Setelah kepala lahir, tarik bahu secara ringan dan hati-hati. Begitu juga dengan bagian tubuh lainnya. Bila presentasi bukan kepala, atau bila
janin lebih dari satu, atau keadaan-keadaan lainnya, insisi vertikal segmen bawah rahim terkadang lebih menguntungkan. Perhatikan juga apakah
terdapat perdarahan. Bila janin telah lahir, segera keluarkan plasenta. Masase fundus,
yang dimulai segera setelah janin lahir dapat mengurangi perdarahan dan mempercepat lahirnya plasenta.
2.6 Penjahitan Uterus
Setelah plasenta lahir, uterus dapat diangkat melewati insisi dan diletakkan di atas dinding abdomen, atau biasa disebut eksteriorisasi
uterus. Keuntungan eksteriorisasi uterus ini antara lain dapat segera mengetahui uterus yang atonik dan melemas sehingga cepat melakukan
masase. Selain itu, lokasi perdarahan juga dapat ditentukan dengan jelas. Insisi uterus ditutup dengan satu atau dua lapisan jahitan kontinu
menggunakan benang yang dapat diserap ukuran 0 atau 1. Penutupan dengan jahitan jelujur mengunci satu lapis memerlukan waktu lebih
singkat.
2.7 Penjahitan Abdomen
Setelah rahim telah tertutup dan memastikan tidak ada instrumen yang tertinggal, maka dilakukan penutupan abdomen. Sewaktu melakukan
penutupan lapis demi lapis, titik-titik perdarahan diidentifikasi, diklem dan diligasi. Otot rektus dikembalikan ke letaknya semula, dan ruang subfasia
secara cermat diperiksa. Fasia rektus di atasnya situtup dengan jahitan interrupted. Jaringan
subkutan biasanya tidak perlu ditutup secara terpisah apabila ketebalannya 2 cm atau kurang. Dan kulit ditutup dengan jahitan matras vertikal dengan
benang sutera 3-0 atau 4-0.
2.8 Penyulit Pascaoperasi
Morbiditas setelah sectio caesarea dipengaruhi oleh keadaan-keadaan ketika prosedur tersebut dilakukan. Penyulit yang dapat terjadi mencakup
histerektomi, cedera operatif pada struktur panggul, serta infeksi dan perlunya transfusi.
Rajasekar dan Hall 1997 secara spesifik meneliti laserasi kandung kemih dan cedera uretra. Insidensi laserasi kandung kemih pada saat
operasi sesarea adalah 1,4 per 1000 prosedur, dan untuk cedera uretra adalah 0,3 per 1000. Cedera kandung kemih cepat terdiagnosis. Sebaliknya
diagnosis cedera uretra sering terlambat terdiagnosis. Cunningham, 2005.
2.9 Komplikasi
a. Infeksi Puerperal nifas
• Ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja • Sedang, kenaikan suhu disertai dehidrasi dan perut kembung
• Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
b. Perdarahan, karena :
• Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka • Atonia Uteri
• Perdarahan pada plasenta
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan komplikasi lainnya yang jarang
terjadi.
d. Kemungkinan ruptura uteri atau terbukanya jahitan pada uterus karena
operasi sebelumnya. Mochtar,1998.
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien sectio caesarea akan dilakukan berdasarkan variable kategorik dan variable numerik.
Variable kategorik merupakan suku, pekerjaan, paritas, dan indikasi. Variabel numerik mencakup usia.
3.2 Definisi Operasional
1. Rekam Medis
adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium diagnosis,
segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan, ataupun yang
mendapatkan pelayanan gawat darurat.
2. Pasien Sectio Caesarea
adalah seluruh pasien yang menjalani proses operasi sectio caesarea sesuai dengan indikasi medis ataupun penyebab
lainnya.
3. Karakteristik
adalah kualitas atau atribut yang menunjukkan sifat suatu objek atau organisme.
4. Indikasi
adalah penyebab – penyebab dilakukannya suatu tindakan medis. Dalam hal ini tindakan sectio caesarea.
5. Paritas
adalah jumlah persalinan yang telah dilalui ibu sebelum persalinan saat ini.
Karakteristik: 1.
Sosiodemografi : Suku
Pekerjaan Pendidikan
Usia 2.
Paritas 3.
Indikasi Sectio Caesarea