ii. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya
edema, dll. iii.
Pemeriksaan disproporsi sefalo atau feto-pelvik.
2.3.3 Indikasi Ibu dan Janin
a. Gemelli atau Bayi Kembar
Kehamilan kembar atau multipel adalah suatu kehamilan dengan dua
janin atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda 2 janin, triplet 3 janin, kuadruplet 4 janin, quintuplet 5 janin dan
seterusnya sesuai dengan hukum Hellin. Morbiditas dan mortalitas mengalami peningkatan yang nyata pada
kehamilan dengan janin ganda. Oleh karena itu, mempertimbangkan kehamilan ganda sebagai kehamilan dengan komplikasi bukanlah hal yang
berlebihan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain anemia pada ibu, durasi kehamilan yang memendek, abortus atau kematian janin baik salah
satu atau keduanya, gawat janin, dan komplikasi lainnya. Demi mencegah komplikasi – komplikasi tersebut, perlu penanganan persalinan dengan
sectio caesarea untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi – bayinya. Prawirohardjo, 2009.
b. Riwayat Sectio Caesarea
Sectio caesarea ulangan adalah persalinan dengan sectio caesarea yang dilakukan pada seorang pasien yang pernah mengalami sectio caesarea pada
persalinan sebelumnya, elektif maupun emergency. Hal ini perlu dilakukan jika ditemui hal – hal seperti :
• Indikasi yang menetap pada persalinan sebelumnya seperti kasus
panggul sempit. • Adanya kekhawatiran ruptur uteri pada bekas operasi sebelumnya.
c. Preeklampsia dan Eklampsia
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Bila tekanan darah mencapai 160110 atau lebih, disebut preeklampsia berat.Sedangkan eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang bukan karena kelainan neurologi dan atau koma dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala preeklampsia. Janin yang dikandung ibu dapat mengalami kekurangan nutrisi dan
oksigen sehingga dapat terjadi gawat janin. Terkadang kasus preeklampsia dan eklampsia dapat menimbulkan kematian bagi ibu, janin, bahkan
keduanya. Decherney,2007.
2.3.4 Indikasi Sosial
Menurut Mackenzie et al 1996 dalam Mukherjee 2006, permintaan ibu merupakan suatu faktor yang berperan dalam angka kejadian sectio
caesarea yaitu mencapai 23. Di samping itu, selain untuk menghindari sakit, alasan untuk melakukan sectio caesarea adalah untuk menjaga tonus
otot vagina, dan bayi dapat lahir sesuai dengan waktu yang diinginkan. Walaupun begitu, menurut FIGO 1999 dalam Mukherjee 2006,
pelaksanaan sectio caesarea tanpa indikasi medis tidak dibenarkan secara etik.
2.4 Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea
2.4.1 Abdomen sectio caesarea abdominalis
a. Sectio caesarea transperitonealis :
• Sectio caesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri. Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm. Kelebihan :
Mengeluarkan janin lebih cepat
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar
Sering mengakibatkan ruptur uteri pada persalinan berikutnya.
• Sectio caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim. Dilakukan dengan membuat
sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira – kira 10 cm.
Kelebihan :
Penjahitan dan penutupan luka lebih mudah
Mencegah isi uterus ke rongga peritoneum
Kemungkinan ruptura uteri lebih kecil. Kekurangan :
Luka dapat melebar
Keluhan kandung kemih postoperatif tinggi.
b. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Sectio caesarea yang dilakukan tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
2.4.2 Vagina Sectio Caesarea Vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang vertikal menurut Kronig
b. Sayatan melintang transversal menurut Kerr
c. Insisi Klasik
d. Sayatan huruf T terbalik T-incision.
Gambar 2.2 Skema Insisi Abdomen dan Rahim Sumber: Obgyn.net
2.5 Melahirkan Janin Plasenta
Pada presentasi kepala, satu tangan diselipkan ke dalam rongga uterus diantara simfisis dan kepala janin, lalu kepala diangkat secara hati-hati
dengan jari dan telapak tangan melalui lubang insisi dibantu oleh penekanan sedang transabdominal pada fundus.
Setelah kepala lahir, tarik bahu secara ringan dan hati-hati. Begitu juga dengan bagian tubuh lainnya. Bila presentasi bukan kepala, atau bila
janin lebih dari satu, atau keadaan-keadaan lainnya, insisi vertikal segmen bawah rahim terkadang lebih menguntungkan. Perhatikan juga apakah
terdapat perdarahan. Bila janin telah lahir, segera keluarkan plasenta. Masase fundus,
yang dimulai segera setelah janin lahir dapat mengurangi perdarahan dan mempercepat lahirnya plasenta.
2.6 Penjahitan Uterus