Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Pembahasan

43 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan Research and Development. Menurut Endang Mulyatiningsih 2012: 145 produk penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan dapat berupa model, media, peralatan, buku, modul, alat evaluasi, dan perangkat pembelajaran; kurikulum, kebijakan sekolah, dan lain-lain. Sedangkan produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS berbasis pendekatan kontekstual pada materi Logika untuk SMA Kelas X.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah model ADDIE Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery, and Evaluations . Model ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry 1996 untuk merancang sistem pembelajaran. Berikut ini diberikan tahapan- tahapan pengembangan dengan menggunakan model ADDIE Endang Mulyatiningsih, 2012:183-186.

1. Analysis Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap perlunya pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Tahap analisis diperlukan untuk mengetahui berbagai kebutuhan untuk menghasilkan sebuah produk yang berkualitas. Tahap analisis terdiri dari analisis kebutuhan, analisis karakteristik siswa, dan analisis kurikulum. 44 a. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui berbagai masalah dalam pembelajaran matematika yang ada di sekolah sehingga dibutuhkan pengembangan perangkat pembelajaran. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi ketersediaan dan keadaan perangkat pembelajaran yang mendukung terlaksananya suatu proses pembelajaran. Pada tahap ini ditentukan perangkat pembelajaran yang perlu dikembangkan untuk membantu siswa belajar. b. Analisis Karakteristik Siswa Analisis karakteristik siswa bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik siswa dan mengetahui perangkat pembelajaran yang sesuai sehingga dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis karakter siswa antara lain: kemampuan akademik, kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar, pengalaman belajar, dan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika. c. Analisi Kurikulum Analisis kurikulum bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai kompetensi yang menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran. Analisis kurikulum dilakukan dengan mengkaji berbagai kompetensi pencapaian pada kurikulum yang sedang digunakan. Analisis dimulai dengan mengkaji pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran seperti yang tercantum pada kurikulum. Hasil 45 yang diperoleh dalam analisis ini adalah rumusan indikator-indikator pencapaian tujuan pembelajaran dan cakupan materi.

2. Design Perancangan

Tahap design merupakan proses sistematik yang dimulai dengan menetapkan tujuan belajar, merancang kegiatan pembelajaran, merancang perangkat pembelajaran merancang materi pembelajaran, dan merancang alat evaluasi hasil belajar Endang Mulyatiningsih, 2012: 200. Pada tahap ini dilakukan penyusunan rancangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya. Pada tahap ini juga dilakukan penyusunan rancangan instrumen yang akan digunakan untuk menilai kualitas perangkat pembelajaran berupa lembar penilaian perangkat pembelajaran, angket respon, lembar keterlaksanaan pembelajaran, dan soal tes hasil belajar.

3. Development Pengembangan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan dalam penelitian ini meliputi: a. Pengembangan dan validasi instrumen penelitian Pengembangan instrumen berupa lembar penilaian perangkat pembelajaran, angket respon, lembar keterlaksanaan pembelajaran, dan soal tes hasil belajar dilakukan berdasarkan rancangan yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Setelah mendapat masukan dari dosen pembimbing, instrumen penelitian siap untuk divalidasi. Sebelum digunakan untuk 46 mengukur kualitas produk instrumen penelitian yang telah divalidasi direvisi sesuai masukan dan saran dari validator. b. Pengembangan perangkat pembelajaran Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan berdasarkan rancangan awal yang telah disusun. Pada tahap ini menghasilkan produk awal perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Produk awal perangkat pembelajaran kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Setelah mendapat masukan dan perbaikan dari dosen pembimbing, kemudian perangkat pembelajaran divalidasi oleh dosen ahli dan guru matematika SMA kelas X. c. Validasi perangkat pembelajaran Validasi dilakukan oleh dosen ahli dan guru matematika. Validasi perangkat pembelajaran bertujuan untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan lembar penilaian RPP dan LKS yang telah disusun dan divalidasi. Hasil validasi digunakan sebagai acuan untuk perbaikan dan penyempurnaan perangkat pembelajaran sebelum diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini diperoleh data kualitas produk berdasarkan aspek kevalidan. d. Revisi perangkat pembelajaran berdasarkan hasil validasi Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah divalidasi oleh validator, selanjutnya diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran yang telah diberikan. 47

4. Implementation Implementasi

Setelah RPP dan LKS dinyatakan valid, perangkat pembelajaran tersebut diujicobakan secara terbatas pada sekolah yang telah ditentukan menjadi subjek penelitian. Tahap implementasi atau uji coba dilakukan untuk memperoleh data kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan aspek kepraktisan dan keefektifan. Kepraktisan perangkat pembelajaran dapat diketahui melalui pengisian angket respon siswa dan angket respon guru pada akhir pertemuan serta hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Keefektifan perangkat pembelajaran diketahui melalui tes hasil belajar siswa pada akhir pertemuan.

5. Evaluation Evaluasi

Tahap evaluasi bertujuan untuk mengetahui kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan perangkat pembelajaran yang dihasilkan. Data yang diperoleh dari tahap sebelumnya dianalisis apakah memenuhi kualitas produk ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan, serta diketahui berbagai revisi yang perlu dilakukan. Revisi dilakukan agar perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai dan dapat digunakan oleh sekolah dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian pengembangan ini adalah 24 siswa Kelas X SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman. Berdasarkan nilai hasil ujian nasional matematika tahun 2015 BSNP, 2015, SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman jurusan IPA menempati peringkat 62 dari 169 SMAMA di Yogyakarta. Sedangkan untuk jurusan IPS menempati peringkat 88 dari 198 SMAMA di 48 Yogyakarta. Berdasarkan peringkat tersebut SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman dikategorikan sebagai SMA dengan prestasi cukup baik.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada tahun ajaran 20152016 semester genap pada tanggal 11 Januari - 13 februari 2016 di SMA N 1 Cangkringan, Sleman. Adapun tempat uji coba yaitu kelas XA SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman.

E. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut:

1. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data deskriptif yang diperoleh selama proses pengembangan. Data kualitatif diperoleh dari masukan, tanggapan, kritik, saran, dan perbaikan dari dosen pembimbing, dosen penilai, guru, dan siswa.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif mengenai kualitas produk yang dikembangkan berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan yang diperoleh dari: a. Data hasil penilaian perangkat pembelajaran RPP dan LKS oleh dosen ahli materi, dosen ahli media, dan guru matematika. b. Data hasil angket respon siswa dan angket respon guru terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. c. Data hasil tes hasil belajar siswa yang diberikan pada akhir pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. 49

F. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen penelitian

1. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP

RPP digunakan sebagai panduan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. b. Lembar Kegiatan Siswa LKS LKS ini merupakan lembar kegiatan siswa pada materi logika yang dikembangkan dengan pendekatan kontekstual.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian perangkat pembelajaran, angket respon, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan soal tes hasil belajar. penjelasan dari masing-masing instrumen adalah sebagai berikut. a. Lembar penilaian perangkat pembelajaran Lembar penilaian perangkat pembelajaran digunakan untuk mengukur kevalidan perangkat pembelajaran yang dihasilkan. Penilaian yang diberikan pada lembar ini akan menentukan apakah perangkat pembelajaran yang dihasilkan layak diujicobakan tanpa revisi, layak diujicobakan dengan revisi, atau tidak layak diujicobakan. Lembar penilaian perangkat pembelajaran terdiri dari dua macam, yaitu: 50 1 Lembar penilaian RPP Lembar penilaian RPP diberikan kepada dosen ahli materi dan guru matematika untuk mengetahui kevalidan RPP yang dikembangkan. Lembar penilaian RPP disusun berdasarkan prinsip dan komponen RPP yang termuat dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. 2 Lembar penilaian LKS Lembar penilaian LKS diberikan kepada dosen ahli materi, dosen ahli media, dan guru untuk mengetahui kevalidan LKS yang dikembangkan. Lembar penilaian LKS disusun berdasarkan riteria kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan. Lembar penilaian perangkat pembelajaran ini disusun dengan 5 alternatif jawaban yaitu tidak baik 1, kurang baik 2, cukup 3, baik 4, dan sangat baik 5. Lembar penilaian perangkat pembelajaran dapat dilihat pada lampiran C.1 - C.6. b. Angket respon Terdapat dua angket respon yang digunakan yaitu angket respon siswa dan angket respon guru. 1 Angket respon siswa Angket respon siswa diberikan kepada siswa pada akhir pertemuan. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui respon dan tanggapan siswa mengenai kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan digunakan dalam proses pembelajaran. Angket respon siswa disusun 51 berdasarkan aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual, keterbantuan, kemudahan, dan kemenarikan. 2 Angket respon guru Angket respon guru diberikan kepada guru setelah seluruh proses pembelajaran menggunakan perangkat yang dikembangkan selesai dilaksanakan. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui respon dan tanggapan guru terhadap perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan digunakan dalam proses pembelajaran. Angket respon guru disusun berdasarkan aspek materi, kesesuaian dengan pendekatan kontekstual, RPP, dan LKS. Angket respon menggunakan 5 alternatif jawaban yaitu STS sangat tidak setuju, TS Tidak Setuju, KS Kurang Setuju, S Setuju, SS sangat setuju. Angket respon yang digunakan dapat dilihat pada lampiran C.7 – C.10. c. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur kepraktisan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. lembar observasi ini diberikan kepada observer yang bertugas mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran disusun berdasarkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan komponen pendekatan kontekstual. Lembar observasi memiliki dua alternatif jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak”. Selain itu, terdapat catatan untuk masing-masing aspek yang diamati jika terdapat kejadian khusus selama proses pembelajaran. Lembar observasi 52 keterlaksanaan pembelajaran yang digunakan dapat dilihat pada lampiran C.11. d. Soal tes hasil belajar Soal tes hasil belajar digunakan pada akhir pertemuan setelah proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan selesai dilaksanakan. Soal tes hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Instrumen soal tes hasil belajar yang digunakan dapat dilihat pada lampiran C.12 – C.14.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara

Wawancara secara tidak terstruktur dilakukan kepada guru matematika SMA N 1 Cangkringan, Sleman yang bertujuan untuk memperoleh data tentang karakteristik siswa dan pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut sebagai acuan awal dalam menyusun rancangan awal perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan.

2. Metode Observasi

Observasi dilakukan selama uji coba untuk memperoleh data-data pendukung yang bisa digunakan untuk bahan acuan penyusunan serta perbaikan produk dalam pengembangan perangkat pembelajaran.

3. Metode Angket

a. Memberikan lembar penilaian RPP kepada ahli materi dan guru matematika untuk mengukur kevalidan RPP yang dikembangkan. 53 b. Memberikan lembar penilaian LKS diberikan kepada ahli materi, ahli media, dan guru matematika untuk mengetahui kevalidan LKS yang dikembangkan. c. Memberikan angket respon kepada guru dan siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan selesai untuk mengetahui kepraktisan dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. d. Memberikan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran kepada observer untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran yang digunakan.

4. Metode Tes

Tes dilakukan setelah pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan selesai. Tes evaluasi hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui keefektifan dari LKS yang dikembangkan setelah digunakan oleh siswa.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Kualitatif

Analisis terhadap data kualitatif yang diperoleh saat validasi perangkat pembelajaran berupa komentar atau saran dari validator. Tanggapan atau saran yang diperoleh dari validator digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan atau revisi perangkat pembelajaran. 2. Analisis Data Kuaititatif Analisis data digunakan untuk memperoleh gambaran produk yang dihasilkan. Pada tahap ini, analisis data dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat 54 pembelajaran ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai analisis data yang dilakukan.

a. Analisis Kevalidan

Analisis kelvalidan dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pelilaian perangkat pembelajaran oleh ahli materi, ahli media, dan guru matematika. Analisis kevalidan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1 Tabulasi data skor hasil penilaian perangkat pembelajaran dilakukan dengan mengelompokkan butir-butir pernyataan sesuai dengan aspek- aspek yang diamati. Pedoman penskoran pada lembar penilaian perangkat pembelajaran menggunakan kriteria penilaian yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pedoman Penskoran Lembar Penilaian Perangkat Pembelajaran Skor Kriteria 5 Sangat Baik 4 Baik 3 Cukup 2 Kurang Baik 1 Sangat Kurang Baik 2 Menghitung rata-rata perolehan skor tiap aspek dan keseluruhan dengan menggunakan rumus berikut. Rata-rata skor tiap aspek = 1 × Rata-rata skor keseluruhan = ℎ − Keterangan: = jumlah perolehan skor tiap aspek = banyak pernyataan tiap aspek 55 3 Mengkonversi skor rata-rata yang telah diperoleh menjadi kriteria kualitatif skala 5 yang disajikan pada Tabel 4. S. Eko Putro Widoyoko, 2009: 238. Tabel 4 Pedoman Kriteria Penilaian No Rentang skor Kriteria 1 � � + 1,8 � Sangat Baik 2 � + 0,6 � � � + 1,8 � Baik 3 � − 0,6 � � � + 0,6 � Cukup 4 � − 1,8 � � � − 0,6 � Kurang Baik 5 � � − 1,8 � Sangat Kurang Baik Keterangan: � = 1 2 skor maksimal + skor minimal � = 1 6 skor maksimal - skor minimal � = skor rata-rata 5 = skor maksimal 1 = skor minimal 4 Berdasarkan rumus konversi pada Tabel 4 diperoleh gambaran dalam mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif seperti pada Tabel 5. Tabel 5 Kriteria Penilaian Perangkat Pembelajaran No Rentang skor Kriteria 1 � 4,2 Sangat Baik 2 3,4 � 4,2 Baik 3 2,6 � 3,4 Cukup 4 1,8 � 2,6 Kurang Baik 5 � 1,8 Sangat Kurang Baik 5 Nilai rata-rata dari para ahli dicocokkan dengan kriteria penilaian produk Analisis juga digunakan untuk mengetahui kevalidan produk dengan kriteria: 1 Layak diuji cobakan tanpa revisi, 2 Layak diuji cobakan dengan revisi, dan 3 Tidak layak diuji cobakan. 56 Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika minimal kriteria penilaian yang diperoleh minimal baik dan validator menyatakan produk yang dikembangkan layak diuji cobakan dengan revisi.

b. Analisis Kepraktisan

Instrumen yang digunakan untuk menganalisis kepraktisan adalah angket respon siswa, angket respon guru, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Analisis kepraktisan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1 Tabulasi data skor hasil angket respon guru dan angket respon siswa dengan mengelompokkan butir-butir pernyataan sesuai dengan aspek- aspek yang diamati. Pedoman penyekoran pada angket respon siswa menggunakan kriteria penilaian yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Pedoman Penskoran Angket Respon Respon Skor Pernyataan Positif Negatif SS Sangat Setuju 5 1 S Setuju 4 2 KS Kurang Setuju 3 3 TS Tidak Setuju 2 4 STS Sangat Tidak Setuju 1 5 2 Menghitung rata-rata perolehan skor tiap aspek dan keseluruhan dengan menggunakan rumus berikut. Rata-rata skor tiap aspek = 1 × Rata-rata skor keseluruhan = ℎ − Keterangan: = jumlah perolehan skor tiap aspek 57 = banyak pernyataan tiap aspek 3 Mengkonversi skor rata-rata yang telah diperoleh menjadi kriteria kualitatif berdasarkan kriteria skala 5 menurut S. Eko Putro Widoyoko seperti pada Tabel 5 sehingga diperoleh kriteria penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Sedangkan data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1 Tabulasi data skor hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan memberikan skor 1 untuk “Ya” dan 0 untuk “Tidak”. 2 Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran menggunakan rumus berikut. = × 100 3 Mengkonversikan hasil persentase keterlaksanaan pembelajaran menjadi nilai kualitatif berdasarkan kriteria penilaian skala 5 yang disajikan pada Tabel 7 Nana Sudjana, 2005: 118. Tabel 7 Kualifikasi Keterlaksanaan Pembelajaran Persentase keterlaksanaan Kategori 90 Sangat Baik 80 90 Baik 70 80 Cukup 60 70 Kurang 60 Sangat Kurang Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 7 dapat diketahui kriteria penilaian perangkat pembelajaran yang telah digunakan. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika minimal kriteria penilaian perangkat pembelajaran adalah baik. 58

c. Analisis Keefektifan

Instrumen yang digunakan untuk menganalisis keefektifan penggunaan perangkat pembelajaran ini adalah tes evaluasi hasil belajar. Nilai maksimal dalam tes evaluasi hasil belajar ini adalah 100 dengan KKM 75. Analisis keefektifan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1 Menghitung skor dan menentukan ketuntasan belajar siswa berdasarkan KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. 2 Menghitung persentase ketuntasan tes evaluasi hasil belajar siswa = ℎ � ℎ × 100 3 Mengkategorikan hasil persentase ketuntasan siswa berdasarkan kriteria penilaian kecakapan akademik menurut S. Eko Putro Widoyoko 2009:242 yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Kriteria Keefektifan Perangkat Pembelajaran No Rentang Persentase Ketuntaan Kriteria 1 80 Sangat Baik 2 60 80 Baik 3 40 60 Cukup 4 20 40 Kurang Baik 5 20 Sangat Kurang Baik Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui kriteria keefektifan perangkat pembelajaran yang telah digunakan. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika minimal kriteria tingkat keefektifan yang diperoleh adalah baik. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran materi Logika dengan menggunakan pendekatan kontekstual ini dilakukan dengan model ADDIE yang terdiri dari tahap analysis analisis, design perancangan, development pengembangan, implementation implementasi, dan evaluation evaluasi. Berdasarkan penelitian pengembangan yang dilakukan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.

1. Tahap Analysis Analisis

Pada tahap analisis dilakukan tiga macam analisis, yaitu analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

a. Analisis Kebutuhan

Salah satu masalah yang terdapat di sekolah saat ini adalah terbatasnya perangkat pembelajaran matematika yang dapat memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuan mereka secara mandiri. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman, guru telah menyusun RPP dan LKS untuk digunakan selama proses pembelajaran. Akan tetapi, LKS yang disusun oleh guru berisi ringkasan materi dan latihan latihan soal. LKS yang berisi latihan soal belum memenuhi kebutuhan siswa dalam menemukan konsep- konsep matematika. Materi yang langsung diberikan secara utuh kepada siswa menyebabkan siswa tidak memiliki kesempatan untuk membangun dan 60 menemukan konsep-konsep baru dengan pola pikir dan cara mereka sendiri sehingga siswa menjadi pasif dan kurang berkembang. Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran matematika di kelas, diketahui bahwa peran siswa dalam menemukan konsep-konsep baru pada proses pembelajaran masih kurang sehingga perlu adanya pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual yang dapat memfasilitasi siswa untuk berperan aktif menemukan konsep dan membangun pengetahuannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual khususnya pada materi Logika untuk SMA Kelas X yang dapat memfasilitasi siswa agar pembelajaran lebih bermakna. b. Analisis Karakteristik Siswa Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman menunjukkan bahwa siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Beberapa siswa mengajukan pertanyaan jika terdapat penjelasan guru yang belum mereka pahami. Beberapa siswa juga aktif dalam menjawab persoalan yang diberikan. Namun tidak sedikit yang hanya diam atau bahkan berbincang-bincang dengan teman sebangkunya. Siswa belum berpartisipasi aktif dalam membangun dan menemukan konsep matematika secara mandiri. Keadaan tersebut menyebabkan siswa belum mempelajari matematika secara bermakna. Siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan pola pikir mereka dalam menemukan konsep atau dalam menyelesaikan suatu masalah. 61 Selain itu, siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk menghubungkan konsep matematika yang mereka peroleh dengan permasalahan dalam kehidupan sehari- hari. Akibatnya, siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika yang dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Berdasarkan analisis karakteristik siswa di atas, salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah pendekatan kontekstual. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual untuk membantu siswa dalam mempelajari materi logika secara lebih bermakna.

c. Analisis Kurikulum

Hasil analisis kurikulum menunjukkan bahwa SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Pada tahap ini peneliti menganalisis materi matematika kelas X SMA semester 2 khususnya untuk materi logika. Materi logika matematika mencakup materi pokok pernyataan tunggal dan majemuk serta negasinya; tautologi dan ekuivalensi; konvers, invers, dan kontraposisi dari suatu implikasi; pernyataan berkuantor; penarikan kesimpulan meliputi modus tolens, modus ponens, dan silogisme. Pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS mengacu pada indikator-indikator yang dijabarkan dari kompetensi dasar KD pada Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standar Isi. Hasil analisis kurikulum dapat dilihat pada lampiran A.1. 62

2. Tahap Design

Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah tahap perancangan. Tahap perancangan terbagi menjadi tiga yaitu penyusunan rancangan RPP, penyusunan rancangan LKS, dan penyusunan instrumen penilaian perangkat pembelajaran.

a. Penyusunan rancangan RPP

Hasil yang diperoleh dalam langkah merancang RPP adalah sebagai berikut. 1 Perancangan identitas RPP Identitas RPP meliputi: nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, Standar Kompetensi SK, Kompetensi Dasar KD, Indikator, dan alokasi Waktu. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator untuk materi logika Kelas X disesuaikan dengan standar isi yang termuat dalam Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Rincian SK, KD, dan indikator pencapaian kompetensi materi logika dapat dilihat pada lampiran A.1. 2 Perumusan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. 3 Perancangan Materi Pembelajaran Berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan, dirancang tujuh RPP untuk tujuh pertemuan. Materi pembelajaran untuk masing-masing pertemuan dirancang berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran serta disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Materi pembelajaran yang dipilih untuk tiap RPP disajikan pada Tabel 9. 63 Tabel 9 Materi Pembelajaran untuk Tiap RPP RPP ke- Materi Pembelajaran 1 Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi 2 Konjungsi dan Disjungsi 3 Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, dan Kontradiksi 4 Ekuivalensi dan negasi dari pernyataan majemuk 5 Konvers, Invers, dan Kontraposisi 6 Penyataan Berkuantor 7 Penarikan Kesimpulan 4 Pemilihan Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang dirancang untuk digunakan dalam perangkat pembelajaran ini adalah metode diskusi. Proses diskusi dilakukan dalam kelompok kecil atau dengan teman sebangku. 5 Perancangan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pembuka meliputi penyiapan siswa secara fisik dan mental, apersepsi, motivasi, serta penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada kegiatan inti, langkah pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang terdiri dari relating , experiencing, applying, cooperating, dan transferring. Langkah pembelajaran pada kegiatan inti juga disesuaikan dengan standar proses yang tercantum pada Permendikbud Nomor 41 Tahun 2007 yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 6 Pemilihan sumber belajar Sumber belajar yang dipilih untuk digunakan dalam pembelajaran adalah LKS dengan pendekatan kontekstual dan buku teks pelajaran Siswanto. 64 2015. Matematika untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri 7 Perancangan penilaian pembelajaran Perancangan penilaian pembelajaran meliputi perancangan bentuk penilaian yang meliputi soal pilihan ganda dan soal uraian. Selain itu, soal yang digunakan disesuaikan dengan indikator pembelajaran. Prosedur penilaian yang dirancang meliputi kunci jawaban dan skor maksimal untuk masing-masing penyelesaian dari butir soal.

b. Penyusunan rancangan LKS

Rancangan awal LKS yang dikembangkan terdiri atas: 1 Penyusunan Peta Kebutuhan LKS Penyusunan peta kebutuhan LKS bertujuan untuk menentukan jumlah dan urutan LKS yang berdasarkan pada KD serta indikator pencapaian kompetensi dengan memperhatikan materi prasyarat sesuai dengan LKS yang akan dikembangkan. Hasil penyusunan peta kebutuhan LKS dapat dilihat pada lampiran A.3. 2 Judul LKS LKS yang dikembangkan dibe ri judul “Lembar Kegiatan Siswa Matematika untuk SMA Kelas X Semester 2 dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Logika”. Penyusunan judul kegiatan-kegiatan dalam LKS berdasarkan pada KD, indikator pencapaian kompetensi, dan materi. LKS yang dikembangkan dalam penelitian ini dibagi menjadi 7 LKS yaitu: 65 a LKS 1: Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 1 adalah agar siswa dapat menjelaskan arti dan contoh dari pernyataan dan kalimat terbuka, serta menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan, menjelaskan arti dan contoh kalimat terbuka serta menentukan himpunan penyelesaiannya, dan menentukan ingkaran atau negasi dari suatu pernyataan beserta nilai kebenarannya. b LKS 2: Konjungsi dan Disjungsi Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 2 adalah agar siswa dapat menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk berbentuk konjungsi dan disjungsi. c LKS 3: Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, dan Kontradiksi Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 3 adalah agar siswa dapat menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk berbentuk implikasi dan biimplikasi serta siswa dapat menyelidiki apakah suatu pernyataan majemuk merupakan suatu tautologi, kontradiksi, bukan tautologi, atau bukan kontradiksi. 66 d LKS 4: Ekuivalensi dari Dua Pernyataan Majemuk dan Konvers, Invers, dan Kontraposisi Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 4 adalah agar siswa dapat memeriksa atau membuktikan kesetaraan antara dua pernyataan majemuk, menentukan ingkaran atau negasi dari suatu pernyataan majemuk berbentuk konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi, serta menentukan konvers, invers, dan kontraposisi dari pernyataan berbentuk implikasi beserta nilai kebenarannya. e LKS 5: Pernyataan Berkuantor Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 5 adalah agar siswa dapat menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan berkuantor, menentukan ingkaran dari suatu pernyataan berkuantor, dan memeriksa atau membuktikan kesetaraan antara dua pernyataan berkuantor. f LKS 6: Penarikan Kesimpulan Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 6 adalah agar siswa dapat menentukan kesimpulan dari beberapa premis yang diberikan dengan prinsip modus ponens, modus tolens, dan silogisme, serta agar siswa dapat memeriksa keabsahan penarikan kesimpulan menggunakan prinsip logika matematika. 67 g LKS 7: Pembuktian Sifat dan Teorema Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 7 adalah agar siswa dapat membuktikan sebuah persamaan atau pernyataan dengan bukti langsung, bukti tidak langsung, dan induksi matematika. LKS 7 diberikan sebagai pengayaan bagi siswa. 3 Penulisan LKS LKS dirancang berdasarkan pada langkah-langkah penulisan LKS yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut merupakan uraian hasil pada langkah-langkah yang telah dilaksanakan pada tahap penulisan rancangan awal LKS. a Perumusan Kompetensi Dasar KD yang harus dikuasai oleh siswa tercantum dalam silabus matematika SMA kelas X. b Menentukan Bentuk Penilaian Penilaian yang digunakan untuk mengukur keefektifan LKS ini berbentuk soal-soal latihan di setiap akhir pembelajaran dan tes hasil belajar siswa di akhir pertemuan. c Penyusunan Materi Materi disusun berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai. Dalam tahap penyusunan materi peneliti juga mengumpulkan berbagai referensi sumber belajar terkait materi dan penulisan LKS. 68 Berikut ini merupakan referensi yang dipilih dan digunakan sebagai acuan dalam pengembangan LKS. 1 Abdul Halim F. 2012. Matematika Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media 2 Frans Susilo. 2012. Landasan Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu. 3 Noormandiri dan Endar Sucipto. 2004. Matematika SMA untuk Kelas X . Jakarta Erlangga. 4 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah 5 Sartono Wirodrikokromo. 2004. Matematika untuk SMA Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 6 Siswanto. 2015. Matematika untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri 7 Sri Kurnianingsih, dkk. 2007. Matematika SMA dan MA untuk Kelas X Semester 2 . Jakarta: Erlangga. d Struktur LKS Bagian LKS dibagi menjadi tiga yaitu bagian awal, isi, dan akhir. Bagian awal terdiri dari halaman sampul, halaman identitas LKS, kata pengantar, peta kedudukan LKS, peta konsep, halaman KD dan indikator pencapaian kompetensi, dan daftar isi. Bagian isi terdiri dari keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan siswa untuk mendapatkan pengetahuan sesuai 69 dengan SKKD materi Logika. Sedangkan, bagian akhir terdiri dari daftar pustaka. Berikut merupakan kerangka LKS yang dihasilkan. Halaman sampul Halaman Penulis Kata Pengantar Peta Kedudukan LKS Peta Konsep Halaman KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi Daftar Isi Isi LKS 1: Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi LKS 2: Konjungsi dan Disjungsi LKS 3: Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, dan Kontradiksi LKS 4: Ekuivalensi dan Konvers, Invers, dan Kontraposisi LKS 5: Pernyataan Berkuantor LKS 6: Penarikan Kesimpulan LKS 7: Pembuktian Sifat dan Teorema Pengayaan Halaman Pembuka kegiatan pembelajaran Halaman Kegiatan Pembelajaran Halaman Refleksi Latihan Soal Daftar Pustaka Dengan memperhatikan pendekatan yang dipilih berdasarkan hasil analisis maka komponen pendekatan kontekstual dijadikan acuan dalam mengembangkan LKS. Komponen tersebut adalah Constructivism Konstruktivism, Inquiry Menemukan, Questioning Bertanya, Learning Community Masyarakat Belajar, Modelling Pemodelan, Reflection Refleksi, dan Authentic Assessment Penilaian Sebenarnya. Karakteristik tersebut diwujudkan dalam apersepsi dan aktivitas-aktivitas dalam LKS. Bagian tersebut bertujuan untuk menuntut siswa untuk membangun pengetahuannya dengan pendekatan kontekstual. LKS terdiri dari dua macam, yaitu LKS siswa dan LKS guru. LKS pedoman guru dirancang memiliki tampilan dan isi yang sama dengan 70 LKS untuk siswa, namun dilengkapi dengan jawaban untuk setiap masalah dan soal.

c. Penyusunan Rancangan Instrumen Penilaian Perangkat Pembelajaran

Instrumen penilaian perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari lembar penilaian LKS, lembar penilaian RPP, lembar observasi kegiatan pembelajaran, angket respon dan instrumen tes hasil belajar. Adapun hasil tahap perancangan instrumen penilaian perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut. 1 Lembar Penilaian RPP Lembar penilaian RPP diberikan kepada dosen ahli materi dan guru matematika. melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan RPP. Lembar penilaian RPP ini disusun dengan lima alternatif jawaban yaitu Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang Baik, dan Tidak Baik. Aspek penilaian RPP dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kisi-kisi Lembar Penilaian RPP No Aspek Jumlah Butir 1 Identitas RPP 7 2 Alokasi Waktu 2 3 Rumusan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran 3 4 Pemilihan materi 3 5 Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran 5 6 Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual 13 7 Pemilihan sumber belajar 2 8 Penilaian hasil belajar 5 Jumlah Butir 40 71 2 Lembar penilaian LKS a Lembar Penilaian LKS oleh Ahli Materi Lembar penilaian LKS ini diberikan pada satu dosen ahli materi. Melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan LKS yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan materi, kompetensi, dan pendekatan pembelajaran. Angket penilaian LKS ini disusun dengan 5 alternatif jawaban yaitu Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang Baik, Sangat Kurang. Aspek penilaian LKS oleh ahli materi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kisi-kisi Penilaian LKS oleh Ahli Materi No Aspek Penilaian Jumlah Butir 1 Kompetensi 4 2 Isi materi 7 3 Kesesuaian LKS dengan pendekatan kontekstual 7 Total Butir 18 b Lembar Penilaian LKS oleh Ahli Media Lembar penilaian LKS ini diberikan pada satu dosen ahli media. Melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan LKS yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan bahasa, penyajian materi, dan desain grafik. Angket penilaian LKS ini disusun dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan sangat kurang. Aspek penilaian LKS oleh ahli media dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kisi-kisi Penilaian oleh Ahli Media No Aspek Penilaian Jumlah Butir 1 Bahasa 6 2 Penyajian 6 3 Kegrafikan 11 Total Butir 23 72 c Lembar Penilaian LKS oleh Guru Matematika Lembar penilaian LKS ini diberikan pada satu guru matematika. Melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan LKS yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan bahasa, penyajian materi, dan desain grafik. Angket penilaian LKS ini disusun dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan sangat kurang. Aspek penilaian LKS oleh guru matematika dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kisi-kisi Penilaian LKS oleh Guru No Aspek Penilaian Jumlah Butir 1 Kompetensi 4 2 Isi materi 7 3 Kesesuaian LKS dengan pendekatan kontekstual 7 4 Bahasa 6 5 Penyajian 6 6 Kegrafikan 11 Total Butir 41 3 Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mendapat data kepraktisan dan perbaikan perangkat pembelajaran yang dikembangkan setelah dilakukan pembelajaran. Aspek observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 14. 73 Tabel 14. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran No Aspek yang Diamati Jumlah Butir 1 Kegiatan Pendahuluan 5 2 Kegiatan Inti Constructivism Konstruktivisme 3 Inquiry Menemukan 3 Questioning Bertanya 1 Learning Community Masyarakat Belajar 3 Modelling Pemodelan 1 Reflection Refleksi 4 Authentic Assessment Penilaian Sebenarnya 2 3 Kegiatan Penutup 2 Total Butir 24 d Angket Respon Angket respon terdiri dari dua jenis yaitu angket respon siswa dan angket respon guru. Angket respon diberikan kepada siswa dan guru pada akhir penelitian. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui respon dan tanggapan siswa dan guru terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan sehingga didapatkan tingkat kepraktisan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Angket respon ini disusun dengan lima alternatif jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Aspek angket respon disajikan pada Tabel 15 dan 16. Tabel 15. Kisi-kisi Angket Respon Siswa No Aspek Penilaian Jumlah Butir 1 Kesesuaiaan dengan Pendekatan Kontekstual 6+ 2 Kemudahan 1+, 2- 3 Keterbantuan 4+ 4 Kemenarikan 3+ Total Butir 16 Tabel 16. Kisi-kisi Angket Respon Guru No Aspek Penilaian Julmlah Butir 1 Materi 3 2 Pendekatan Kontekstual 7 3 RPP 5 4 LKS 10 Total Butir 25 74 e Instrumen Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar diberikan kepada siswa pada akhir penelitian sebagai penentu ketuntasan pemahaman siswa setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Soal terdiri dari 20 soal pilihan ganda dan 3 soal uraian yang mewakili indikator pencapaian kompetensi. Dari hasil tes akan didapatkan persentase ketuntasan siswa untuk menentukan klasifikasi keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Ketuntasan siswa ditentukan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah.

3. Tahap Development

Setelah membuat rancangan perangkat pembelajaran dan instrumen penilaian, tahap selanjutnya adalah pengembangan. Tahap pengembangan meliputi pengembangan instrumen penilaian, pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS, validasi perangkat pembelajaran, dan revisi perangkat pembelajaran. Produk yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran dibuat sesuai dengan perencanaan awal. Berikut ini hasil dati setiap tahap pengembangan.

a. Pengembangan Instrumen Penilaian Perangkat Pembelajaran

Instrumen yang telah dirancang kemudian disusun dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing. Instrumen yang telah disusun disajikan pada Lampiran C. Kemudian, instrumen tersebut divalidasi agar didapatkan instrumen yang valid dapat mengukur apa yang hendak diukur sehingga layak digunakan dalam penelitian. Adapun dosen yang ditunjuk sebagai dosen validator adalah Ibu 75 Fitriana Yuli Saptaningtyas, M.Si.. berikut ini merupakan penjelasan dari hasil validasi masing-masing instrumen. 1 Lembar penilaian RPP Instrumen penilaian RPP yang divalidasi meliputi kisi-kisi lembar penilaian RPP, deskripsi penilaian RPP, dan lembar penilaian RPP. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi. Revisi yang disarankan oleh validator dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Revisi Lembar Penilaian RPP Nomor Butir Jenis Perbaikan 1-12 Banyaknya butir penilaian diringkas menjadi 9 butir penilaian dan identitas mata pelajaran dibagi menjadi dua bagian yaitu identitas mata pelajaran dan alokasi waktu 18 Butir pernyataan “Keberpusatan pada kebutuhan siswa” diganti dengan “Penyusunan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa”. 19 Pernyataan “Kesesuaian pendekatan dan metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran” dibagi menjadi 2 pernyataan, yaitu “Kesesuaian pendekatan dengan tujuan pembelajaran” dan “Kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran” 21 Pernyataan “Kesesuaian pendekatan dan metode pembelajaran dengan karakteristik siswa” dibagi menjadi 2 pernyataan, yaitu “Kesesuaian pendekatan dengan karakteristik siswa” dan “Kesesuaian metode pembelajaran dengan karakteristik siswa”. 22 Pernyataan “Pemberdayaan siswa” diganti dengan “Keberpusatan pada siswa” 24 Pernyataan “Pemberian apersepsi” diperjelas menjadi “Pemberian aperse psi yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari” 25 Pernyataan “Penyampaian motivasi” diperjelas menjadi “Penyampaian motivasi yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari” 26 Pernyataan “Penyampaian tujuan pembelajaran” diperjelas menjadi “Penyampaian tujuan pembelajaran dengan jelas”. 36 Pernyataan “Dukungan sumber belajar terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran” diganti dengan “Kesesuaian sumber belajar dengan tujuan pembelajaran”. 40 Pernyataan “Keterwakilan indikator dan tujuan” diganti menjadi “Keterwakilan tujuan pembelajaranindikator pencapaian kompetensi oleh instrumen penilaian” 76 2 Lembar penilaian LKS Instrumen penilaian LKS yang divalidasi meliputi kisi-kisi lembar penilaian LKS, deskripsi penilaian LKS, dan lembar penilaian LKS. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan tanpa revisi. Pada aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual disesuaikan kembali dengan komponen pendekatan kontestual. 3 Angket respon siswa Angket respon siswa yang divalidasi meliputi kisi-kisi angket respon siswa dan lembar angket respon siswa. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi. Revisi yang disarankan oleh validator dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Revisi Angket Respon Siswa Nomor Butir Jenis Perbaikan 1 Kata “konteks” pada pernyataan “Materi dalam LKS dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata” dihilangkan. 8 Kata “telah” pada pernyataan “Soal latihan pada LKS membantu saya untuk memahami materi yang telah dipelajari” dihilangkan 19 Kata “akan” pada pernyataan “Ilustrasi atau gambar dalam LKS sesuai dengan materi yang akan dipelajari” dihilangkan. 9 dan 11 Pernyataan nomor 9 dan 11 digabung menjadi pernyataan “Kegiatan dalam LKS membantu dan memotivasi saya dalam memahami materi logika ” 14 Pernyataan nomor 14 dihilangkan karena memiliki kemiripan dengan pernyataan nomor 12 16 dan 18 Pernyataan nomor 16 dan 18 diganti dengan pernyataan “Tampilan LKS menarik dan tidak membosankan”. 20 Pernyataan nomor 20 dihilangkan karena terlah terwakili oleh pernyataan nomor 6 4 Angket respon guru Angket respon guru yang divalidasi meliputi kisi-kisi angket respon guru dan lembar angket respon guru. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen 77 layak digunakan dengan revisi. Pada butir nomor 3 pernyataannya diperbaiki menjadi “Materi yang disajikan benar dan sesuai dengan konsep logika”. Pada aspek penggunaan pendekatan kontekstual disesuaikan kembali dengan komponen pendekatan kontestual. 5 Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Hasil validasi Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi. Revisi yang disarankan oleh validator dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Revisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Nomor Butir Jenis Perbaikan 8 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan idenya ” 9 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa dibantu untuk merumuskan masalah ” 10 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan LKS untuk memahami materi logika. ” 11 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka dalam mengerjakan LKS. ” 13 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok-kelompok belajar ” 17 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan ” 6 Instrumen tes hasil belajar siswa Instrumen tes hasil belajar siswa yang divalidasi meliputi kisi-kisi tes hasil belajar, kunci jawaban dan pedoman penilaian, dan soal tes hasil belajar. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi. Revisi yang disarankan oleh validator dapat dilihat pada Tabel 20. 78 Tabel 20. Revisi Instrumen Tes Hasil Belajar Nomor Butir Jenis Perbaikan Pilihan Ganda 1 Kata “dilalui” pada pernyataan “Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa” diganti dengan kata “dilewati” 6 Kata “tidak sulit” pada opsi jawaban diganti dengan “mudah” 7 dan 8 1. Soal nomor 7 dan 8 digabung karena soal tentang negasi terlalu banyak menjadi “Negasi atau ingkaran dari pernyataan “Jika Gunung Merapi meletus maka semua warga mengungsi ” a dalah…”. Selain itu, konteks yang digunakan diganti dengan konteks kehidupan di lingkungan sekitar Cangkringan. Diberikan tambahan soal untuk mengganti soal nomor 7 dan 8 yang digabungkan, yaitu “Jika diketahui himpunan semesta ܣ = {1,2,3,4,5,6} maka pernyataan berkuantor berikut yang memiliki nilai kebenaran “Salah” adalah….” Uraian 3a Pernyataan diganti dengan konteks selain rokok menjadi Premis 1: Pemerintah mengendalikan penambangan pasir di Gunung Merapi atau lingkungan terancam rusak. Premis 2: Lingkungan tidak terancam rusak Konklusi: Jadi, Pemerintah mengendalikan penambangan di Gunung Merapi

b. Pengembangan RPP

RPP dikembangkan dengan mengacu pada prinsip dan komponen RPP yang terdapat pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Struktur penulisan RPP terdiri dari identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang terdiri dari pembuka, inti, dan penutup, dan teknik penilaian pembelajaran. Langkah dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan kontekstual yaitu REACT Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring. Langkah kegiatan pembelajaran juga disesuaikan dengan standar proses yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 79

c. Pengembangan LKS

LKS dikembangkan dengan memperhatikan komponen evaluasi yang meliputi kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian, dan kelayakan kegrafikan serta dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan komponen dalam pendekatan kontekstual yaitu Constructivism, Inquiry, Questioning, Learning Community , Modelling, Reflection, dan Authentic Assessment. Pendekatan kontekstual terlihat pada permasalahan yang disajikan dan kegiatan yang dilakukan. Berikut penjelasan hasil kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan berdasarkan penjabaran kerangka LKS pada tahap sebelumnya. 1 Halaman sampul Halaman sampul depan memuat judul LKS agar pembaca mempunyai gambaran mengenai isi dari LKS yang dikembangkan. Halaman sampul juga memuat nama kurikulum, pendekatan, sasaran pengguna LKS, dan identitas penulis. Halaman sampul dilengkapi dengan ilustrasi yang menggambarkan aplikasi materi logika dalam mengembangkan daya penalaran siswa. Tampilan halaman sampul dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Tampilan Halaman Sampul LKS 80 2 Halaman Penulis Halaman penulis berisikan informasi terkait LKS yang dikembangkan. Informasi tersebut terdiri dari judul LKS, nama penulis, dosen pembimbing, penilai LKS, ukuran LKS, dan media yang digunakan untuk menyusun LKS. Tampilan halaman penulis dapat dilihat pada Gambar 2. 3 Kata Pengantar Kata pengantar ditulis oleh penulis untuk menginformasikan tujuan dikembangkannya LKS materi logika dengan pendekatan kontekstual. Tampilan halaman kata pengantar dapat dilihat pada Gambar 3 Gambar 2. Tampilan Halaman Penulis LKS Gambar 3. Tampilan Halaman Kata Pengantar 81 4 Peta Kedudukan LKS Peta kedudukan LKS memuat informasi bagi pengguna terkait bagian- bagian dari LKS beserta fungsi dari bagian-bagian tersebut. Tampilan peta kedudukan LKS dapat dilihat pada Gambar 4. 5 Peta Konsep Peta konsep memuat informasi mengenai konsep-konsep yang akan dipelajari oleh siswa. Tampilan peta konsep LKS dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 4. Tampilan Peta Kedudukan LKS Gambar 5. Tampilan Peta Konsep LKS 82 6 Halaman KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi Pada halaman ini berisi KD dan Indikator pencapaian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam mempelajari materi logika. Tampilan halaman KD dan indikator dapat dilihat pada Gambar 6. 7 Daftar Isi Daftar isi memuat informasi mengenai tata letak halaman suatu bab dalam LKS. Daftar isi bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam mencari bagian atau materi yang akan dituju. Tampilan daftar isi dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 6. Tampilan Halaman KD dan Indikator Gambar 7. Tampilan Halaman Daftar Isi 83 8 Halaman Pembuka kegiatan pembelajaran Halaman pembuka pada setiap awal LKS terdiri dari urutan kegiatan, judul sub topik, gambar ilustrasi, indikator pencapaian kompetensi, petunjuk umum, dan permasalahan kontekstual terkait dengan materi yang akan dipelajari. Penyajian masalah kontekstual pada halaman pembuka kegiatan pembelajaran bertujuan untuk menstimulasi siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya constructivism. Tampilan halaman pembuka kegiatan dapat dilihat pada Gambar 8. 9 Halaman Kegiatan Pembelajaran Halaman kegiatan pembelajaran terdiri dari informasi pendukung, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, contoh dalam penyelesaian suatu permasalahan, dan kolom rangkuman. Kegiatan pembelajaran memuat beberapa komponen pendekatan kontekstual, yaitu questioning, inquiry, learning community , dan modeling. Informasi mengenai konsep terkait materi yang disajikan dalam LKS tidak diberikan begitu saja, tetapi terdapat pertanyaan-pertanyaan yang menstimulasi siswa untuk bertanya questioning. Gambar 8. Tampilan Halaman Pembuka Kegiatan Belajar 84 Adanya pertanyaan pancingan di dalam LKS bertujuan untuk mengarahkan siswa dalam menemukan suatu konsep inquiry. Langkah-langkah pengerjaan LKS disertai dengan contoh pengerjaan modeling. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok diskusi untuk mengerjakan LKS learning community. Adanya kelompok-kelompok diskusi bertujuan agar setiap anggota kelompok saling bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam mengerjakan LKS. Tampilan halaman kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 9. 10 Halaman Refleksi Halaman refleksi ini digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam mencatat informasi-informasi yang mereka dapatkan selama pembelajaran reflection. Tampilan halaman refleksi dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 9. Tampilan Halaman Kegiatan Pembelajaran Gambar 10. Tampilan Halaman Refleksi 85 11 Latihan Soal Pada bagian penutup kegiatan pembelajaran terdapat halaman yang berisi soal-soal kontekstual untuk memperdalam pemahaman siswa. Latihan soal juga digunakan sebagai pengukur pemahaman pengetahuan siswa authentic assessment . Tampilan halaman latihan soal disajikan pada Gambar 11. 12 Daftar Pustaka Daftar pustaka berisi referensi yang digunakan dalam penyusunan LKS. Tampilan halaman daftar pustaka disajikan pada Gambar 12.

d. Validasi Perangkat Pembelajaran

Pada tahap ini perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah dikembangkan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk memperoleh masukan dan saran. Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran dari dosen pembimbing kemudian Gambar 11. Tampilan Halaman Ayo Berlatih Gambar 12. Tampilan Halaman Daftar Pustaka 86 divalidasi oleh ahli materi Fitriana Yuli Saptaningtyas, M.Si., ahli media Bambang Sumarno H.M., M.Kom., dan guru matematika Marsiyam, S.Pd.Si.. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui kevalidan dan kelayakan dari perangkat yang dikembangkan untuk diuji cobakan di sekolah. Data hasil validasi perangkat pembelajaran terdiri dari dua macam, yaitu data hasil validasi RPP dan data hasil validasi LKS. Hasil penilaian yang diberikan dapat dilihat pada lampiran D.7 – D.11. Hasil validasi perangkat pembelajaran menunjukkan bahwa RPP dan LKS yang dikembangkan layak diujicobakan di sekolah dengan revisi sesuai saran dan komentar yang diberikan. Hasil validasi kemudian ditindaklanjuti dengan revisi sesuai saran dan komentar dari dosen ahli dan guru matematika sebelum dilakukannya uji coba di sekolah.

e. Revisi Perangkat Pembelajaran

Revisi perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dilakukan pada tahap ini memperhatikan saran dan komentar validator. 1 Revisi RPP a Alokasi waktu RPP diperhatikan lagi. RPP pada sub materi ekuivalensi, negasi dari pernyataan majemuk, dan konvers, invers, dan kontraposisi yang sebelumnya hanya untuk satu pertemuan dibagi menjadi dua pertemuan. Pertemuan pertama membahas tentang ekuivalensi dan negasi dari pernyataan majemuk. Sedangkan pertemuan kedua membahas tentang konvers, invers, dan kontraposisi. b Kata “siswa” diubah menjadi “peserta didik” 87 c Perbaikan pada kegiatan “questioning” yang masih terlihat hanya guru yang bertanya bukan siswa dapat dilihat pada Gambar 13. d Perbaikan untuk memperjelas kegiatan ”modelling” dalam RPP dapat dilihat pada Gambar 14. e Ditambahkan penilaian proses tidak hanya penilaian hasil belajar. Sebelum revisi RPP hanya menggunakan penilaian pengetahuan saja. Kemudian tambahan penilaian partisipasi kelas untuk menilai proses pembelajaran di kelas dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Revisi Penambahan Penilaian RPP Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 13. Revisi Komponen Questioning Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 14. Revisi Komponen Modelling 88 f Perbaikan penambahan konteks tentang budaya dan lingkungan hidup dapat dilihat pada Gambar 16. 2 Revisi LKS a Revisi LKS Ahli Materi 1 Perbaikan dengan penyisisipkan masalah kontekstual tentang budaya dan lingkungan hidup dapat dilihat pada Gambar 17. 2 Penggunaan LKS 7: Pembuktian Sifat dan Teorema Matematika sebagai kegiatan pengayaan siswa. Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 16. Revisi Penambahan Konteks Budaya dan Lingkungan Hidup Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 17. Revisi Penambahan Konteks Budaya dan Lingkungan Hidup 89 3 Perbaikan kalimat pada kolom jawaban dari LKS 1 pedoman guru dapat dilihat pada Gambar 18. 4 Perbaikan pemilihan kalimat yang disesuaikan dengan karakteristik siswa SMA dapat dilihat pada Gambar 19. Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 18. Revisi Kalimat pada Kolom Jawaban LKS 1 Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 19. Revisi Pilihan Kalimat 90 5 Perbaikan kalimat pada kegiatan dari LKS 1 agar tidak ambigu dapat dilihat pada Gambar 20. 6 Perbaikan kunci jawaban pada LKS pedoman guru dapat dilihat pada Gambar 21. Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 20. Revisi Pilihan Kalimat Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 21. Revisi Kunci Jawaban 91 7 Perbaikan gambar denah pada Kegiatan 3.1 agar lebih mudah dimengerti siswa dapat dilihat pada Gambar 22. 8 Perbaikan kalimat pada soal latihan dapat dilihat pada Gambar 23 9 Perbaikan pengantar masalah Kegiatan 4.1 disajikan pada Gambar 24. Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 22. Revisi Tampilan Denah Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 23. Revisi Kalimat pada Soal Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 24. Revisi Pengantar Masalah Kegiatan 4.1 92 b Revisi LKS Ahli Media 1 Perbaikan penataan simbol dan gambar pada halaman sampul depan agar lebih memberikan alur pemahaman dapat dilihat pada Gambar 25. 2 Pemilihan warna bingkai perkegiatan lebih disesuaikan. Tema warna pada LKS 1 yang sebelumnya berwarna merah diganti dengan warna abu-abu. Tema warna pada LKS 2 yang sebelumnya berwarna jingga diganti warna ungu. Hal ini bertujuan agar tema warna kontras dengan warna merah pada kunci jawaban di LKS pedoman guru. Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 25. Revisi Halaman Sampul 93 3 Perbaikan tampilan halaman daftar isi yang disesuaikan dengan halaman lain dapat dilihat pada Gambar 26. 4 Perbaikan penyesuaian pemilihan tema warna pada halaman peta konsep dengan halaman lainnya disajikan pada Gambar 27. Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 26. Revisi Tampilan Daftar Isi Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 27. Revisi Pemilihan Tema Warna 94 5 Perbaikan pemilihan ikon pada halaman refleksi dapat dilihat pada Gambar 28. 6 Perbaikan pada pemilihan ikon pada kegiatan questioning untuk lebih diseimbangkan antara ikon laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Gambar 29.

4. Tahap Implementation

Pada tahap implementasi dilakukan uji coba perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi kemudian diujicobakan di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman. Uji coba perangkat pembelajaran yang dilakukan terhadap siswa kelas X A SMAN Negeri 1 Cangkringan, Sleman tahun pelajaran Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 28. Revisi Penggunaan Ikon pada Kolom Refleksi Sebelum direvisi Setelah direvisi Gambar 29. Revisi Penggunaan Ikon Laki-laki dan Perempuan 95 20152016 yang berjumlah 24 orang dan 1 guru matematika SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman. Peneliti sebagai observer bertugas untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung dan mencatat kegiatan tertentu yang dianggap penting dan dapat dijadikan saran perbaikan RPP dan LKS yang dikembangkan. Catatan penting tersebut dicatat pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dapat dilihat hasilnya pada lampiran D.14. Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual disusun untuk tujuh kali pertemuan dengan waktu 2x45 menit setiap pertemuan. Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 sampai 13 Februari 2016. Jadwal pelaksanaan uji coba dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba No Hari, tanggal Waktu Materi 1 Senin, 11 Januari 2016 10.15-11.45 Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi 2 Sabtu, 16 Januari 2016 10.15-11.45 Konjungsi dan Disjungsi 3 Senin, 18 Januari 2016 10.15-11.45 Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, dan Kontradiksi 4 Sabtu , 23 Januari 2016 10.15-11.45 Ekuivalensi dan negasi dari pernyataan majemuk 5 Senin, 25 Januari 2016 09.15-11.00 Konvers, Invers, dan Kontraposisi 6 Senin, 1 Februari 2016 09.15-11.00 Penyataan Berkuantor 7 Sabtu, 6 Februari 2016 10.15-11.45 Penarikan Kesimpulan 8 Sabtu, 13 Februari 2016 10.15-11.45 Tes hasil belajar Pada tahap ini peneliti mengujicobakan LKS 1 sampai LKS 6, sedangkan LKS 7 digunakan sebagai bahan pengayaan bagi siswa. Secara umum proses pembelajaran diawali dengan pendahuluan yaitu guru membuka pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membaca doa bersama. Kemudian guru memberikan informasi tentang pokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan kegiatan 96 yang akan dilakukan oleh siswa. Guru memberikan apersepsi dan motivasi terkait materi yang akan dipelajari. Selanjutnya pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran kontekstual REACT relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring . Tahap relating dilakukan dengan memberikan materi atau permasalahan terkait dengan materi yang dipelajari. Kegiatan pada tahap ini dilakukan dengan ceramah atau tanya jawab. Tahap experiencing, applying, dan cooperating terlihat pada saat siswa mengerjakan kegiatan yang terdapat dalam LKS secara berdiskusi untuk menemukan konsep, prinsip, atau sifat kemudian menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Tahap transferring dilakukan dengan mengerjakan permasalahan dan tugas pada uji pemahaman. Selama proses pembelajaran siswa berdiskusi kelompok dalam menemukan konsep dan memecahkan masalah yang diberikan. Kegiatan diskusi siswa dapat dilihat pada Gambar 30. Gambar 30. Siswa Berdiskusi dalam Mengerjakan LKS 97 Setelah proses diskusi siswa melakukan presentasi dengan menuliskan hasil diskusinya di papan tulis. Kegiatan presentasi siswa dapat dilihat pada Gambar 31. Gambar 31. Perwakilan Kelompok Menuliskan Hasil Diskusi di Papan Tulis Petunjuk dalam LKS cukup dimengerti oleh siswa, namun sesekali guru harus memberikan bimbingan kepada siswa karena masih ada beberapa siswa yang bingung dengan maksud dari petunjuk tersebut. Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa tidak ragu untuk bertanya. Kegiatan pemberian bimbingan seperlunya oleh guru dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32. Guru Memberikan Bimbingan kepada Siswa 98 Adapun catatan-catatan selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut. Pertemuan pertama, siswa mempelajari LKS 1 mengenai Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi. Sebelum pembelajaran dimulai siswa diberikan penjelasan tentang petunjuk penggunaan LKS dan pendekatan kontekstual yang digunakan dalam LKS. Pada pertemuan pertama siswa belajar, berdiskusi dengan teman sebangku, dan mempresentasikan hasil diskusi secara lisan. Pengerjaan latihan soal dilanjutkan sebagai tugas di rumah karena waktu yang tidak mencukupi. Logika merupakan materi yang baru bagi siswa, sehingga beberapa siswa masih bingung dalam membedakan antara pernyataan, bukan pernyataan, dan kalimat terbuka. Akan tetapi, siswa dapat memahami dengan baik bagaimana menentukan ingkaran dari suatu pernyataan. Pertemuan kedua, siswa mempelajari LKS 2 mengenai konjungsi dan disjungsi. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4 anak yang dibentuk secara acak oleh guru. Pada awalnya siswa mengalami kesulitan dalam menemukan konsep konjungsi dan disjungsi secara kontekstual dengan menggunakan penalaran mereka. Hal ini dikarenakan siswa terbiasa memperoleh rumus akhir secara langsung. Sedangkan dalam hal ini mereka harus menggunakan penalaran dan kemampuan berpikir logis mereka dalam menemukan konsep konjungsi dan disjungsi. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di papan tulis. Siswa dapat memahami konsep konjungsi dan disjungsi dengan menganalogikan dengan konsep rangkaian listrik seri dan paralel. Pertemuan ketiga, siswa mempelajari LKS 3 mengenai implikasi, biimplikasi, tautologi, dan kontradiksi. Diawal pembelajaran siswa mengingat kembali tentang 99 konsep konjungsi dan disjungsi dengan menganalogikan dengan rangkaian listrik seri dan paralel. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4 anak yang dibentuk secara acak oleh guru. Dalam menemukan konsep implikasi dan biimplikasi siswa juga dituntut untuk menggunakan penalarannya. Beberapa siswa mengalami kebingungan dalam memecahkan masalah tentang denah pada Kegiatan 3.1 untuk menemukan konsep implikasi. Kemudian guru memberikan penjelasan dan memberikan contoh dengan menggunakan pernyataan lain yang lebih sederhana untuk lebih memahamkan siswa. Perwakilan dari tiga kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dengan menuliskan di papan tulis. Latihan soal diberikan sebagai tugas untuk dikerjakan di rumah. Pertemuan keempat dan kelima siswa mempelajari LKS 4 mengenai ekuivalensi, negasi dari pernyataan majemuk, konvers, invers, dan kontraposisi. Pertemuan keempat siswa mempelajari tentang ekuivalensi dan negasi dari pernyataan majemuk. Diawal pertemuan dibahas latihan soal LKS 3 untuk mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya. Beberapa siswa maju kedepan untuk menuliskan hasil pekerjaan mereka. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 anak yang dibentuk dengan cara undian. Siswa sesekali mengalami kesulitan dalam menemukan konsep dalam diskusi, namun dapat diatasi dengan pemberian bimbingan seperlunya oleh guru. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya dengan menuliskannya di papan tulis. Pengerjaan latihan soal dilanjutkan sebagai tugas untuk dikerjakan di rumah. Pertemuan kelima siswa masih mempelajari LKS 4 tentang konvers, invers, dan kontraposisi. Di awal pembelajaran dibahas latihan soal terkait ekuivalensi 100 dan negasi dari pernyataan majemuk. Beberapa siswa maju ke depan untuk menuliskan hasil pekerjaannya. Siswa berdiskusi dengan teman sebangku untuk menemukan konsep konvers, invers, dan kontraposisi. Siswa diberi contoh pengerjaan soal nomor 1a pada LKS 4 oleh guru. Presentasi digantikan dengan tanya jawab latihan soal tentang konvers, invers dan kontraposisi. Pertemuan keenam siswa mempelajari LKS 5 mengenai pernyataan berkuantor. Di awal pembelajaran guru membahas beberapa latihan soal pada LKS 4 yang belum dipahami siswa. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 anak yang dibentuk dengan metode berhitung. Siswa sesekali mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan, namun dapat diatasi dengan pemberian bimbingan seperlunya. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami simbol-simbol yang digunakan karena beberapa simbol yang digunakan masih asing bagi mereka. Presentasi digantikan dengan melakukan pembahasan bersama dengan metode tanya jawab. Pertemuan ketujuh siswa mempelajari LKS 6 mengenai penarikan kesimpulan yang terdiri dari modus ponen, modus tollens, dan silogisme. Diawal pembelajaran siswa mengingat kembali tentang konsep tautologi. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 anak yang dibentuk secara acak oleh guru. Pembelajaran berjalan dengan baik meskipun sesekali guru memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa untuk memahami konsep penarikan kesimpulan. Pada pertemuan terakhir dari kegiatan ini, siswa mengerjakan tes hasil belajar. Tes hasil belajar terdiri dari 15 butir soal pilihan ganda dan 3 butir soal uraian 101 yang harus diselesaikan oleh siswa maksimal dalam waktu 90 menit. Tes hasil belajar ini digunakan unutk mengetahui tingkat keefektifan penggunaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Selanjutnya siswa dan guru mengisi angket respon untuk mengetahui respon dan evaluasi perangkat pembelajaran yang telah digunakan selama proses pembelajaran. Hasil penilaian angket respon ini kemudian digunakan untuk mengetahui nilai kepraktisan penggunaan perangkat pembelajaran. Penilaian angket respon dilakukan menggunakan instrumen yang telah divalidasi pada tahap sebelumnya. Pada setiap kegiatan pembelajaran peneliti sebagai observer pengamat mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas. Hasil pengamatannya kemudian dituliskan pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Hasil dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepraktisan penggunaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Secara keseluruhan kegiatan penelitian berjalan baik, lancar, dan sesuai dengan perangkat pembelajaran dan metode penelitian yang telah disusun.

5. Tahap Evaluation

Setelah melakukan uji coba, tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap produk. Selama proses uji coba berlangsung saran dan masukan dari guru dan siswa ditampung untuk digunakan sebagai perbaikan atau revisi terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Berbagai perbaikan yang dilakukan 102 adalah terkait dengan LKS sedangkan untuk RPP tidak ada perbaikan. Beberapa hal yang diperbaiki adalah sebagai berikut. a. Terdapat beberapa kesalahan penuliasan ejaan pada LKS b. Terdapat kesalahan penulisan soal pada kolom “Ayo Berlatih” c. Kurangnya petunjuk pada kegiatan pada LKS 3 Kegiatan 3.1. Hasil akhir pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS setelah melalui tahap revisi akhir dapat dilihat pada lampiran F.

B. Kualitas Perangkat Pembelajaran

Pada tahap ini dilakukan analisis kualitas perangkat pembelajaran yang meliputi aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

1. Analisis Kevalidan Perangkat Pembelajaran

Analisis kevalidan dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh dosen dan guru matematika selama proses validasi. Berikut ini merupakan hasil penilaian terhadap masing-masing perangkat pembelajaran ditinjau dari aspek kevalidan. a. Kevalidan RPP Penilaian kevalidan RPP dilakukan oleh dosen ahli materi dan guru matematika. Hasil penilaian untuk setiap aspek yang dinilai dalam RPP dapat dilihat pada Tabel 22. 103 Tabel 22. Hasil Penilaian RPP Aspek Penilaian Rata-rata tiap Aspek Kriteria Identitas Mata Pelajaran 4.93 Sangat Baik Alokasi Waktu 4 Baik Tujuan Pembelajaran 4.5 Sangat Baik Pemilihan Materi 4.17 Baik Pemilihan Pendekatan dan metode Pembelajaran 4 Baik Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual 4.19 Baik Pemilihan Sumber Belajar 4.5 Sangat Baik Penilaian Hasil Belajar 4 Baik Kesimpulan 4.29 Sangat Baik Penilaian terhadap RPP yang dikembangkan menunjukkan skor rata-rata 4.29. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, RPP yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat baik. Tabulasi hasil penilaian kevalidan RPP dapat dilihat pada Lampiran B.1. b. Kevalidan LKS Penilaian kevalidan LKS dilakukan oleh dosen ahli materi, ahli media, dan guru matematika. Hasil penilaian untuk setiap aspek yang dinilai dalam LKS dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Hasil Penilaian LKS Aspek Penilaian Rata-rata tiap Aspek Kriteria Kompetensi 4.13 Baik Isi Materi 4.29 Sangat Baik Kesesuaian LKS dengan Pendekatan Kontekstual 3.64 Baik Bahasa 4.25 Sangat Baik Penyajian Materi 4.42 Sangat Baik Kegrafikan 4.18 Baik Kesimpulan 4.15 Baik Penilaian terhadap LKS yang dikembangkan menunjukkan skor rata-rata 4.159. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, LKS yang dikembangkan memenuhi kriteria baik. 104 Tabulasi hasil penilaian kevalidan RPP dapat dilihat pada Lampiran B.2 dan Lampiran B.3. Klasifikasi RPP yang memenuhi kriteria sangat baik dan klasifikasi LKS yang memenuhi kriteria baik menunjukkan bahwa RPP dan LKS memenuhi kualifikasi valid. Dengan demikian perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran di sekolah.

2. Analisis Kepraktisan Perangkat Pembelajaran

Analisis kepraktisan dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil angket respon siswa dan guru setelah menggunakan perangkat pembelajaran, serta hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Berikut merupakan hasil yang diperoleh. a. Angket respon siswa Angket respon siswa digunakan untuk menilai kepraktisan perangkat pembelajaran ditinjau dari aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual, kemudahan, keterbantuan, dan kemenarikan. Hasil angket respon siswa untuk setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Angket Respon Siswa Aspek Penilaian Skor Rata-rata Klasifikasi Pendekatan kontekstual 4.23 Sangat Baik Keterbantuan 4.21 Sangat Baik Kemudahan 3.46 Baik Kemenarikan 4.1 Baik Kesimpulan 4 Baik Respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang telah digunakan menunjukkan skor rata-rata 4. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian 105 perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan memnuhi kriteria baik. Tabulasi hasil angket respon siswa dapat dilihat pada Lampiran B.6. b. Angket respon guru Angket respon guru digunakan untuk menilai kepraktisan perangkat pembelajaran ditinjau dari aspek penyajian materi, kesesuaian dengan pendekatan kontekstual, penggunaan RPP, dan penggunaan LKS. Hasil angket respon guru untuk setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Angket Respon Guru Aspek Penilaian Skor Rata-rata Klasifikasi Penyajian materi 5 Sangat Baik Pendekatan kontekstual 4.57 Sangat Baik RPP 4.6 Sangat Baik LKS 4.6 Sangat Baik Kesimpulan 4.69 Sangat Baik Respon guru terhadap perangkat pembelajaran yang telah digunakan menunjukkan skor rata-rata 4.69. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, respon guru terhadap proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan memnuhi kriteria sangat baik. Tabulasi hasil angket respon guru dapat dilihat pada Lampiran B.5. c. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk menilai kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dalam proses 106 pembelajaran. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Keterlaksanaan Persentase Kategori RPP 1 91.30 Sangat Baik RPP 2 95.65 Sangat Baik RPP 3 95.65 Sangat Baik RPP 4 91.30 Sangat Baik RPP 5 82.61 Baik RPP 6 91.30 Sangat Baik RPP 7 100 Sangat Baik Kesimpulan 92.55 Sangat Baik Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan menunjukkan persentase 92,55. Berdasarkan pedoman kualifikasi keterlaksanaan pembelajaran yang telah dikembangkan, pelaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat baik. Tabulasi hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran B.7. Klasifikasi respon siswa yang memenuhi kriteria baik, klasifikasi respon guru yang memenuhi kriteria sangat baik, dan keterlaksanaan pembelajaran yang memenuhi kriteria sangat baik menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan memiliki kualitas praktis.

3. Analisis Keefektifan Perangkat Pembelajaran

Analisis keefektifan dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil tes hasil belajar siswa. Deskripsi statistik dari data hasil tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 27. 107 Tabel 27. Deskripsi Statistik Data Hasil Tes Hasil Belajar Statistics Nilai siswa N Valid 24 Missing Mean 79.17 Median 76.50 Mode 76 Variance 73.449 Minimum 63 Maximum 93 Rata-rata nilai yang diperoleh adalah 79,17 dengan nilai terendah adalah 63 dan nilai tertinggi adalah 93. Sedangkan data hasil tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Tes Hasil Belajar Siswa Hasil Tes KKM = 75 Banyak siswa Persentase Siswa tuntas 19 79.17 Siswa tidak tuntas 5 20.83 Jumlah 24 100 Persentase ketuntasan klasikal adalah 79.17 . Berdasarkan pedoman kualifikasi ketuntasan pembelajaran, kualifikasi keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria baik. Tabulasi nilai tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran B.8.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan yang telah diuraikan, pengembangan perangkat pembelajaran yang dilakukan dengan langkah-langkah pengembangan model ADDIE yang terdiri dari tahap analysis analisis, design perancangan, development pengembangan, implementation implementasi, dan evaluation evaluasi menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan 108 LKS berbasis pendekatan kontekstual pada materi Logika untuk SMA Kelas X dengan kriteria valid, praktis, dan efektif. Pada tahap analisis analysis dilakukan tiga komponen analisis yaitu analisis kebutuhan, karakteristik siswa, dan kurikulum. dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa masih terbatasnya perangkat pembelajaran matematika yang dapat memfasilitasi siswa dalam membangun dan menemukan konsep matematika secara mandiri. LKS yang dikembangkan oleh guru berisi materi yang disajikan secara langsung dan latihan soal. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif dan kemampuan berpikir mereka kurang berkembang. Selain itu, penyajian materi atau masalah yang belum dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari menyebabkan siswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Oleh karena itu, perlu adanya perangkat pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yang mampu memfasilitasi siswa dalam membangun dan menemukan konsep matematika secara mandiri serta menggunakan konsep tersebut dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang harus dikuasai oleh siswa kelas X semester 2 adalah materi logika. Pembelajaran matematika khususnya pada materi logika dengan menggunakan pendekatan kontekstual diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada materi logika mengacu pada kurikulum yang digunakan sekolah, yaitu KTSP. Pada tahap perancangan design dilakukan penyusunan rancangan RPP, penyusunan rancangan LKS, dan penyusunan rancangan instrumen perangkat pembelajaran. Perancangan RPP mengacu pada standar proses yang tercantum 109 pada Permendikbud Nomor 41 Tahun 2007. Penyusunan rancangan RPP dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah, yaitu: 1 perancangan identitas RPP, 2 perumusan tujuan pembelajaran, 3 perancangan materi pembelajaran, 4 pemilihan metode pembelajaran, 5 perancangan kegiatan pembelajaran, 6 pemilihan sumber belajar, dan 7 perancangan penilaian pembelajaran. Sedangkan langkah-langkah penyusunan rancangan LKS yaitu: 1 penyusunan peta kebutuhan LKS, 2 penentuan judul LKS, dan 3 penulisan LKS yang meliputi perumusan kompetensi dasar, penentuan bentuk penilaian, penyusunan materi, dan penyusunan struktur LKS. LKS disusun berdasarkan empat aspek kriteria kelayakan, yaitu kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, dan kelayakan grafika Depdiknas, 2007. Pada tahap ini juga dilakukan penyusunan rancangan instrumen penilaian kualitas perangkat pembelajaran yang terdiri dari instrumen penilaian perangkat pembelajaran, angket respon, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan instrumen tes hasil belajar siswa. Pada tahap pengembangan development dilakukan pengembangan instrumen penilaian perangkat pembelajaran, pengembangan perangkat pembelajaran, validasi perangkat pembelajaran, dan revisi perangkat pembelajaran. Instrumen penilaian perangkat pembelajaran yang telah dirancang kemudian disusun dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Sebelum digunakan instrumen tersebut divalidasi oleh dosen validator. RPP dikembangkan berdasarkan rancangan yang telah disusun sebelumnya. Langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP mengacu pada langkah-langkah pendekatan kontekstual menurut Center for 110 Occupation Research and Development CORD 1999: 22-30 yaitu Relating, Experiencing , Applying, Cooperating, dan Transferring. LKS dikembangkan berdasarkan rancangan yang telah disusun sebelumnya dan mengacu pada komponen pendekatan kontekstual menurut Yatim Riyanto 2010: 168 yaitu Constructivism Konstruktivisme, Inquiry Menemukan, Questioning Bertanya, Learning Community Masyarakat belajar, Modelling Pemodelan, Reflection refleksi, dan Authentic Assessment Penilaian Sebenarnya. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan kemudian divalidasi oleh dua dosen sebagai ahli materi dan ahli media, serta satu guru matematika. Penilaian validator menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran layak diujicobakan dengan revisi. Selanjutnya, sebelum diujicobakan di sekolah perangkat pembelajaran direvisi sesuai masukan dan saran dari validator. Pada tahap implementasi implementation perangkat pembelajaran yang telah direvisi diujicobakan di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman Kelas X A yang terdiri dari 24 siswa. Uji coba perangkat pembelajaran dilakukan dalam tujuh kali pertemuan dan dalam pertemuan terakhir dilakukan tes hasil belajar siswa dan pengisian angket respon. Pada tahap evaluasi evaluation dilakukan perbaikan atau revisi perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan saran dan masukan dari guru dan siswa selama proses uji coba berlangsung. Hasil dari pengembangan berupa produk akhir perangkat pembelajaran telah diuji kevalidan, kepraktisan dan keefektifannya. Berdasarkan aspek kevalidan hasil penilaian masing-masing komponen perangkat pembelajaran yaitu RPP dan 111 LKS mencapai kualifikasi penilaian minimal baik. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan berupa RPP dan LKS telah memenuhi kriteria valid. Berdasarkan hasil penilaian RPP diperoleh skor rata-rata 4,29 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa RPP yang dikembangkan telah sesuai dengan prinsip pengembangan dan komponen RPP yang tercantum pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Meski telah mencapai klasifikasi sangat baik, berdasarkan Tabel 13, aspek alokasi waktu, pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian hasil belajar memiliki skor rendah dibandingkan dengan aspek lain, yaitu sebesar 4 dengan klasifikasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa keefektifan dan keefisienan alokasi waktu dalam RPP dalam mencapai tujuan pembelajaran belum dikembangkan sebaik aspek lainnya. Begitu juga dengan pemilihan metode dan pendekatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa serta pengembangan prosedur dan teknik penilaian belum dikembangakan sebaik aspek lainnya. Sementara itu, berdasarkan hasil penilaian LKS diperoleh skor rata-rata 4,15 dengan skor maksimal 5 dengan klasifikasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi aspek kualitas kelayakan bahan ajar yaitu ditinjau dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikan Depdiknas, 2007. Berdasarkan Tabel 14, aspek kesesuaian LKS dengan pendekatan kontekstual memiliki skor terendah dibandingkan dengan aspek lain yaitu sebesar 3,64 dengan klasifikasi baik. Komponen pendekatan kontekstual belum dikembangkan dalam LKS sebaik aspek-aspek lainnya. Menurut Ali 112 Mahmudi 2010: 1 mengimplementasikan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran berarti mengimplementasikan komponen utama pendekatan kontekstual dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan analisis hasil penilaian LKS pada masing-masing komponen pendekatan kontekatual komponen learning community dan modelling memiliki skor terendah yaitu 3,5 dengan kualifikasi baik. Berdasarkan hasil penilaian LKS memiliki klasifikasi sangat baik ditinjau dari aspek penyajian materi, yaitu 4,42. Hal ini berarti LKS yang dikembangkan memiliki kriteria sangat baik dalam penyajian materi logika tetapi langkah- langkah kegiatan pendekatan kontekstual yang digunakan untuk menyajikan materi hanya termasuk pada kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa komponen- komponen pendekatan kontekstual belum menonjol dalam penyajian materi pada LKS yang dikembangkan terutama pada aspek learning community dan modelling . Oleh karena itu, berbagai saran dan masukan terkait aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual dan aspek lain yang diberikan penilai telah digunakan sebagai bahan revisi untuk memperoleh LKS yang lebih baik. RPP dan LKS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria praktis berdasarkan respon yang diberikan oleh guru dan siswa serta hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum respon guru terhadap perangkat pembelajaran yang digunakan adalah sangat baik dan respon siswa adalah baik. Sementara itu, pelaksanaan proses pembelajaran yang diamati juga menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria praktis. 113 Berdasarkan hasil angket respon siswa diperoleh skor rata-rata 4 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi baik. Berdasarkan Tabel 15 aspek kemudahan memiliki skor terendah dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Hal ini dikarenakan bahasa dan petunjuk yang digunakan masih membingungkan bagi siswa. Selain itu, simbol dan istilah yang digunakan pada materi logika masih baru bagi siswa, sehingga tidak mudah bagi siswa untuk memahami istilah dan simbol tersebut dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya halaman yang menyajikan simbol dan penggunaananya dalam LKS yang dikembangkan. Berdasarkan hasil angket respon siswa aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual dan aspek keterbantuan memperoleh klasifikasi sangat baik dengan skor rata-rata 4,23 dan 4,21 dengan skor maksimal 5. Hal ini berarti LKS dengan pendekatan kontekstual yang dikembangkan sesuai dengan salah satu fungsi penggunaan LKS dalam pembelajaran yaitu LKS dapat membantu siswa dalam memahami materi logika Andi Prastowo, 2011: 207. Sementara itu, skor rata-rata yang diperoleh dari hasil respon guru oleh guru matematika adalah 4,69 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi sangat baik. Semua aspek dalam angket respon siswa memperoleh klasifikasi sangat baik. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinilai praktis untuk digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika materi logika. Hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran, karena guru dapat mengetahui kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Mulyasa, 2007: 221. 114 Selama kegiatan berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan, kemudian mengisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah 92,55 dengan kualifikasi sangat baik. Hal ini berarti bahwa guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dikembangkan. Selain itu, RPP yang dikembangkan telah memenuhi fungsi pelaksanaan RPP yaitu untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan kegiatan yang telah direncanakan Mulyasa, 2007: 218. Berdasarkan proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, hasil analisis data hasil tes belajar siswa mencapai kategori baik dengan persentase ketuntasan siswa dalam tes hasil belajar yang dilakukan pada akhir pertemuan adalah 79,17 . Dengan demikian, perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan memenuhi kritera efektif. Berdasarkan tercapainya kriteria valid, praktis, dan efektif dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, maka diperoleh suatu produk akhir berupa perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada materi logika untuk SMA Kelas X yang memenuhi kriteria kualitas perangkat pembelajaran oleh Nieveen 1999: 127, yaitu valid, praktis, dan efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran. 115

D. Keterbatasan Penelitian