E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik berdasarkan penelitian yang sudah ada sebelumnya, khususnya pada Sekolah Pasca
Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dan sejauh yang telah diketahui penulis bahwa belum ditemui adanya penelitian yang berkaitan dengan
judul tesis ini, yaitu Akibat Hukum atas Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara Produsen PT. PUSRI Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor Pupuk.
Berdasarkan kenyataan diperoleh keyakinan bahwa keaslian penelitian ini cukup diyakini keberadaannya, maka judul yang diajukan belum pernah diteliti dan
dibahas sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini adalah asli, dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Seiring dengan perkembangan masyarakat pada umumnya, peraturan hukum juga mengalami perkembangan. Kontinuitas perkembangan ilmu hukum selain
bergantung pada metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.
11
11
Soejono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1982, hal 6.
Universitas Sumatera Utara
“Teori” adalah untuk menerangkan dan menjelaskan suatu gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi.
12
Suatu teori harus harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.
13
Kerangka teori ini adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan dan
pegangan teoritis.
14
Sedangkan teori ini sendiri adalah serangkaian preposisi atau keterangan yang saling berhubungan dengan dan tersusun dalam sistem deduksi yang mengemukakan
suatu penjelasan atas segala gejala. Menurut Maria S.W. Sumardjono menyebutkan rumusan teori sebagai
berikut: Seperangkat preposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah
didefenisikan dan saling berhubungan antara variable sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variable
dengan variable lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antara variable tersebut.
15
Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang terjadi, karena penelitian ini merupakan
penelitian hukum normatif, kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum.
12
J.J.J M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Pada Jilid 1, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal. 203.
13
Ibid.
14
Soejono soekanto,Op.Cit, hal.10
15
Maria S.W. Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia, Yogyakarta, Tahun 1989, hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini berusaha untuk memahami perjanjian kerjasama antara produsen dengan distributor secara yuridis, artinya adalah memahami objek
penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum atau sebagai isi kaidah hukum sebagaimana yang ditentukan dalam yurisprudensi dan peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan masalah hukum perjanjian. Teori dipakai dalam penulisan tesis ini adalah teori keadilan berbasis hukum
perjanjian dan teori keseimbangan. Hal ini menyebutkan bahwa keadilan yang memadai harus dibentuk dengan pendekatan perjanjian. Dimana asas keadilan dipilih
bersama itu merupakan harus adanya kesepakatan bersama atau penyesuaian kehendak para pihak, secara bebas, rasional dan sederajat
16
. Melalui pendekatan perjanjian dari sebuah teori keadilan mampu untuk
menjamin pelaksanaan hak dan sekaligus mendistribusikan kewajiban secara adil bagi semua orang. Oleh karenanya suatu konsep keadilan yang baik haruslah bersifat
kontraktual agar sisi kepastian hukum dapat tercapai. Konsekuensinya setiap konsep keadilan yang tidak berbasis kontraktual haruslah dikesampingkan demi kepentingan
keadilan itu sendiri. Sedangkan pendekatan perjanjian dari sebuah teori keseimbangan dipakai
untuk mendukung prinsip dari keadilan itu sendiri, bertujuan untuk memperoleh adanya kepastian hukum para pihak yang berkedudukan setara atau seimbang dalam
melakukan perjanjian kerjasama agar dapat memenuhi prestasi yang menghendaki kedua belah pihak. Dalam hal ini pihak yang lebih kuat menuntut prestasi sedangkan
16
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit. Hal. 40
Universitas Sumatera Utara
pihak yang lemah diwajibkan untuk memenuhi prestasi dengan adanya itikad baik, sehingga asas keseimbangan dapat terwujud dan adil terhadap orang-orang yang
mencari keadilan, agar kedudukan para pihak menjadi sama dan dapat diperlakukan secara seimbang dan adil dihadapan hukum.
17
Sebelum membahas pengertian perjanjian pada umumnya, terlebih dahulu akan dibahas pengertian perikatan yang diatur dalam Buku III KUH Perdata.
Penggunaan kata perikatan sebagai terjemahan dari kata verbintenis belum terdapat kesepakatan diantara para ahli hukum.
Sebahagian pakar hukum ada yang menerjemahkan menjadi perutangan,
18
ada juga yang menerjemahkannya sebagai perjanjian.
19
Makna dari kata verbintenis berasal dari kata kerja verbinden yang artinya mengikat. Jadi verbintenis menunjuk
kepada adanya ikatan atau hubungan hukum. Istilah verbintenis lebih tepat digunakan perikatan dalam kamus hukum overeenkomst berasal dari kata kerja overeenkomen
yang artinya setuju atau sepakat. Jadi overeenkomst mengandung arti kata sepakat sesuai dengan asas
konsensualisme yang dianut oleh KUH Perdata dalam bidang hukum perjanjian. Oleh karena pengertian overeenkomst sesuai dengan asas kata sepakat, lebih tepat
diterjemahkan atau digunakan istilah persetujuan, adalah suatu perjanjian. Menurut Subekti, mengemukakan bahwa :
17
Satjipto Raharjdo, Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 1985, hal 87.
18
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata ‘Hukum Perutangan’ Bagian A B Seksi Hukum Perdata, Yogyakarta : F.H. UGM, 1980 hal. 10.
19
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni, 1986, hal.6
Universitas Sumatera Utara
“Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal, dikatakannya bahwa dua perkataan perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya”
20
Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada satu bentuk tertentu saja tetapi perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tulisan, andaikata perjanjian itu dibuat
secara tulisan maka ia bersifat sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan.
21
Selanjutnya menurut teori yang dikemukakan oleh Van Dunne, mengartikan tentang perjanjian yaitu suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kesepakatan untuk menimbulkan akibat hukum.
22
Teori tersebut tidak hanya melihat perjanjian semata-mata, tetapi juga harus dilihat perbuatan sebelumnya
atau yang mendahuluinya. Ada tiga tahap membuat perjanjian perlu diperhatikan yaitu :
1. Tahap pra contractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan.
2. Tahap contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara para
pihak yang mengadakan perjanjian. 3.
Tahap post contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian.
23
Setelah subjek hukum dalam perjanjian telah jelas, termasuk mengenai kewenangan hukum masing-masing pihak, maka pembuat perjanjian harus menguasai
materi asas dalam perjanjian yang akan dibuat oleh para pihak. Dua hal yang penting
20
R. Subekti , Aneka Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Cetakan Kesepuluh, 1995
21
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Bandung : Alumni, 1994 hal. 8
22
Lely Nirwan, Hukum Perjanjian, Dewan Kerjasama Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia Proyek Hukum Perdata, Yogyakarta 1987, hal 86.
23
Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Mataram, 2002, hal. 26.
Universitas Sumatera Utara
dalam perjanjian adalah masalah objek perjanjian dan hakikat daripada perjanjian serta syarat-syarat atau ketentuan yang telah disepakati.
Dalam membuat perjanjian antara para pihak pasti akan menimbulkan hubungan hukum yang kemudian disertai adanya akibat-akibat hukum, dan akibat
hukum tersebut akan memikul hak dan kewajiban serta tanggung jawab diantara keduanya. Pengertian dari tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan
24
. Berdasarakan rumusan perjanjian diatas, menurut R. Subekti dapat dijumpai
beberapa unsur dalam suatu perjanjian yaitu : 1.
Hubungan hukum perikatan. 2.
Subyek hukum. 3.
Isi hak dan kewajiban. 4.
Ruang lingkup lingkup hukum harta kekayaan.
25
Dengan demikian kontrak merupakan suatu peristiwa yang konkrit dan dapat dinikmati, baik itu kontrak yang dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis. Hal
ini berbeda dari kegiatan yang tidak konkret, tetapi abstrak atau tidak dapat dinikmati karena perikatan itu hanya merupakan akibat dari adanya kontrak kerjasama tersebut
yang menyebabkan orang atau para pihak terikat untuk memenuhi apa yang diperjanjikan.
24
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1999, hal. 1006.
25
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermassa, Jakarta, 1984, hal.84
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya kontrak kerjasama harus dibuat berdasarkan kesepakatan bersama sesuai dengan syara-syarat sah perjanjian didalam Pasal 1320 KUH Perdata
yaitu pemenuhan syarat subjektif dan syarat objektif, bertujuan untuk melaksanakan prestasi tidak bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku sebagaimana
ketentuan dalam Pasal 1337 KUH Perdata. Namun adakalanya “kedudukan” dari kedua belah pihak dalam bernegosiasi
tidak seimbang, yang pada akhirnya melahirkan suatu perjanjian yang tidak terlalu menguntungkan bagi salah satu pihak yaitu pihak yang tergolong lemah. Hal ini
terjadi dalam perjanjian kerjasama antara produsen pupuk dengan distributor yang didalamnya mengatur tugas dan tanggung jawab dalam penyaluran pupuk bersubsidi
daerah sumatera utara pada khususnya. Bentuk kerjasama ini terdapat adanya klausula dalam Pasal perihal tugas dan
tanggung jawab para pihak, menunjukkan adanya ketidakseimbangan artinya salah satu pihak yaitu distributor itu sendiri merasa diberatkan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa perjanjian yang dibuat Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja dengan distributor dapat digolongkan dalam jenis perjanjian baku.
Kontrak kerjasama ini mengatur bentuk-bentuk hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh pihak distributor dalam menyalurkan pupuk subsidi berjenis urea
untuk masyarakat khususnya rakyat tani. Kontrak kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor merupakan media untuk menuangkan maksud pihak-pihak dalam
berbagai hubungan hukum yang menyangkut berbagai aspek penjualan serta mekanisme penyaluran pupuk tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Salim HS mengatakan bahwa : “Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan dari bahasa inggris, yaitu standard contract”. Standar kontrak merupakan
perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir kontrak. Kontrak inilah telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak
ekonomi kuat terhadap pihak ekonomi lemah
26
. Mariam Darus Badrulzaman juga mengemukakan ciri-ciri perjanjian baku
adalah sebagai berikut : 1.
Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisinya ekonominya kuat. 2.
Masyarakat debitur sama sekali tidak ikut bersama-sama menentukan isi dalam perjanjian tersebut.
3. Terdorong oleh kebutuhannya debitur terpaksa menerima perjanjian itu.
4. Bentuk tertentu tertulis.
5. Dipersiapkan secara massal dan kolektif.
27
Dari uraian di atas jelaslah bahwa hakikat perjanjian baku merupakan perjanjian yang telah distandarisasi isinya oleh pihak ekonominya yang lebih kuat,
sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isi perjanjiannya. Apabila pihak distributor menerima isi perjanjian maka ia
menandatangani perjanjian kerjasama dengan produsen tersebut, tetapi apabila ia menolak maka perjanjian itu dianggap tidak pernah ada, karena distributor tidak
menandatangani perjanjian tersebut. Pada kenyataan yang sering terjadi pihak
26
Salim, Op.Cit, hal 40
27
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Adtya Bakti, Bandung, 2001, hal 1.
Universitas Sumatera Utara
distributor menerim isi perjanjian karena adanya dorongan atau paksaan untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga pihak distributor menerima adanya tawaran dari
pihak yang lebih kuat yaitu pihak produsen. Berdasarkan uraian diatas jelaslah unsur-unsur dalam perjanjian baku itu
yaitu: 1 diatur oleh kreditur atau ekomoni kuat, 2 dalam bentuk formulir tertulis, dan 3 adanya klausul-klausul eksonerasi atau pengecualian. Oleh karena itu agar
para pihak yang mengadakan perjanjian menjadi seimbang, perlu adanya penyesuaian kehendak para pihak, kepercayaan para satu sama lain, pernyataan para pihak karena
hal sangat mempunyai keterkaitan yang sangat penting untuk hubungan kontraktual. Perbuatan hukum yang mengikat antara pihak produsen dengan distributor
memakai dasar hukumnya terdapat dalam Buku III KUH Perdata yaitu pengaturan perikatan pada umumnya. Kontrak kerjasama yang dilakukan ini adalah berjenis
kontrak tidak bernama innominaat yang diatur diluar KUH Perdata, tetapi dapat dicari dasar hukumnya dari perbuatan perjanjian kerjasama ini dengan menafsirkan
asas kebebasan berkontrak. Hal mana hukum kontrak innominaat merupakan bagian dari hukum kontrak pada umumnya yang diatur dalam Buku III KUH Perdata.
Hukum kontrak innominaat merupakan hukum yang khusus karena adanya perjanjian kerjasama antara produsen dengan distributor, sedangkan pengaturan
kontrak merupakan ketentuan hukum yang umum. Dikatakan bersifat umum karena hukum kontrak mengkaji dua hal yaitu mengkaji kontrak yang dikenal dalam KUH
Perdata dan diluar KUH Perdata. Sedangkan hukum kontrak innominaat mengkaji
Universitas Sumatera Utara
kontrak-kontrak yang sering timbul dan berkembang dikalangan masyarakat, salah satunya karena adanya perjanjian kerjasama itu.
Sistem pengaturan kontrak innominaat juga sama dengan sistem pengaturan hukum kontrak yaitu open system, artinya bahwa setiap orang bebas untuk
mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur dalam undang-undang. Hal ini dapat ditegaskan dan disimpulkan dari ketentuan Pasal 1338
Ayat 1 KUH Perdata yang menyatakan : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
28
Ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata memberikan kebebasan kepada para pihak untuk :
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian.
2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya.
4. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis maupun lisan.
Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali kecuali dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena selain adanya alasan-alasan oleh undang-undang
dinyatakan cukup untuk itu. Adapun yang menjadi objek hukum perjanjian kerjasama ini berupa pupuk berjenis urea milik produksi PT. Pupuk Sriwidjaja bersubsidi dari
pemerintah bertujuan untuk menyalurkan pupuk program pemerintah kepada kelompok petani untuk kepentingan lahan pertanian, dimana proses penyalurannya
28
R.Subekti, dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramitha, Jakarta, 1996, hal. 342.
Universitas Sumatera Utara
melalui bantuan distributor berdasarkan syarat-syarat penunjukkan distributor yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, dengan syarat-
syarat memenuhi sebagai distributor resmi atau pelanggan tetap PT.Pupuk Sriwidjaja. Dalam kehidupan masyarakat sering terjadinya hubungan kontrak kerjasama,
sebagaimana dalam penelitian ini membahas kontrak kerjasama antara produsen pupuk dengan distributor, harus memperhatikan segala ketentuan yang berlaku dan
perlu dijaga segala prinsip umum dalam hukum kontrak tersebut. Dengan demikian hak dan kewajiban para pihak akan terlindungi.
29
Jika antara kepentingan hak dan kewajiban para pihak tidak dijalankan dengan ketidakseimbangan, maka akan
terjadinya suatu konflik atau perselisihan kepentingan para pihak tersebut, sehingga menimbulkan perbuatan wanprestasi atau perbuatan melanggar hukum.
Perbuatan wanprestasi atau ingkar janji, dapat diketahui menurut R. Setiawan mengemukakan 3 tiga macam bentuk wanprestasi sebagai berikut
30
: a.
Tidak memenuhi prestasi sama sekali. b.
Terlambat memenuhi prestasi. c.
Memenuhi prestasi secara tidak baik.
2. Konsepsi