau kelompok-terhadap kelompok. Setiap ada diskusi apa yang disampaikan ketua P3B adalah bagaimana seorang mahasiswa dengan intelektualitasnya harus bersikap dan bertindak menggunakan intelektual demi nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini dikemukakan dengan ungkapan bahwa:

“Hal ini untuk menjawab panggilan saya untuk berkontribusi memajukan masyarakat Papua”.10

Apa yang dikemukakan ketua P3B di atas, pernyataan itu menunjukan adanya disposisi ketua P3B dalam menentukan arah orientasi sosialnya atau aktivitasnya. Cita-cita, selera, cara berpikir, etos dan sebagainya akan menunjukkan sikap. Jadi sikap yang ditunjukan ketua perkumpulan P3B itu kecenderungan dengan persepsi, dia merasakan apa yang dia lakukan, dan berpikir apa yang dia lakukan dalam tindakannya. Dengan kata lain dia memberikan hidupnya untuk berpikir demi kepentingan masyarakat Papua Barat. Dengan bervisi jangka panjang, tidak berpikir sempit, berani memikul tanggung jawab sosial yang menyeluruh, itulah panggilan profesionalisme yang ia tunjukan dengan intelektualitasnya. Dia seorang pengusaha namun dia tidak meletakkan diri pada satu

10

Dalam skripsi Jeni. Wawancara dengan HW yang dilakukan Jeni pada tanggal 12 Agustus 2011.


(35)

ideologi saja, untuk menjalankan panggilannya itu dengan berpihak pada, humanism, solidaritas antar anggota masyarakat, membuat jaringan sosial, dan perjuangan hak-hak masyarakat asli Papua Barat seperti hak ekonomi, hak pendidikan, kultur, dan aspirasi masyarakat setempat yang penuh toleransi dan anti kekerasan.

Dengan fokus perjuangan dibidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Strategi pendidikan tidak hanya mendidik dan mengajarkan tapi juga membimbing usaha dari setiap pesertanya hingga berkesinambungan dan mandiri. Sedangkan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat ini bertujuan untuk mendidik masyarakat Papua Barat dari setiap kalangan untuk memiliki semangat membangun usaha ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan.

Disinilah justru mendapat tantangan bagi komunitas yang dipimpinnya. Berbagai tantangan yang dihadapi misalnya berhadapan dengan mereka yang berpikiran sempit terhadap visi-misi daripada gerakan sosial P3B ini. Musuh tidak hanya datang dari eksternal saja tetapi juga dari internal. Misalnya musuh eksternal adalah, sikap curiga terhadap komunitas P3B, berkaitan dengan politik, sikap yang tidak mendukung, ideologis, egois, fundamentalis, hanya melihat kepentingan jangka pendek belaka. Sedangkan musuh internal adalah sikap yang intoleran, partisipasi anggota yang kurang, tidak memiliki ambisi secara individu, tidak kreatif, tidak punya ide, bahasa, komunikasi yang terputus.


(36)

Tindakan atau cara pandang tersebut dikondisikan oleh individu lain dan itu merupakan kondisi dia yang secara pribadi yang bisa saja tidak sesuai dengan secera paraktek dan teorinya secara budaya. Sehingga seorang pribadi ini juga dapat memutuskan jalan hidupnya sendiri tanpa mempedulikan orang lain yang ada dalam lingkungannya.

5.1.1.2. Tujuan atau target yang akan dicapai

Tujuan yang ingin dicapai adalah membantu dan memfasilitasi masyarakat Papua Barat memperoleh pendidikan yang tepat dan berguna baik untuk kepentingan lokal dan internasional melalui pelatihan dan pendidikan formal-informal. Melalui pendidikan holistic ,tepat, baik dan utuh bagi masyarakat Papua Barat. Melalui pendidikan yang holistic diharapkan masyarakat Menjadikan Papua Barat mampu berhubungan dengan masyarakat lainnya secara proporsional dan mampu menentukan sendiri nasibnya terlepas dari ketergantungan sistem dan berbagai perbedaan nilai-nilai moral dan etika yang ada. Melalui pendidikan masyarakat Papua Barat sebagai sumber aset bangsa Papua Barat dan menjadi harapan akan hari esok. Melakukan transformasi masyarakat Papua Barat melalui bidang pendidikan. Dan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan. Upaya ini dilakukan mengajak masyarakat Papua Barat untuk mau belajar dan tetap belajar karena belajar merupakan suatu proses interaksi sosial dalam setiap lini kehidupan.


(37)

Tujuan dari pada itu menurut ketua perkumpulan Papua Pusaka Bangsa bahwa, proses belajar dapat berlangsung jika dalam diri anda (masyarakat/mahasiswa) tumbuh rasa ingin tahu, mencari jawaban atas persoalan yang menjadi masalah bagi masyarakat Papua Barat dia harus sensitif terhadap persoalan yang anda rasakan dan anda peka terhadap masalah. Dan tidak hanya peka dan sensitif saja namun anda bekerja keras untuk membangun Papua Barat melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Anda menemukan jawaban atas pertanyaan dalam hidup anda. Hal itu bisa terjadi ketika anda melakukan suatu perubahan pola pikir anda, perilaku anda cara pandang anda terhadap dunia dimana anda tinggal.

Proses pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan dan pelatihan, pada umumnya sangat bersifat individual, dan kurang menekankan pada belajar kelompok. Selain itu proses pendidikan biasanya hanya berfokus pada pengembangan aspek kognitif. Sementara kalau kita menggabungkan modal manusia, maka modal manusia adalah bagian dari proses yang tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga bersifat efektif. Maka pengembangan modal sosial muncul di dalam kelompok gerakan sosial P3B. Karena dari sini menghasilkan kerjasama antar individu, oleh karenanya pembentukan modal manusia dengan melibatkan sejumlah orang yang bekerjasama dalam komunitas perkumpulan Papua pusaka bangsa ini.

Dari hasil pengamatan peneliti dalam komunitas ini menunjukan bahwa mereka belajar bersama dalam kelompok (learning group) kerja kelompok itu dapat meningkatkan hasil kerja kelompok dan


(38)

perasaan menyatu dalam organisasi tersebut. Hal inilah yang diterapkan oleh komunitas P3B bahwa usaha perbaikan pendidikan harus merupakan sistem yang logis, sehingga bagian-bagiannya berkaitannya satu dengan yang lainnya bisa terjadi kesinambungan. Rasa solidaritas sosial dan kekuatan masyarakat semakin bertumbuh.

5.1.1.3. Isu yang diangkat.

Perencanaan strategi P3B lebih memfokuskan pada pengidentifikasian masalah yang terjadi di Papua Barat dan pemecahan isu-isu, lebih menekankan pada penilaian terhadap lingkungan di luar dan di dalam organisasi dan berorientasi pada tindakan. Isu-isu yang diangkat antara lain adalah, pendidikan (education), pemberdayaan ekonomi masyarakat (Empower Economic) dan kesehatan (health).

ketiga hal tersebut di atas menjadi isu utama dalam gerakan sosial P3B, misalnya pendidikan. Pendidikan sangat diharapkan oleh warga Papua Barat untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan berkualitas, untuk menumbuh-kembangkan tumbuhnya daya nalar, kreativitas dan inovasi masyarakat Papua Barat. Sementara itu peningkatan status ekonomi dimaksudkan untuk memberi kesempatan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.

Dan masyarakat Papua Barat selayaknya mendapatkan pendidikan berbasis ekonomi yang terarah sehingga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Sedangkan peningkatan status gizi dan


(39)

kesehatan tergantung dari banyak sektor dan faktor, misalnya faktor status sosial ekonomi, pertanian, perikanan, peternakan dan lainnya. Hal tersebut di atas sudah dikemukakan juga oleh seorang dokter. John Manangsang dia tidak membahas dalam unsur pengalaman medis saja tetapi dia juga membahas dari sudut pandang lain yaitu sosio ekonomis, kultur dan geografis serta faktor-faktor lingkungan yang ada di dalamnya. Misalnya Manangsang menulis dalam bukunya “Papua Sebuah Fakta dan Tragedi Anak Bangsa”11 (2007), dia menyatakan disana bahwa pembangunan Papua pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Papua itu sendiri. Melalui pendidikan, peningkatan status ekonomi, peningkatan status gizi dan kesehatan. Sesungguhnya hal itu menunjukan bahwa memang masyarakat Papua Barat lemah dan terpinggikan oleh sistem birokrasi pemerintah daerah, yang hanya memberikan ruang kepada pemodal agar itu menjadi sumber pemasukan pendapatan daerah dan masyarakat tidak memiliki ruang sehingga sulit untuk mengakses perjuangan hidup mereka. Sebab perlindungan sosial terhadap masyarakat lemah, inilah yang menjadi fokus perhatian organisasi.

Atas dasar itulah komunitas ini digiring kepada suatu gerakan moral yaitu gerakan sosial P3B, gerakan ini membentuk suatu gerakan baru yaitu gerakan transformasional masyarakat Papua Barat, hal itu dilakukan untuk menyadarkan kepada masyarakat. Hal tersebut

11

Refleksi 15 tahun pasca kisah nyata: “cacatan seorang dokter dari Belantara Boven Digul dan komentar para pakar Indonesia.


(40)

dilakukan agar ada penyadaran diri dari masyarakat untuk merubah cara pandang, menentukan sikap kearah yang lebih baik

5.1.1.4. Modal (Kapital) untuk mencapai tujuan

Kapital manusia (human capital) menunjuk kepada kemampuan yang dimiliki seseorang melalui pendidikan, pelatihan dan atau pengalaman dalam membentuk pengetahuan dan keterampilan yang perlu untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam Lawang (2005: 13). Selanjutnya Luthans (2006:44) dalam bukunya” Perilaku Organisasi” ia menyatakan bahwa modal manusia mengarah kepada hubungan antara strategi dan kinerja perusahaan. Dengan artian bahwa sumber daya manusia memiliki pengetahuan dan intelegensia melalui pengalaman, pendidikan, keahlian dan ide mereka.

Kedua narasumber mengemukakan pendapat di atas peneliti mengaitkan kepada apa yang dikerjakan atau dilakukan oleh komunitas P3B adalah bagaimana membangun masyarakat Papua Barat di sektor pendidikan dengan sumberdaya manusia sebagai fokus intinya. Hal ini dilakukan untuk memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat suatu wilayah, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Maka anggota P3B diharapkan menemukakan cara pandang dan keahlian yang dimiliki mendorong dia untuk partisipasif dalam organisasi dan mengerjakan untuk mencapai tujuan.

Untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tahun 2009, ketua P3B membawah anak-anak yang kurang mampu dari Papua barat dan


(41)

memasukkan anak-anak tersebut ke sekolah menenga kejuruan bagimu negeri sebanyak 10 anak siswa ke 10 anak siswa tersebut masing-masing dari, provinsi Papua 5 anak dan provinsi Papua Barat 5 anak. Anak-anak tersebut di asramakan di SMK bagimu negeri Semarang. Ketua P3B tidak hanya membawa siswa namun ketua P3B juga membawa pengajar atau guru bahasa inggris asal Papua Barat untuk mengajar di SMK bagimu negeri. Ini salah satu upaya-upaya yang dilakukan oleh P3B untuk mendidik dan mengajar anak-anak dan masyarakat Papua Barat.

Sekolah bagimu negeri di Semarang salah satu sekolah yang menghimpun anak-anak yang kurang mampu untuk bersekolah. Dalam diskusi di Jakarta taggal 19 september 2010 ketua P3B yang juga adalah pendiri organisasi ini memberikan kesempatan kepada peserta yang hadir untuk berpendapat tentang organisasi P3B. Peserta yang hadir adalah satu pengajar asal Papua Barat yang juga mengajar di SMK Bagimu Negeri Semarang:

Dia senang sekali pak Harry membawa dia ke sekolah SMK bagimu negeri Semarang untuk menjadi pengajar adalah suatu hal baru bagi dia. Di luar Papua Barat mendapatkan kesempatan dan pengalaman baru itu hal yang luar biasa bagi dia. Tidak banyak orang Papua Barat yang mendapat kesempatan untuk mengajar di luar Papua Barat.

Apa yang dikemukakan salah satu pengjar asal Papua Barat itu

memang benar adanya bahwa tidak semua orang Papua Barat mendapat kesempatan mengajar di luar dari Papua Barat. Baik di negeri maupun swasta. Kebanyakkan mahasiswa asal Papua Barat yang mendapatkan gelar sarjana pendidikan pasti pulang ke daerah


(42)

dan menjadi guru di daerahnya, dan memang itu harus dilakukan untuk membangun daerahnya sendiri. Namun adapun pengalaman-pengalaman mengajar yang dari luar pun perlu diperhitungkan, sebab hal itu akan memberikan pengalaman kerja dalam hidupnya dan merasakan bagaimana mendidik dan mengajar masyarakat.

Dengan pengalaman dan ilmu yang dimiliki dia akan melakukan pekerjaan organisasi dengan baik di suatu lingkungan baru. Yang diharapkan P3B adalah bagaimana anak-anak didiknya mendapatkan pengalaman dan hal baru dalam hidupnya agar itu dikembangkan dalam organisasi dan itu salah satu kunci keberhasilan dalam hidupnya sehingga membangun suatu hubungan modal sosial, membangun kebersamaan, dan kepercayaan diri dan pada tindakan kolektif di dasari rasa saling memperayai untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam organisasi.

5.1.1.4a. Modal Sosial

Untuk mencapai suatu tujuan modal sosial sangat dibutuhkan. Oleh karena itu partisipasi kelompok masyarakat Papua Barat dalam suatu organisasi ini sangat penting karena untuk mewujudkan suatu misi organisasi parsipasi dalam suatu jaringan sosial sangat dibutuhkan karena modal sosial tidak hanya dibentuk oleh suatu individu melainkan kelompok untuk bersosialisasi, maka itu P3B membangun jaringan dengan kelompok atau individu lain untuk menjadi satu kekuatan mendorong organisasinya untuk mencapai tujuan.


(43)

Dari beberpa pendapat ahli sosiologi misalkan Putnam, Coleman, Fukuyama dan ahli sosiologi lainnya juga sepakat bahwa kerjasama masyarakat atau organisasi sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau organisasi atau lembaga. Masyarakat selalu berhubungan dengan masyarakat yang lain untuk membangun suatu jaringan sosial. Dalam konteks itu P3B melakukan fokus utamanya bagaimana anggotanya dilatih, di-didik melalui pendidikan formal-nonformal menekan pada dimensi yang luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk memperjuangkan tujuan dari pada organisasi tersebut.

Hal terpenting bagi P3B adalah bagaimana mendekatkan diri kepada masyarakat, melalui kelompok-kelompok yang sudah ada misalnya kepala kampung, keluarga, organisasi gereja, lembaga masyarakat adat. Tidak hanya pada kelompok saja tetapi P3B mendekatkan diri kepada individu-individu yang ada di masyarakat. Individu-individu tersebut dikelompokkan menjadi satu kesatuan kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama.

Komunitas ini melihat setiap individu dan kelompok masyarakat yang ada di Papua Barat adalah suatu modal sosial yang perlu dikembangkan. Intinya bahwa setiap insan yang ada di Papua Barat adalah modal untuk jadikan sebagai kelompok sosial masyarakat yang dibergunakan sebagai mitra kerja yang artinya bahwa konsep modal sosial menekankan kepada hubungan kerjasama dan kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan yang diusahakannya.


(44)

Menurut para ahli sosiologi bahwa modal sosial tidak dibangun hanya oleh suatu individu, melainkan kecederungan tumbuh dalam kelompok. Dalam artinnya bahwa bagaimana modal sosial dibangun kemampuan masyarakat Papua Barat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jarinagn sosial untuk mencapai suatu tujuan. Fukuyama dalam Hasbullah (2006:8) menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, dan di dalamnya di ikat oleh nilai-nilai dan norma yang tumbuh dan di patuhi.

Untuk menumbuhkembangkan rasa solidaritas terhadap komunitas P3B. Modal sosial yang dikembangkan komunitas ini adalah,

Pertama modal berdasarkan kepercayaan, trust inilah yang sering ketu perkumpulan Papua pusaka bangsa kemukakan bahwa bahwa kita harus menga kepercayaan satu sama yang lain, alasan yang sering dikemukakan adalah berdasarkan beberapa anggota P3B yang berpegang teguh komitmen. Hal ini memberikan alasan bahwa dengan kepercayaan itu dia (ketua P3B) telah berhasil membina anak didiknya menjadi seorang pengusah kontraktor di Jayapura dan seorang pengusaha muda di Sorong hal itu terjadi karena kepercayaan yang mereka berikan kepada ketua P3B sangat tinggi sehingga mereka berhasil, keberhasilan itu tidak datang begitu saja tetapi karena percaya.

Ketua P3B senang dengan kepastian perjanjian untuk senantiasa dipatuhi. Trust anggota P3B sangat tinggi, tetapi juga anggota P3B


(45)

cepat menujukkan kekecewaan mereka, walaupun dengan cara relatif sopan, tetapi kekecewaan yang dirasakan adalah ketua P3B terhadap anggota yang tergabung dalam komunitas ini karena kurang memenuhi komitmen dan jani anggotanya ketika awal bergabung maka anjurannya kepercayaan harus dijaga dan tidak mengecewakan. Trus pada organisasi P3B tidak hanya berkembang pada anggota P3B saja tetapi di dalam pergaulan indivud kelompok di dalam masyarakat luas dan juga kepada lembaga-lembaga mitra agar hubungan tetap terjalin baik.

Kedua modal berdasarkan kebersamaan. Modal berdasarkan kebersamaan ini yang peneliti amati adalah modal berdasarkan keluarga. Keluarga merupakan inti komunitas yang bisa cepat membentuk modal sosial, selain itu kelompok pemuda juga dijadikan sebagai modal sosial yang tentunya melalui kelompok kepemudaan membentuk interkasi sosial maka terbentuklah modal sosial tersebut, dari hasil pengamatn yang dilakukan kecenderungan masyarakat untuk melibatkan diri kegitan organisasi ini terlihat sekali.

Berbagai asosiasi yang bersifat volunter yang berkembang dalam komunitas banyak melibatkan diri dalam kegiatan ini misalnya praktik penggunaan pekerja sukarelawan terutama dalam pelayanan masyarakat atau program dan organisasi kependidikan sangat terlihat contoh P3B bekerjasama dengan salah satu sekolah swasta yaitu SMK Kristen Semarang, untuk mendukung keberhasilan agar kegiatan belajar mengajar bagi anak didiknya di SMK ini dapat berjalan lancar


(46)

tanpa harus menarik biaya pendidikan dari kalangan yang tidak mampu.

Ketiga adalah modal berdasarkan komitmen, hala inilah yang sering dikemukakan ketua P3B dalam tiap ada pertemuan dia sering menyatakan bahwa “kita harus berpegang teguh pada komitmen, perjanjian-perjanian yang kita buat adalah kesepakatan jadi berpegang pada komiten adalah salah satu wujud tanggung moril terhadap kepedulian kita terhadap visi-misi organisasi, komitmen ini juga akan meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap sesama anggota sebagai bertanggung jawaban moril terhadap komitemn yang dibuatnya sehingga membentuk modal sosial yang kuat berdasarkan komitemn tersebut.

ke empat modal berdasarkan jaringan atau jejaring sosial salah satu unsur modal sosial yang dikembangkan dalam komunitas ini adalah jejaring sosial, jaringan sosial dibuat untuk pihak anggota P3B dapat memanfaatkannya dalam kerangka pengembangan jejaring bisnis, karena biaya jejaringnya relatif lebih murah, ketimbang tidak memiliki jejaring. Sehingga jaringan sosial menjadi sangat penting untuk saling berinteraksi satu sama yang lain dalam komunitas P3B, kelompok ini membentuk jaringan-jaringan yang efektif, dengan kejujuran, disiplin diri, kerja keras, proaktif dan tingkat kepercayaan yang merupakan rangkaian modal sosial bagi perkumpulan P3B. Ke lima modal sosial berdasarkan budaya. Budaya yang peneliti maksudkan disini adalah kumpulan nilai-nilai yang dipakai bersama oleh anggota P3B untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai contoh


(47)

anggota P3B dituntut untuk bekerja dengan hati, bekerja keras, setia pada organisasi dan mementingkan pelayanan, melakukan nilai-nilai budaya dari hati seperti semangat kerja secara serius tapi bukan untuk dirinya sendiri, memberikan perhatian, optimisme, loyal pada organisasi, dan sebagainya, nilai-nilai tersebut menciptakan budaya dominan dalam organisasi yang membantu perilaku untuk membentuk modal sosial.

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bahwa komunitas ini membentuk suatu struktur atau budaya baru, misalnya mengintegrasikan nilai-nilai sosial yang melekat pada masyarakat lokal dengan melakukan nilai-nilai social baru dalam organisasi itu. Nilai budaya dan nilai baru memang beda tetapi itu tidak demikian, perubahan budaya menjadi satu. Salah satu contoh kongkrit bagaimana P3B melakukan gerakan sosial berdasarkan konteks, seperti dikemukakan ketua P3B “kita tidak hanya berpikir marginal saja tetapi kita berpikir global dan bertindak lokal”12 jelas hal ini disampaikan karena alas an tersebut di atas bahwa kita tidak mengabaikan nilai-nilai lokal tetapi kita mengelaborasikan nilai-nilai baru dan nilai lokal agar masyarakat rasa memiliki. Sehingga masyarakat menerima nlai baru tidak pada pemaksaan kehendak untuk harus mengikuti namun dituntut untuk memilih masyarakat tradisional dengan hal-hal baru, oleh sebab itu P3B memberikan ruang kepada masyarakat sesuai konteks sebab masyarakat memiliki pengetahuan.


(48)

5.1.1.4b. Modal Ekonomi

Modal ekonomi yang dikembangkan P3B dalam usahanya adalah pemberdayaan ekonomi dan pendidikan yang terintegrasi. Perkumpulan ini menjadi wadah kebersamaan untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan kualitas pendidikan, dengan pelatihan,pembinana bidang formal dan informal. Mengembangkan sumber daya sosial dan ekonomi melalui pelatihan entrepreneurship dan pemberdayaan potensi lokal.

Kemandirian adalah jalan keluar bagi masyarakat Papua Barat untuk keluar untuk menyelesaiakan masalah sosial dan ekonomi masyarakat. Melalui program entrepreneurship kemandirian masyarakat dapat mengatur dan mengurangi besarnya ongkos pembangunan sehingga mampu melakukan proses modernisasi yang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat di daerah tertentu. Program yang berbasis kerakyatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua Barat dilakukan melalui diskusi, seminar, dan diskusi lepas.

Kegiatan Papuapreneur ini bertujuan untuk mendidik masyarakat Papua Barat dari setiap kalangan untuk memiliki semangat membangun usaha ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan tanpa harus menggantungkan diri dari pemerintah dan pendatang yang berdagang di Papua Barat. Gerakan ini bertujuan membangun gerakan sosial yang mandiri maka nilai-nila bdaya yang ditanakan adalah


(49)

belajar lebih kreatif, semangat bekerja keras, bernilai seni dan berinovasi dalah bagian seni hidup yang dipraktikkan.

Maka tindakakn yang harus dilakukan adalah tidak hanya mendidik dan mengajarkan tapi juga membimbing usaha dari setiap pesertanya hingga berkesinambungan dan mandiri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan sosial masyarakat Papua Barat yang tergabung dalam komunitas ini perubahan social yang diinginkan P3B dalam kaitan trnsformasi Papua Barat adalah perubahan paradigma berpikir.

Otonomi khusus diberikan untuk masyarakat berpikir dan bertindak sesuai madat undang-undang otonomi khusus. Untuk pengembangan masyarakat Papua Barat dalam pembangunan perlu ada upaya hukum atau kepastian hukum. Maka itu Payung hukum untuk melindungi warga asli Papua yaitu UU Nomor 21/2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) belum berbicara banyak.

Walau disana di jelaskan adanya keutamaan warga asli untuk mendapatkan pekerjaan berdasarkan pendidikan dan keahliannya, namun nampak belum memadai. Aspek politik seputar polemik otsus lebih cenderung berputar-putar pada masalah jumlah dana yang diperlukan untuk pembangunan Papua Barat bukan pada upaya pemberdayaan warga asli Papua Barat agar memiliki daya saing menghadapi kesenjangan ekonomi.

Dengan melihat perkembangan masyarakat Papua Barat maka P3B melakukan gerakan sosial pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan ekonomi dan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan melalui


(50)

pelatihan-pelatihan, pembinaan kearah wirausaha, tujuan dari itu adalah bagaimana meningkatkan kualitas masyarakat melalui enterepreneur dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan keterampilan khusus, dari hasil pelatihan dan pembinaan tersebut agar masyarakat dapat meningkatkan status sosialnya melalui pengembangan diri tersebut.

Kegiatan tersebut dimulai dari kegiatan diskusi, seminar, dan pelatihan-pelatihan, dan pendidikan ekonomi pembangunan. Pengetahuan awal sangat diperlukan untuk pengembangan wirausaha maka P3B memberikan suatu pengetahuan kewirausahaan terhadap masyarakat atau anggota yang tegabung dalam komunitas ini (P3B), kegiatan-kegitan tersebut dilakukan P3B dan salah contoh kegiatan P3B tergambar di bawah ini:

Gambar 1.6. Kegiatan Intrepreneurship di kota Jayapura-Papua Barat


(51)

Kegiatan pengembangan jiwa entrepreneur ini telah dilakukan di dua kota, yaitu Jayapura dan Sorong. Tujuan daripada itu adalah membentuk peserta didik yang cerdas, terampil untuk menanamkan jiwa wira usaha pada peserta didik, mendorong semangat belajar, memutuskan kemiskinan menuju kesejahteraan melalui entrepreneuship dan berkarya yang berkelanjutan bagi anggota P3B. Tidak ketinggalan juga dibuatnya akademi sepak bola, yang ditujukan untuk mengembangkan potensi olah raga anak-anak Papua Barat yang dinamakan Embun Cyclop (Emsyk). Dengan berbagai prestasi yang pernah dibuat oleh Akademi Emsyk ini, pada tahun 2012 akademi ini telah mendapatkan dukungan dari Real Madrid Foundation.

Untuk pengadaan bantuan kepada 100 siswa yang berkompeten dalam sepak bola. Komunitas ini juga memiliki program jangka panjang yang menjadi goal besar mereka yaitu pembangunan Papua Integrity Land atau Center of Human Development.

Gambar 1.7. Anak-anak Papua Barat yang masuk dalam Akademi Sepak Bola Emsyk.


(52)

Sumber: Arsip P3B (2012)

Di mana kawasan Papua Integrity Land ini akan menjadi Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Papua yang terdiri dari Panti Asuhan, Sekolah Berasrama, Perikanan, Pertanian dan Peternakan, Akademi Musik dan Seni, dan Sekolah berasrama.13

Organisasi ini dalam upayanya melalukan melalui pendirian jaringan-jaringan sosial, di daerah-daerah dan komunitas ini meyakini bahwa transformasi yang akan merubah keadaan masyarakat, perubahan sosial, ekonomi dan politik. Poin penting dari komunitas ini adalah bagaimana P3B memainkan peran dalam gerakan sosial untuk menyesejahterakan masyarakat melalui pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Gagasan pemberdayaan ekonomi masyarakat bukanlah sesuatu hal yang baru. Tetapi yang

13

Data-data berkaitan dengan Akademi Sepak Bola Emsyk diperoleh dari skripsi Jeni (2012)


(53)

terpenting bagi peneliti disini adalah tujuan dari pada gerakan sosial komunitas ini bahwa gerakan sosial menarik pada konsep modal manusia. Modal manusia menunjuk pada potensi orang dan kontribusi tenaga, ide atau pikirannya yang dipergunakan untuk gerakan sosial ini

Para ekonom sudah membicarakan modal (kapital) khususnya modal ekonomi atau finansial (financial capital) yaitu modal finansial berkaitan dengan modal uang yang dapat dipergunakan untuk membeli fasilitas atau alat-alat produksi perusahaan atau usaha-usaha lainnya, atau sejumlah uang yang ditambung untuk investasi masa depannya.

Tatapi para ahli yang lain dalam hal ini para ahli sosiologi membicarakan modal bentuk lain, seperti modal manusia, modal intelektual, dan modal kultural atau budaya, yang juga dapat digunakan untuk keperluan tertentu atau investasikan untuk masa yang akan datang. Modal manusia dapat meliputi keterampilan atau kemampuan yang dimiliki orang untuk melaksanakan tugas tertentu. Modal intelektual mencakup kecerdasan atau ide-ide yang dimiliki manusia untuk mengartikulasikan sebuah konsep atau pemikiran. Sedangkan modal cultural meliputi pengetahuan dan pemahaman komunitas terhadap praktek dan pedoman-pedoman hidup dalam masyarakat.

Misalnya seperti apa yang dikemukakan oleh ketua P3B bahwa para anggota mau tampil memberikan pencerahan bagi masyarakat Papua Barat. Contohnya adalah dia sendiri (ketua P3B) dia


(54)

membentuk komunitas P3B dan mendidik, membina, dan melatih itu adalah bagian dari keterampilan yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dia (ketua P3B) memberikan apa yang dia miliki dalam hal ini pengetahuan kepada masyarakat dan dia juga secara intelektual membaktikan hidupnya untuk berpikir demi kepentingan masyarakat Papua Barat dan melihat persoalan masyarakat Papua Barat dalam konteksnya yang lebih luas.

5.1.1.4c. Modal Budaya

Modal budaya yang ingin dikembangkan oleh komintas ini adalah modal budaya berdasarkan pendidikan yang berpengetahuan, dan juga nilai-nilai yang tidak terpisahkan dari kultur budaya setempat, sehingga perubahan itu bernilai kontekstual dengan nilai-nilai baru tersebut. Dalam penelitian ini juga peneliti mengamati apa yang dikerjakan perkumpulan ini adalah bagaimana gerakan sosial ini mempersatukan dalam nilai-nilai baru. Mengintegrasikan masyarakat dalam satu kesatuan komunitas P3B kegiatan yang ingin diajarkan adalah bagaimana masyarakat bekerja keras dan berinovasi dalam bidang yang digeluti oleh kominitas ini. Proses yang ingin di ajarkan oleh komunitas P3B ini adalah:

pertama proses rasionalisasi, kedua proses standarisasi dan ketiga proses liberisasi

Dari ketiga hal tersebut di atas yang pertama bahwa proses rasionalisasi yang ingin diajarkan P3B adalah segala sesuatu digunakan


(1)

persoalan masyarakat sehingga terciptalah ruang bagi masyarakat untuk berekpresi. Oleh sebeb itu kondisi yang mendukung bukan material, tetapi pengembangan masyarakat berdasarkan jaringan sosial dan membentuk modal sosial.

FaKtor yang paling utama untuk mendukungan gerakan ini adalah kebersamaan, persatuan,tanpa membedakan suku, ras, dan agama, berhimpunan Papua pusaka bangsa terus bergerak maju,dan berkarya dilandasi moral dan integritas yang kuat.

peluang seperti ini tingkat emosianal individu maupun kelompok yang tergabung dalam komunitas sangat tinggi. Hal ini diperlihatkan dari beberapa individu-individu yang tergabung melalui milist seperti ibu Suzette secara individu mendukung gerakan sosial ini. Dukungan-dukungan yang berikan dari luar dan dalam negeri melalui milist adalah kondisi-kondisi yang mendukung.

Selain itu juga faktor yang paling utama adalah pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh individu-individu untuk mentransferkan nilai-nilai baru kepada masyarakat Papua Barat dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ciri-ciri pendukung gerakan sosial P3B, adalah karena kekecewaan terhadap perkembangan pembangunan masayarakat, kedua, melali pengalaman personal, karena ekonomi dikuasai pendatang, dan kesadaran sehingga bersama-sama mencapai aksi kolektif.


(2)

Kondisi yang menghambat seperti biasa pada umumnya yang terjadi di Papua Barat bahwa masalah transportasi, letak gergrafis, kurangnya kepedulian masyarakat atau mahasiswa yang tergabung dalam komunitas ini. Dalam komunitas focus jelas, konsep kuat, strategi bagus, manajemen butuh perbaikan, dan menjadi kelemahan belum memiliki fasilitas yang memadai untuk support.

Komunitas akan memberikan banyak dampak atau pengaruh, begitu banyak latar belakang yang berbeda-beda, suku dan lain-lain menjadi warna tersendiri menambah kesulitan, terutama dalam pola pikir. Komunitas sudah bisa mengayomi tentu belum karena anggotanya tersebar di 14 kabupaten dan lima kota di Jawa. Dari banyak kabupaten dan kota di Jawa itu yang sudah tercover Jayapura sentani, sorong 60%. Sementara rata-rata mahasiswa, kurang begitu intensif, komunikasi tidak begitu bisa tatap muka kecuali Jakarta dan tangerang.

Sudah melakukan pergantian pengurus tetapi P3b tetapi belum efektif karena masih dalam transisi. Tetapi fungsi jelas dan aktivitas tetap berjalan, dampak dari pergantian pengurus pada P3B dari aspek organisasi jarang bertemu. Jarang bertemu karena ada beberapa hambatan pertama, khusus di pulau jawa kebanyakan adalah mahasiswa sulit untuk bertatap muka, karena jarang bertemu komunikasi juga terputus. Tetapi untuk menganttisipasi terputusnya komunikasi tersebut P3B membuat milist untuk sarana berkomunikasi, tetapi milist masih biasa saja dan kurang intens untuk aktif dalam milist mungkin teman-teman di Papua Barat maupun teman


(3)

mahasiswa jarang buka internet jadi interaksi lambat. Hambatan teknologi sama individu juga sangat berpengaruh ke milist. Hambatan yang dirasakan untuk aktif dimilist adalah beberapa anggota pasif. Hambatan lain lain dirasakan juga berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang dirasakan setiap individu anggota P3B, yang peneliti maksudkan adalah pengalaman yang dirasakan oleh masyarakat Papua Barat berkaitan dengan status politik Papua Barat. Status politik Papua Barat berpengaruh kepada spikologi masyarakat, sehingga setiap aktivitas yang digerakan oleh P3B selalu dicurigai oleh masyarakat misalnya mereka selalu bertanya apa itu Perkumpulan Papua pusaka bangsa, bangsa mana? Bangsa Papua Barat atau bangsa mana?, tantangan seperti ini juga datang dari pihak pemerintah. Pemerintah juga selalu mencuriga gerakan sosial P3B ini. Jadi ada semacam kecurigaan berlebihan terhadap setiap aktifitas atau gerakan sosial yang bergerak di Papua Barat. Sehingga hal ini juga menjadi mengganggu spikologi masyarakat sehingga bias macet ditengah jalan atau setiap individu yang tergabung bisa saja memilih untuk tidak bergabung dan juga keluar dari keanggotaannya.

5.3. Relevansi Gerakan Sosial P3B Dengan Masalah Pembangunan Jika kita mengamati bahwa perkembangan masyarakat Papua Barat dalam dunia usaha/bisnis tidak terlalu kelihatan dibanding dengan masyarakat non Papua Barat. Realita dilapangan menunjukan bahwa perkembangan perekonomian masyarakat pendatang jauh mengungguli dibanding dengan masyarakat lokal. Hal itu disebabkan


(4)

masyarakat pendatang mereka membekali dengan pengetahuan, pengalaman, kreativitas dan inovasi yang cukup untuk untuk mereka kembang di Papua Barat.

Sementara itu masyarakat lokal/masyarakat Papua Barat jauh ketinggalan dalam hal perekonomian. Untuk itu P3B meningkatkan status ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pemberdayaan ekonomi dimaksudkan untuk member peluang bagi pertumbuhan dan perkembangan pendapatan rumah tangga, desa, dan wilayah. Sumber potensi alam yang mereka miliki digunakan untuk kemakmuran masyarakat setempat.

Bagaimana sumber-sumber potensi alam yang bernilai ekonomis diperkenalkan kepada mereka, dibina dan dikembangkan melalui sistem-sistem yang yang dikembangkan perkumpulan P3B, seperti penyuluhan, pembinaan, Program masyarakat mandiri, pelatihan pengembangan usaha mikro, pendampingan pemodalan usaha kecil pengembangan energi terbarukan, pelatihan keterampilan atau keahlian usaha, dan cara-cara lain yang sesuai. Sebagai contoh pembudi daya ikan, kulit buaya, penangkapan ikan laut maupun tawar seharusnya dipegang langsung oleh masyarakat pribumi dengan manajemen yang baik. Mereka jangan hanya dijadikan penonton, pemburu tetapi dijadikan sebagai pemilik.

Jadi ada faktor penting yang dikembangkan peranannya dalam pembangunan masyarakat Papua Barat. Faktor yang penting adalah pendidikan, pengetahuan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat maka P3B mengarahkan anggotanya yang tergabung dalam komunitas


(5)

ini kearah pendidikan ekonomi masyarakat, transfer nilai-nilai baru menjadi hal penting untuk dikembang dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, dengan faktor itu menjadi dominan dalam pengembangan pembangunan masyarakat. Sementara mereka yang tidak mau menerima nilai-nilai baru dan memegang pada nilai-nilai lama atau hal-hal yang lama akan menjadi terpinggirkan dan akhir dari itu masuk dalam linggaran kemiskinan.

Maka capaian yang akan didapat adalah pola-pola perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan pendidikan yang diajarkan melalui pendidikan formal dan nonformal yang mengungkapkan cara inovasi baru atau mengalami perubahan baru dari hasil pengetahuan baru tersebut. Maka strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Perkumpulan Papua pusaka bangsa ini bertujuan membangun masyarakat Papua Barat. Strategi pemberdayaan atau pengembangan masyarakat melibatkan pengembangan modal sosial, memperkuat interaksi social dalam masyarakat, mengintegrasikan komunitas dalam satu ikatan (kolektivitas) dan membantu masyarakat saling berinteraksi satu sama yang lain. Dengan diskusi, seminar, dan aksi social langsung. Maka kominitas P3B membuat milist untuk saling dalam berkomunikasi dari jarak jauh, sebab setiap individu-individu berada diberbagai daerah baik diluar mapun didalam negeri. Sebab hilangnya komunikasi mengakibatkan hilangnya interaksi social dan hal ini akan membawa dampak isolasi, percehan, individualisasi. Sehingga pengembangan masyarakat yang baik langsung diarahkan


(6)

pada komunikasi yang intens dan kolektivitas masyarakat dalam komunitas virtual P3B.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Credit Union (CU) GBKP dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Karo T1 712008043 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Wirausaha Migran Makassar di Papua T2 092010004 BAB V

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Migran dalam Bingkai Orang Papua T2 092011007 BAB V

0 0 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB V

0 0 48

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat)

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) T2 092010005 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) T2 092010005 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) T2 092010005 BAB IV

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) T2 092010005 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat)

0 0 10