3. Kreditur tidak berhak atas pemenuhan prestasi, tetapi sekaligus demi hukum
bebas dari kewajibannya untuk menyerahkan kontra prestasi, kecuali untuk dalam Pasal 1460 KUH Perdata, bahwa resiko akan jatuh ketangan pihak
debitur atau pembeli.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan bahwa Wilayah PPD Sumatera Utara dijumpai Distributor atau Pengecer resminya melakukan perbuatan wanprestasi
disebabkan adanya kelalaian dalam pelaksanaan kontrak. Dapat diketahui terjadi Pada Tahun 2008 sebanyak 2 dua Distributor, yaitu masalah keterlambatan melakukan
proses penebusan pupuk terhadap PT. Pupuk Sriwidjaja. Sedangkan pada tahun 2009 sd 2010 terakhir diteliti terdapat sebanyak 10
sepuluh Distributor telah melakukan perbuatan wanprestasi atau lalai, disebabkan terlambatnya dalam proses pembayaran, keterlambatan dalam proses penebusan
pupuk, papan nama plang belum terpasang yang menyatakan sebagai Pelanggan resmi PT. Pupuk Sriwidjaja dan tidak melakukan penebusan pupuk sesuai dengan
permintaan permohonan yang ditujukan pada PT. Pupuk Sriwidjaja Sumatera Utara. Sanksi hukumnya adalah Distributor mendapat somasi teguran tertulis dari PT.
Pupuk Sriwidjaja dan alternatif terakhir diberhentikan atau diputuskan kerjasama dengan membayar berupa denda keterlambatan.
81
2. Sanksi Hukuman Pidana
Selain itu terjadinya konflik juga disebabkan karena adanya unsur perbuatan pidana yaitu adanya salah satu pihak yang melakukan perbuatan melawan hukum,
misalnya Distributor ataupun Pengecer yang melakukan penyelewengan pupuk
81
Hasil Wawancara Pada Staf atau Karyawan Pengadaan dan Penjualan Pupuk Pada PT. PUSRI
Pada tanggal 10 Maret 2011.
Universitas Sumatera Utara
dengan pemalsuan merek pupuk, mengurangi kadar berat dan kualitas dari pupuk itu sendiri sehingga dapat merugikan pihak lain.
Terjadinya penipuan dalam hukum pidana merupakan suatu hubungan hukum yang senantiasa diawali atau didahului adanya hubungan kontraktual. Suatu
hubungan hukum yang diawali dengan kontraktual tidak selalu merupakan perbuatan wanprestasi akan tetapi dapat pula merupakan perbuatan tindak pidana penipuan
dalam Pasal 1378 KUH Pidana, berbunyi : “Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan
memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat maupun dengan karangan perkataan bohong, membuat hutang atau menghapuskan piutang
akan dihukum penjara selama-lamanya 4 empat tahun lamanya”.
82
Unsur kesengajaan merupakan “unsur subyektif”, yaitu dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum. Berkenaan
dengan kesengajaan dolusopzet atau kealpaan culpa, dari rumusan kesalahan sculd tersebut diatas merupakan kesalahan dalam bentuk kesengajaan
opzettelijkdolus, namun tidak dalam bentuk ketidaksengajaan culpa. Dalam Hukum Positif Indonesia, defenisi tentang kesengajaan belum ada
yang memberikan defenisi tentang kesengajaan. Defenisi kesengajaan yang tepat
dapat dijumpai dalam Wetboek Van Strafrecht 1809 yaitu :”kesengajaan adalah
82
Utrecht, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 1986, hal 256.
Universitas Sumatera Utara
kehendak untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh atau yang diharuskan undang-undang”.
83
Suatu perbuatan penipuan yang dilakukan pihak Distributor ataupun Pengecer yang dibahas sebelumnya dengan melakukan perbuatan atau keadaan palsu, tipu
muslihat atau kata bohong untuk menyerahkan sesuatu barang atau membuat hutang kepada pihak lain, akan menimbulkan adanya kerugian pada korban. Kerugian disini
adalah kerugian akibat perbuatan pelaku tindak pidana. Permasalahannya adalah dalam hukum pidana”materil” tidak dikenal istilah untuk menuntut ganti kerugian,
yang ada adalah menuntut secara pidana dengan tujuan efek jera karena terkait dengan adanya sanksi pidana. Sehingga hak korban yang dirugikan akibat pelaku
tindak pidana tidak dapat dilindungi. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan pemerintah yaitu bantuan aparat
penegak hukum yang merupakan salah satu petugas untuk mengawasi proses penyaluran pupuk dilapangan. Dengan adanya aparat penegak hukum seperti pihak
kepolisian dapat secara langsung mengawasi dan menyelidiki kasus yang terjadi berdasarkan adanya bukti dan fakta yang kuat apakah itu merupakan tindakan
kriminal yang mengarah pelanggaran hukum pidana atau tidak. Jika mengarah perbuatan pidana maka si pelaku akan langsung ditahan pihak kepolisian untuk
dimintakan keterangan yang sebenarnya berdasarkan fakta dan bukti yang ditemukan. Aparat penegak hukum berdasarkan persetujuan komisi pengawas penyaluran
pupuk KP3 atau Disperindag akan memintakan keterangan dari pihak Produsen dan
83
Ibid, hal 256.
Universitas Sumatera Utara
pihak Distributor jika Pengecer melakukan pelanggaran, dalam arti Produsen dan Distributor hanya dijadikan sebagai saksi di Pengadilan. Selama proses hukum
berjalan maka pihak yang berwenang yaitu pihak penerbit ijin usaha secara langsung mencabut ijin usaha perdagangannya, dan Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja secara
langsung akan mengambil tindakan schorsing sementara dengan pembekuan pemasokan pupuk sampai adanya keputusan final dari Pengadilan apakah sipelaku
benar-benar terlibat atau tidak. Jika sipelaku benar-benar terlibat maka akan langsung diadakan pemutusan kerjasama dari Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja tersebut.
Berdasarkan penelitian dilapangan terdapat adanya kasus-kasus pelanggaran, akibat tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya atau tidak memenuhi
kewajiban klausul dalam kontrak terjadi pada tahun 2010 adalah :
84
84
Hasil Wawancara Kepala Supervisor Departeman Pemasaran PT. Pupuk Sriwidjaja Pada tanggal 20 Maret 2011.
Universitas Sumatera Utara
TABEL II Kasus Pelanggaran-Pelanggaran Hukum Akibat Tidak Memenuhi Kewajiban
Klausula Dalam Kontrak NO BENTUK
PERSEN dan Jumlah
1 a.
Penyelewengan Pupuk tidak memasarkan pupuk urea PT.
Pupuk Sriwidjaja tidak sesuai dengan daerah peruntukannya.
b. Pemalsuan Merek Pupuk
Terdapat 80 sebanyak 70 ton pupuk dilakukan Distributor PT. Sempa Sejati
tertanggal 10 September tahun 2009.
Sebanyak 70 ton pupuk dilakukan Kios Pengecer Distributor PT. Sempa Sejati
2 Menjual diatas Harga Eceran
Tertinggi HET Terdapat 20 dilakukan oleh Distributor
PT. Meroke Tetap Jaya menjual pupuk melampaui Harga Eceran Tertinggi.
Sumber : Berdasarkan Keterangan Kepala Departemen Pemasaran PT. Pupuk Sriwidjaja Daerah Sumatera Utara Pada tahun 2010.
B. Pembatalan Perjanjian Kerjasama Antara PT. Pupuk Sriwidjaja Dengan
Distributor Pupuk
Selain Pemutusan kerjasama juga terdapat adanya Pembatalan Perjanjian Kerjasama antara PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor. Yang dimaksud
pembatalan kontrak pada dasarnya adalah suatu keadaan yang membawa akibat hubungan kontraktual itu dianggap tidak pernah terjadi. Oleh karena itu dengan
pembatalan kontrak maka menghapuskan fungsi kontrak itu sendiri. Berkenaan
Universitas Sumatera Utara
dengan pembatalan kontrak selalu dihubungkan tidak terpenuhinya syarat-syarat sah kontrak yaitu :
1. Tidak terpenuhinya unsur subyektif.
Manakala kontrak tersebut lahir akibat adanya cacat kehendak dan karena tidak adanya kecakapan melakukan perbuatan hukum sebagaimana dalam Pasal 1320
KUH Perdata ayat 1 dan 2, sehingga berakibat kontrak kerjasama tersebut dapat dibatalkan.
2. Tidak terpenuhinya unsur obyektif.
Manakala kontrak kerja tersebut lahir akibat tidak adanya syarat obyek tertentu atau tidak ada hunungan causa dan causanya tidak diperbolehkan Pasal 1320
Ayat 3 dan 4 jo. Pasal 1335, Pasal 1337 dan Pasal 1339 KUH Perdata, sehingga dapat berakibat kontrak tersebut batal demi hukum.
Dengan demikian akibat pembatalan kontrak adalah pengembalian pada posisi atau keadaan semula sebagaimana halnya keadaan sebelum penutupan kontrak
atau pengembalian pada posisi semula, sebagaimana halnya sebelum penutupan perjanjian terjadi. Misalnya salah satu pihak yang melakukan perjanjian tidak cakap
cacat kehendak melakukan perbuatan hukum. Untuk itu perlu dibedakan pemahaman antara hapusnya perikatan karena
pembatalan dan hapusnya perikatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1381 KUH Perdata misalnya hapusnya perikatan karena pembayaran atau pemenuhan
perikatan. Perbedaan disini adalah hapusnya perikatan karena pembatalan jelas
Universitas Sumatera Utara
menghapus eksistensi perikatan isi kontrak, sedangkan hapusnya perikatan karena pembayaran atau pemenuhan prestasi hanya menghapus hubungan perikatannya
sendiri namun eksistensi perikatannya tidak hapus. Hapusnya perikatan diakibatkan oleh berlakunya syarat batal terjadi jika
kontrak yang dibuat oleh para pihak adalah kontrak dengan syarat batal, dan apabila syarat itu terpenuhi maka kontrak tersebut dengan sendirinya batal, yang berarti
mengakibatkan hapusnya kontrak. Hal ini berbeda kontrak dengan syarat tangguh, maka kontraknya bukan batal melainkan tidak pernah terjadi.
85
Kadaluwarsa atau lewatnya batas waktu juga dapat mengakibatkan hapus atau berakhirnya kontrak para pihak yang melakukan perjanjian kerjasama. Hal ini diatur
dalam Buku IV Pasal 1967 KUH Perdata dan seterusnya. Dengan demikian kontrak kerja sama yang dilakukan oleh PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor sudah
melewati jangka waktu kontrak kerja yang ditetapkan di dalam Surat Perjanjian Jual Beli SPJB para pihak yang bersangkutan.
85
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 40
Universitas Sumatera Utara
BAB IV UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA AKIBAT TIDAK MEMENUHI
KEWAJIBAN KLAUSUL DALAM PERJANJIAN KERJASAMA PT. PUPUK SRIWIDJAJA DENGAN DISTRIBUTOR DAERAH SUMATERA UTARA
A. Metode Penyelesaian Sengketa
Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam suatu hubungan bisnis kontrak kerja sering sekali muncul perbedaan kepentingan atau pendapat para pihak pada saat
melakukan negosiasi perjanjian kerjasama, khususnya di dalam perjanjian kerjasama antara Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor pupuk yang mengakibatkan
timbulnya akibat hukum, karena belum terpenuhi kewajiban klausul dalam perjanjian sehingga menimbulkan adanya konflik atau perselisihan dalam perjanjian kerjasama.
Terjadinya sengketa atau perselisihan pihak muncul sebagai akibat adanya ketidaksepakatan, perbedaan, kompetisi yang tidak sehat, bahkan adanya paksaan dari
golongan yang lebih kuat dan mengakibatkan terjadinya kedudukan para pihak menjadi tidak seimbang. Sengketa ini muncul dikarenakan sebagai berikut :
1. Ketidakpahaman terhadap proses bisnis yang akan dilakukan. Kondisi ini muncul
ketika pelaku bisnis semata-mata terjebak pada orientasi keuntungan tanpa memperhatikan terjadinya resiko yang akan menimpanya.
2. Ketidakmampuan mengenali mitra bisnisnya, ada sementara pelaku bisnis sekedar
memperhatikan performa atau penampilan mitra bisnisnya tanpa mengetahui dan meneliti latar belakangnya.
100
Universitas Sumatera Utara
3. Tidak adanya legal cover yang melandasi proses bisnis mereka. Hal ini
menunjukkan rendahnya pemahaman dan apresiasi hukum setiap pelaku bisnis dalam melindungi aktifitas bisnis mereka.
4. Karena tidak adanya kedudukan yang seimbang antara para pihak dalam
mengadakan hubungan kontrak kerja artinya antara hak dan kewajiban para pihak tersebut tidak terjadinya penyesuaian kehendak.
Perselisihan atau sengketa terjadi karena salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban klausul dalam perjanjian, sehingga terjadinya perbuatan wanprestasi
ataupun perbuatan melanggar hukum dari pihak tersebut. Perbuatan wanprestasi terdapat 3 tiga macam bentuk yaitu :
86
1. Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi.
2. Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi.
3. Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi.
Selain terdapat 2 dua kemungkinan alasan mengapa tidak dipenuhi kewajiban itu oleh pihak yang berhutang debitur yaitu :
1. Karena kesalahan debitur, baik karena kesalahan maupun kelalaian.
2. Karena keadaan memaksa force majeure, jadi diluar kemampuan debitur tidak
sepenuhnya dapat dipersalahkan.
87
Selain perbuatan wanprestasi, terdapat juga perbuatan melanggar hukum. Hal ini dapat diketahui dan ditelaah dari perbuatan perdata maupun perbuatan pidana,
86
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1992, hal 20.
87
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan Tertentu, Sumur Bandung, 1995, hal 44.
Universitas Sumatera Utara
bahwa hubungan hukum antara Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor sangat erat kaitannya dengan masalah kerugian yang dapat merugikan pihak lain.
Apabila terjadi kerugian akibat tindakan secara melawan hukum maupun wanprestasi, maka dapat mempengaruhi hubungan kontraktual mengakibatkan tidak
terlaksana dengan baik. Perbuatan melanggar hukum adalah suatu perbuatan yang dilakukan dapat
menimbulkan kerugian bagi pihak lain sampai akhirnya adanya tuntutan atau gugatan ganti kerugian. Tuntutan ganti rugi menurut ketentuan Pasal 1365, 1366, dan 1367
KUH Perdata, merupakan perbuatan melanggar hukum adalah akibat kesalahan dan menimbulkan adanya kerugian bagi pihak lain.
Ganti rugi terhadap kerugian pihak yang dirugikan merupakan kewajiban pihak yang menyebabkan kerugian walaupun disebabkan oleh kelalaian
pekerjaannya. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1367 KUH Perdata bahwa “seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya sendiri tetapi juga untuk kerugian disebabkan oleh perbuatan orang- orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh orang-orang dibawah
pengawasannya”. Seperti halnya seorang majikan harus bertanggung jawab terhadap kerugian akibat tindakan bawahannya.
Dengan memperhatikan pelaksanaan perjanjian kerjasama Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor yang dibahas pada bab sebelumnya, dengan
menganut prinsip asas kebebasan berkontrak yang tertuang dalam Pasal 1338 KUH Perdata bahwa “perjanjian dibuat secara sah, dapat mengikat undang-undang bagi
Universitas Sumatera Utara
para pihak yang membuatnya”. Ketentuan ini menjelaskan dengan terpenuhinya syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata meliputi kata sepakat,
kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang diperbolehkan terletak pada “causa yang halal”. Selain itu dalam Pasal 1335 KUH Perdata menetapkan bahwa “tanpa
causa yang halal” tidak mempunyai kekuatan sehingga mendatangkan penyebab terjadinya kerugian dan timbulnya sengketa dalam perjanjian kerjasama tersebut.
Untuk mencapai suatu jalan keadilan jika terjadi perselisihan dikemudian hari, maka diperlukan upaya jalan penyelesaian sengketa secara bijaksana dan adil
sesuai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yaitu : “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Oleh karena itu bagi setiap pihak yang melakukan pelanggaran maka akan ditetapkan
sanksi hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ditemukan 2 dua metode cara penyelesaian yang ditempuh akibat terjadi
perselisihan para pihak, dapat dilihat dalam ketentuan Kontrak Kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor, termuat dalam Pasal 10 Surat Perjanjian Jual Beli
antara PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor yaitu :
1. Jalur Peradilan litigasi