para pihak yang membuatnya”. Ketentuan ini menjelaskan dengan terpenuhinya syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata meliputi kata sepakat,
kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang diperbolehkan terletak pada “causa yang halal”. Selain itu dalam Pasal 1335 KUH Perdata menetapkan bahwa “tanpa
causa yang halal” tidak mempunyai kekuatan sehingga mendatangkan penyebab terjadinya kerugian dan timbulnya sengketa dalam perjanjian kerjasama tersebut.
Untuk mencapai suatu jalan keadilan jika terjadi perselisihan dikemudian hari, maka diperlukan upaya jalan penyelesaian sengketa secara bijaksana dan adil
sesuai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yaitu : “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Oleh karena itu bagi setiap pihak yang melakukan pelanggaran maka akan ditetapkan
sanksi hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ditemukan 2 dua metode cara penyelesaian yang ditempuh akibat terjadi
perselisihan para pihak, dapat dilihat dalam ketentuan Kontrak Kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor, termuat dalam Pasal 10 Surat Perjanjian Jual Beli
antara PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor yaitu :
1. Jalur Peradilan litigasi
Apabila perselisihan timbul dan salah satu pihak yang merasa benar atau dirugikan oleh pihak lain, dapat membawa perselisihan tersebut ke jalur Pengadilan Negeri
PN. Sesuai dengan hukum acara yang berlaku, maka prosedur pengajuan
Universitas Sumatera Utara
gugatan, jawaban, replik, duplik, dan lain-lain yang berkaitan dengan hukum acara di pengadilan yang telah ditetapkan.
2. Luar Peradilan Non litigasi
Dalam Undang-undang Republik Inonesia Nomor 30 tahun 1999 tentang ADR atau Alternatif Penyelesaian Sengketa disebutkan bahwa alternatif penyelesaian
sengketa adalah “suatu lembaga penyelesaian sengketa atau pendapat melalui prosedur yang telah disepakati para pihak bersangkutan, yaitu penyelesaian diluar
pengadilan dengan cara : negosiasimusyawarah, mediasi, atau arbitrase”. Campur tangan pemerintah atau instansi terkait yang membidangi usaha
perdagangan ini bertugas sebagai “Komisi Pengawas Pupuk Bersubsidi”. Selain berwewenang melakukan pengawasan dengan bantuan aparat hukum seperti pihak
kepolisian untuk melakukan penyelidikan dan memberikan sanksi hukum yang berlaku kepada pihak yang melakukan pelanggaran.
Oleh karena itu dengan adanya campur tangan dari instansi terkait, dapat memberikan perlindungan bagi pihak yang lemah secara langsung karena pemerintah
instansi terkait dapat memberikan sanksi berupa pencabutan surat izin usaha, bertujuan untuk menghentikan proses produksi berupa barang dan jasa terhadap
badan penyalur seperti pihak Produsen maupun Distributor. Dampak sanksi dari pencabutan surat izin usaha dari instansi terkait secara
langsung memberikan keuntungan, karena memberikan perlindungan bagi konsumen yakni mencegah jatuhnya korban lebih banyak lagi. Pemulihan hak konsumen atau
pihak yang dirugikan bukan lagi tugas instrumen administrasi negara. Tetapi
Universitas Sumatera Utara
pemulihan hak-hak konsumen yang dirugikan dapat dituntut dengan bantuan aparat penegak hukum yaitu gugatan hukum perdata danatau pidana melalui jalur hukum.
Menurut Fisher dan Ury, terdapat 3 tiga faktor utama yang mempengaruhi proses penyelesaian sengketa yaitu : kepentingan interest, hak rights, dan status
kekuasaan power. Dimana para pihak bersengketa ingin kepentingannya tercapai, hak-haknya terpenuhi dan status kekuasaannya diperlihatkan, dimanfaatkan serta
dipertahankan.
88
Penyelesaian sengketa gugatan perdata di pengadilan umumnya didasarkan pada alasan sebagai berikut :
a. Adanya wanprestasi atau ingkar janji salah satu pihak dimana gugatan ini harus
didasarkan pada adanya hubungan kontraktual privity contract diantara para pihak penggugat dan tergugat.
b. Adanya perbuatan melanggar hukum onrechtmatigdaad, dimana dalam gugatan
ini berdasarkan perbuatan melanggar hukum, tidak perlu adanya hubungan kontraktual diantara para pihak, namun yang paling elementer adalah karena
perbuatan yang merugikan pihak lain serta terdapat adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat kesalahannya.
Hubungan hukum yang dibahas dalam penelitian ini adalah hubungan antara PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor pupuk yaitu hubungan kontrak kerjasama
88
M. Zaidun, Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa MAPS, Diklat Manajemen dan Hukum Perdagangan Hukum dan Pengusaha
, diselenggarakan atas kerjasama Dirjen PDN Disperindag, Kanwil Depperindag Pripinsi Jawa Timur dengan Zaidun Patners Law, Hotel Sahid,
Surabaya, Tanggal 18 November, 1998, hal 5.
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan program pendistribusian pupuk dari pemerintah. Oleh karena itu cara penyelesaian sengketa hubungan ini terdapat adanya campur tangan administratur
negara yang dilatarbelakangi adanya dasar itikad untuk melindungi pihak yang lemah atau pihak yang telah dirugikan.
Akibat terjadi perselisihan atau konflik bersumber dari perbedaan pendapat atau ketidaksesuaian kepentingan para pihak akan membawa dampak negatif
terhadap pihak lain yang dirugikan. Apabila para pihak tidak berhasil menemukan bentuk penyelesaian secara tepat, maka perbedaan pendapat ini dapat berakibat buruk
bagi kelangsungan hubungan kerjasama. Sehingga dibutuhkan upaya penyelesaian secara tepat dan adil.
B. Upaya Penyelesaian Sengketa Akibat Tidak Memenuhi Kewajiban Klausula
Dalam Perjanjian Kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja Dengan Distributor
Sebaiknya sebelumnya mengadakan kontrak kerjasama menurut keterangan Bapak Mulya Putra Nanda, selaku supervisor pengadaan dan penjualan PT. Pupuk
Sriwidjaja cabang Medan, mengatakan bahwa agar tidak terjadinya sengketa ataupun perselisihan pihak yang mengadakan kontrak kerjasama ini, hendaknya sebelum
menjalankan kontrak harus terlebih dahulu mematuhi segala peraturan yang berlaku, karena masih banyak seperti pihak pengecer maupun distributor yang tidak mematuhi
segala peraturan yang ada.
89
89
Wawancara Pada Bapak Mulya Putra Nanda, Selaku supervisor pengadaan dan penjualan PT. Pupuk Sriwidjaja cabang Medan
, Pada tanggal 29 Febuari 2011.
Universitas Sumatera Utara
Hendaknya komisi pengawas atau instansi terkait selayaknya bertugas melakukan pengawasan monitoring di lapangan untuk proses penyaluran pupuk,
haruslah lebih diperhatikan secara teliti dan detail terdiri atas anggota yaitu : 1.
Aparat Penegak Hukum Kepolisian dan Kejaksaan. 2.
Disperindag Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 3.
Dinas Perkebunan. 4.
Tenaga Pendamping Masyarakat TPM. Selain itu Pasal 7 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan
Nomor 21M-DAGPER62008 “Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk sektor pertanian”, dalam ayat 7 dan ayat 2 disebutkan bahwa :
a. Komisi Pengawasan Pupuk wilayah Propinsi dan Kabupatenkota melakukan
pemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran dan penggunaan pupuk bersubsidi di wilayahnya.
b. Pengawasan terhadap penyediaan dan penyaluran serta harga pupuk bersubsidi di
tingkat Kabupatenkota, kecamatan atau desa, dilakukan oleh tim pengawas pupuk kabupatenkota dibantu Tenaga Pendamping Masyarakat TPM yang ditunjuk.
Pengaturan pengawasan pupuk bersubsidi juga tercantum dan diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 21M-DAGPER62008,
Pada Pasal 16 ayat 1, 2, 3, dan 4 yang menjelaskan sebagai berikut : 1.
Pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran pupuk berubsidi meliputi jenis, jumlah, mutu, harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi serta waktu pengadaan dan
penyaluran.
Universitas Sumatera Utara
2. Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan sebagai
berikut : a
Produsen wajib melakukan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai dengan Lini IV
sesuai dengan prinsip 6 enam yaitu : tepat jenis, jumlah, harga, tempat, lwaktu, dan mutu masing-masing wilayah tanggung jawabnya.
b GubernurBupatiWalikota bertanggung jawab dalam pengawasan atas
pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi diwilayah administrasi pemerintahannya.
c Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida tingkat Propinsi ditetapkan oleh
Gubernur, wajib melakukan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan pengadaan, penyaluran dan penggunaan pupuk bersubsidi diwilayah kerjanya
serta melaporkan kepada Gubernur, dengan tembusan Produsen penanggung jawab wilayah.
d Komisi pengawasan pupuk dan pestisida tingkat KabupatenKota ditetapkan
oleh BupatiWalikota, dan wajib melakukan pemantauan atau pengawasan pelaksanaan penyaluran dan penggunaan pupuk bersubsidi di wilayah kerjanya
serta melaporkannya kepada BupatiWalikota dengan tembusan kepada Produsen penanggung jawab wilayah.
e Guna menghindari terjadinya kelangkaan pupuk maka Gubernur, Bupati atau
Walikota melalui dengan bantuan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida KP3 sebagaimana dimaksud dalam huruf d dan huruf e, berkewajiban
Universitas Sumatera Utara
membantu kelancaran program pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi pada wilayah kerjanya.
f Tim Pengawas Pupuk Bersubsidi Tingkat Pusat wajib melakukan pemantauan
dan pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai dengan Lini IV, serta melaporkannya dengan tembusan kepada
Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Pertanian. g
Apabila dianggap perlu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri atau Pejabat yang ditunjuknya dapat melakukan pengawasan secara langsung atas
pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi. 3. Kewenangan melakukan klarifikasi terhadap adanya indikasi penyimpangan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur, pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi oleh Produsen, Distributor dan Pengecer Resmi
dilakukan oleh Pejabat Departemen Perdagangan, atau Tim Pengawas pupuk bersubsidi tingkat pusat, atau Kepala Dinas PropinsiKabupatenKota yang
membidangi perdagangan atau Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida KP3 PropinsiKabupaten atau Kota.
4. Dalam hal adanya bukti kuat kearah pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi
tindak pidana ekonomi, Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat menggunakan bantuan aparat penegak hukum sesuai ketentuan peraturan
peundang-undangan yang berlaku.
90
90
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan nomor : 21M- DAGPER62008 Tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.
Universitas Sumatera Utara
Upaya penyelesaian sengketa ini dikenal dengan penyelesaian luar peradilan non litigasi. Kondisi ini terdorong lahirnya ketentuan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang “Alternative Dispute Resolution ADR”. Ketentuan dalam Pasal 1 angka 10 UU No. 30 Tahun 1999 mendefenisikan Alternatif Penyelesaian Sengketa
adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur disepakati para pihak yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara jalan
negosiasimusyawarah, mediasi, atau arbitrase. Penyelesaian sengketa atau beda pendapat para pihak dalam hubungan hukum
tertentu secara tegas menyatakan bahwa, semua sengketa atau beda pendapat timbul atau mungkin timbul dari hubungan hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara
melalui alternatif penyelesaian sengketa Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999.
91
Di Indonesia menurut pendapat Joni Emirzon mengemukakan bahwa Pancasila sebagai dasar filosofi bermasyarakat indonesia, telah mengisyaratkan
bahwa asas penyelesaian sengketa melalui jalan musyawarah mufakat lebih diutamakan dan diprioritaskan, seperti tersirat dalam UUD 1945 bahwa
92
: Pada dasarnya keberadaan alternatif penyelesaian sengketa telah diakui sejak
tahun 1970 dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dalam penjelasan Pasal 3 Undang-Undang ini
menyatakan bahwa penyelesaian perkara diluar pengadilan atas dasar perdamaian masih tetap diperbolehkan.
Haruslah diakui penggunaan lembaga peradilan untuk menyelesaikan sengketa masih banyak kekurangan dan kelemahan seperti dapat dilihat dari segi
91
Mas Achmad Santosa, Pengaduan Masyarakat dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan dalam masyarakat
, ICEI, Jakarta, 1995, hal.1
92
Ibid, hal 2
Universitas Sumatera Utara
aspek ekonomi atau bisnis secara umum merupakan salah satu komponen dengan biaya yang sangat tinggi. Kelemahan lembaga peradilan dalam menyelesaikan suatu
sengketa sangat dirasakan oleh para pihak yang bersengketa, menunjukkan kondisi ini semakin meyakinkan perlu adanya cara penyelesaian lain yang dapat membuat
para pihak menjadi puas dan senang. Menurut Goldberg, terdapat 4 empat macam tujuan penyelesaian sengketa
jalan alternatif yaitu :
93
1. Mengurangi kemacetan di Pengadilan.
2. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan proses penyelesaian sengketa.
3. Memperlancar jalur menuju keadilan.
4. Memberikan kesempatan bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang
menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak. Ada beberapa keuntungan diperoleh para pihak apabila memilih penyelesaian
sengketa dengan jalan alternatif sebagai lembaga yang membantu menyelesaikan sengketa yang timbul diantara mereka antara lain :
94
a. Waktu, melalui jalan Penyelesaian Sengketa Alternatif bahwa waktu yang
dipergunakan untuk menyelesaikan sengketa ini relatif lebih singkat. b.
Biaya, karena waktu dan mekanismenya relatif sederhana sehingga membawa akibat biaya yang dikeluarkan lebih murah.
93
Ibid.
94
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
c. Keahlian, pihak yang turut serta dalam membantu proses penyelesaian sengketa
ini berasal dari kalangan ahli dibidangnya, sehingga keputusan yang diambil relatif dapat dipertanggungjawabkan.
d. Kerahasiaan, karena mekanisme penyelesaian tidak dipublikasikan sehingga
kerahasiaan dari masing-masing pihak tetap terjaga satu sama lain. Seperti kita ketahui masalah kerahasiaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
bagi siapapun juga, tidak terkecuali bagi pelaku usaha. Dalam penyelesaian sengketa ini, sarana menempuh jalan perdamaian melalui
penyelesaian sengketa alternatif ini tentu saja ada, dengan tidak terlepas dari suatu kenyataan bahwa penyelesaian sengketa dengan jalan litigasi pengadilan ternyata
memberikan banyak kesulitan bagi para pihak. Banyak orang mengajukan gugatannya ke pengadilan, dengan cacat pula menemukan ketidakefisiensi selama
berada seharian dilingkungan pengadilan, disebabkan biaya hukum yang tinggi, bulanan atau tahunan menunggu selesainya proses perkara, perasaan yang frustasi
atau stres yang tinggi berkaitan dengan para praktisi yang terlibat di pengadilan berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh orang awam dalam hukum.
Sehingga banyak sekali kesulitan yang terjadi pada proses pengadilan tersebut, karena tujuannya terlalu tinggi dan masih secara abstrak dalam menemukan
kebenaran yang rill.
95
Alternatif utama penyelesaian sengketa para pihak lebih menggunakan jalan penyelesaian diluar pengadilan dengan musyawarah mufakat untuk mencari jalan
95
Ibid , hal 3.
Universitas Sumatera Utara
keluar tanpa memperpanjang masalah yang ada. Dengan melihat bentuk-bentuk penyelesaian dipergunakan pada lembaga peradilan menunjukkan berbagai macam
banyaknya kelemahan dan kekurangan seperti biaya tinggi, lamanya proses pemeriksaan dan semakin tingginya efek negatif lembaga peradilan saat ini.
96
Penyelesaian sengketa pada PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor lebih mengutamakan jalan kompromi atau musyawarah mufakat, dengan pertama sekali
memberikan peringatan tertulis sebanyak 3x tiga kali diberikan pihak Produsen. Dengan jalan musyawarah mufakat bisa juga melibatkan pihak penengah mediator
maupun tidak, dengan segala konsekuensi yang diberikan PT. Pupuk Sriwidjaja sampai dengan alternatif terakhir dikenakan sanksi administratif yaitu pemberhentian
atau pemutusan kerjasama. Perbuatan melanggar hukum pidana sebagaimana didalam Pasal 378 KUHP
akibat adanya pemalsuan, dapat dilakukan gugatan secara langsung oleh pihak yang berwajib kepolisian terhadap sipelaku berdasarkan adanya bukti dan temuan apakah
terbukti kearah pelanggaran hukum pidana atau pelanggaran hukum perdata. Jika terbukti melanggar hukum pidana dapat dilakukan gugatan hukum pidana pada
proses jalan pengadilan. Sedangkan jika terbukti melakukan perbuatan wanpretasi maka akan dimintakan ganti kerugian dan dituntut segera memenuhi prestasi
tersebut.
96
Hasil Wawancara oleh Staf Pengadaan dan Penjualan Pupuk PT. Pupuk Sriwidjaja Cabang Sumatera Utara
, Pada tanggal 20 Maret 2011.
Universitas Sumatera Utara
Upaya penyelesaian dilakukan PT. Pupuk Sriwidajaja PIHAK PERTAMA sebelum pemutusan kerjasama dengan Distributor PIHAK KEDUA dilakukan.
Membentuk upaya penyelesaian secara musyawarah secara bertahap adalah : 1.
PIHAK PERTAMA PT. Pupuk Sriwidjaja sebelum melakukan pemutusan perjanjian kerjasama secara sepihak, dengan pertama sekali memberikan
peringatan tertulis atau teguran sebanyak 3 kali selama 15 hari terhadap Distributor PIHAK KEDUA yang melakukan pelanggaran seperti diatur dalam
isi perjanjian dan sebuah laporan tentang proses pendistribusian pupuk tersebut. 2.
PIHAK PERTAMA PT. Pupuk Sriwidjaja berdasarkan alasan mendesak atau perubahan peraturan tentang proses pendistribusian pupuk untuk kepentingan
operasi, maka sewaktu-waktu berhak memutuskan perjanjian kerjasama dengan pemberitahuan secara tertulis kepada Distributor PIHAK KEDUA dengan
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 15 hari sebelum pemutusan dilakukan. 3.
Pemutusan perjanjian kerjasama dari PIHAK PERTAMA PT. Pupuk Sriwidjaja terhadap Distributor PIHAK KEDUA apabila telah terbukti melakukan
pelanggaran dan tidak membayar ganti kerugian yang diperjanjikan sebelum kontrak ditutup. Jika berdasarkan musyawarah mufakat tidak membawakan hasil
keputusan, selanjutnya PIHAK PERTAMA PT. Pupuk Sriwidjaja bertindak memberikan persetujuan atau rekomendasi untuk melakukan dan menyerahkan
proses penyidikan oleh pihak yang berwajib melalui jalur hukum. Oleh karena itu jalan musyawarah mufakat atau mediasi yang dilakukan para
pihak adalah sebagai suatu proses yang utuh dan padu dalam suatu perjanjian harus
Universitas Sumatera Utara
senantiasa mewarnai mulai tahap pra perjanjian, pembuatan perjanjian, serta pelaksanaan perjanjian bahkan sampai terjadinya sengketa.
Dalam hal pemusyawarah dengan bantuan pihak penengah mediator harus mampu menyusun langkah, tahapan, gaya maupun strategi untuk mampu
menyelesaikan masalah yang timbul. Melalui jalan musyawarah diharapkan terciptanya hubungan harmonis dan saling menguntungkan para pihak, dan dengan
jalan musyawarah dapat ditempuh secara efektif dan efesien dalam menyelesaikan perselisihan para pihak yang berujung pada tahap perdamaian Pasal 1851 KUH
Perdata. Musyawarah sebagai bagian dari metode alternatif penyelesaian sengketa,
ternyata tidak selalu menjadi pilihan para pihak dalam menyelesaikan sengketa diantara mereka. Adakalanya proses tersebut menghadapi adanya fase kegagalan
karena antara lain, tidak diterima, diabaikan atau ditolak oleh pihak lain, artinya akan berujung pada pilihan penyelesaian melalui jalur Pengadilan litigasi.
Apabila terjadinya sengketa pada prinsipnya para pihak berupaya menempuh mekanisme yang mampu dapat memberikan hasil terbaik bagi mereka. Pola
penyelesaian alternatif sengketa melalui mekanisme Alternative Dispute Resolution ADR
maupun Pengadilan, keduanya tetap merupakan manifestasi yang membagi beban pembuktian secara seimbang. Dalam prakteknya penyelesaian sengketa
melalui ADR secara musyawarah mufakat banyak dilakukan dalam hubungan bisnis.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan skema di atas, diketahui upaya penyelesaian pihak PT. Pupuk Sriwidjaja terhadap Distributor dikarenakan tidak memenuhi kewajiban klausul
dalam kontrak adalah: 1.
Di non aktifkan menjadi Distributor PT Pupuk Sriwidjaja. 2.
Alternatif akhir diberhentikan menjadi Distributor PT Pupuk Sriwidjaja. Adapun penyelesaian untuk Kios Pengecer yang ditunjuk oleh Distributor yang tidak
melakukan kewajiban terhadap klausul dalam kontrak adalah: 1.
Peringatan yang diberikan PT Pupuk Sriwidjaja kepada Distributor agar kiranya memberi peringatan kepada Kios Pengecer resminya.
2. Alternatif akhir adalah Distributor mencabut Kios Pengecer tersebut dari Kios
resmi PT Pupuk Sriwidjaja Dari Skema diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa sanksi pemutusan
secara sepihak yang diberikan Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja terhadap pihak Distributor menunjukkan kurang adil, seakan-akan kesalahan yang ada ditimbulkan
akibat kesalahan mutlak Distributor saja tanpa memperhatikan kesalahan dari Produsen itu sendiri dan menunjukkan terjadinya ketidakseimbangan kedudukan para
pihak tersebut. Kaitan dengan asas keseimbangan kedudukan Produsen dengan Distributor
dalam hubungan kontrak kerjasama, dapat digambarkan pada skema terjadinya proses pembuatan kontrak flow chart dibahas pada bab sebelumnya. Bahwa dalam hal ini
pelanggan mengajukan permohonan kepada PT. Pupuk Sriwidjaja dan permohonan pelanggan tersebut disetujui serta ditandatangani oleh Direktur Keuangan atau Kadep
Universitas Sumatera Utara
Pemasaran PT. Pupuk Sriwidjaja, dan akan menjadi tanggung jawab pihak PT. Pupuk Sriwidjaja. Dalam hal ini pihak Distributor menyetujui kontrak kerjasama dengan PT.
Pupuk Sriwidjaja karena membutuhkan kontrak kerja dengan PT. Pupuk Sriwidjaja, bahwa selama pihak Distributor tidak merasa dirugikan terutama dibidang
perekonomiannya masih menguntungkan baginya dikarenakan Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja masih memenuhi kewajibannya dengan mematuhi segala aturan yang
berlaku dengan tidak melanggar Peraturan Menteri Perindustrian Perdagangan Republik Indonesia, maka penyesuaian kehendak para pihak sudah terjadi dan
kedudukan menjadi seimbang. Meskipun pada kenyataannya kedudukan Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja
dengan Distributor mempunyai kedudukan yang tidak seimbang. Selain mengingat kedudukan Produsen lebih kuat dibandingkan kedudukan Distributor, juga terdapat
adanya Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia bergerak dibidang perdagangan yang mengatur segala kewajiban
dan sanksi hukum yang harus dilaksanakan dan dipatuhi, dengan konsekuensi bahwa setiap pelaku usaha atau badan penyalur Produsen, Distributor, Pengecer yang
menjalankan usaha dibidang pertanian, jika melanggar Peraturan Menteri akan dikenakan sanksi hukum sesuai dengan peraturan menteri tersebut.
Oleh karena sanksi hukum tidak hanya dapat diberikan kepada pihak yang perekonomiannya lebih lemah saja, tetapi dapat diberlakukan kepada pihak yang
perekonomiannya lebih kuat akibat telah melakukan pelanggaran dari peraturan
Universitas Sumatera Utara
pemerintah yaitu Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia perihal ketentuan Sanksi Hukum.
C. Analisis Penerapan Asas Keseimbangan Dalam Kontrak Terhadap Bentuk
Perjanjian Kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja Dengan Distributor Lihat Pada Lampiran SPJB
Dalam Surat Perjanjian Jual Beli antara pihak PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor pupuk ini terdapat beberapa klausul-klausul di dalam Pasal menunjukkan
tidak adanya keseimbangan kedudukan para pihak. Dapat kita lihat dibawah ini sebagai berikut :
1. Pasal 5 Ayat 5 Perihal Harga : “Harga pupuk bersubsidi sewaktu-waktu