57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Sebanyak 68,4 petani memiliki pengetahuan sedang, 70,2 sikap petani
kategori baik, dan sebanyak 52,3 petani mengaplikasikan pestisida kategori buruk.
2. Semua petani mengalami keluhan kesehatan dalam 1 bulan terakhir akibat
penggunaan pestisida. Keluhan kesehatan yang kadang-kadang dialami responden dalam 1 bulan terakhir adalah: sakit kepala 100, pusing 87,7, mual
75,4, muntah-muntah 7,0, mencret 82,5, badan lemah 94,7, gugup 5,3, dan gemetar 36,8.
6.2. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan melalui seluruh puskesmas di Kabupaten Samosir agar
memberikan informasi tentang penggunaan pestisida yang tepat secara rutin dan menyeluruh kepada masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan melalui kerja sama
dengan pihak gereja agar informasi tentang penggunaan pestisida yang tepat disampaikan setelah ibadah selesai.
2. Puskesmas Kabupaten Samosir agar memberikan penyuluhan tentang penggunaan
pestisida yang tepat pada saat masyarakat datang berobat ke Puskesmas. 3.
Untuk peneliti selanjutnya perlu meneliti aspek lain yang berkaitan dengan penggunaan pestisida melalui pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan kualitatif
Universitas Sumatera Utara
dapat memahami lebih mendalam tentang alasan masyarakat tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap pada saat melakukan penyemprotan pestisida.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pestisida
2.1.1. Pengertian Pestisida
Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti
hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman
yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan
Djojosumarto, 2008
. Menurut Permenkes RI, No.258MenkesPerIII1992 Semua zat kimiabahan
lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk membrantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil
pertanian, memberantas gulma, mengaturmerangsang pertumbuhan tanaman tidak termasuk pupuk, mematikan dan mencegah hama-hama liar pada hewanhewan
piaraan dan ternak, mencegahmemberantas hama-hama air, memberantasmencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat
angkutan, memberantas dan mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi
dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
7
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rhudy 2003, pembagian jenis pestisida dapat dapat dibagi berdasarkan tujuannnya, bahan aktifnya, dan cara kerjanya. Berdasarkan tujuannya,
pestisida dibagi menjadi beberapa jenis: a.
Insektisida : untuk serangga. b.
Fungisida : untuk cendawan fungus. c.
Herbisida : untuk tanaman pengganggu. d.
Bakterisida : untuk bakteri. Berdasarkan bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
a. Pestisida organik : pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yang
berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal : neem oil yang berasal dari pohon mimba.
b. Pestisida elemen : pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti:
sulfur. c.
Pestisida kimiasintetis : pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.
Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu : a.
Pestisida sistemik : adalah pestisida yang diserap dan dialirkan keseluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya.
Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah
tanaman dari serangan hama. Contoh : Neem oil. b.
Pestisida kontak langsung: adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan.
Universitas Sumatera Utara
Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini. Contoh : Sebagian besar pestisida kimia.
2.1.2 Pestisida Sintetis Kimia
Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu 2.500 SM yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di
Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-
15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami
yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang diekstrak dari akar tuba Derris eliptica Miller, 2002.
Pada tahun 1874 Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali mensintesis DDT Dichloro Diphenyl Trichloroethane, tetapi fungsinya sebagai insektisida baru
ditemukan oleh ahli kimia Swiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan penemuannya ini dia dianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau
Medicine pada tahun 1948 NobelPrize.org. Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas Daly et
al., 1998. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai “era pestisida” Murphy, 2005.
Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5 juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya
Miller, 2002. Dari seluruh pestisida yang diproduksi di seluruh dunia saat ini, 75 digunakan di negara-negara berkembang Miller, 2004. Reaksi terhadap bahaya
Universitas Sumatera Utara
penggunaan pestisida kimia terutama DDT mulai nampak setelah Rachel Carson menulis buku paling laris yang berjudul “Silent Spring” tentang pembengkakan
biologi biological magnification tahun 1962. Sehingga minimal ada 86 negara melarang penggunaan DDT, meskipun masih digunakan di beberapa negara
berkembang untuk memberantas nyamuk malaria Willson 1996. Menyadari besarnya bahaya penggunaan pestisida kimia, sehingga di
beberapa negara maju, penjualan dan penggunaan pestisida diatur oleh pemerintah. Sebagai contoh pada tahun 1972 di Amerika Serikat dibentuk Environmental
Protection Agency EPA yang bertanggung jawab atas regulasi pestisida Willson, 1996. Akan tetapi dalam implementasinya penggunaan pestisida sulit untuk
dikontrol, maka pada tahun 1979 Presiden Carter mendirikan Interagency Integrated Pest Management Coordinating Committe untuk memberi jaminan pengembangan
dan penerapan pengendalian hama terpadu PHT atau Integrated Pest Management IPM. PHT merupakan sistem yang mendukung dalam pengambilan keputusan untuk
memilih dan menggunakan taktik pengendalian hama, satu cara atau lebih yang dikoordinasi secara harmonis dalam satu strategi manajemen, dengan dasar analisa
biaya dan keuntungan yang berpatokan pada kepentingan produsen, masyarakat dan lingkungan Kogan, 1998.
2.1.3. Pestisida Nabati
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau
senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan- bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah
perilaku serangga Supriyatin dan Marwoto, 2000. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi
organisme pengganggu tidak berpengaruh terhadap fotisintesa, pertumbuhan atau aspek fisiologis tanama lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otog,
keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku berupa penolak, penarik, “anti makan” dan sistem pernafasan OPT Rhudy, 2003.
Menurut Rhudy 2003, secara evolusi tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia yang merupakan bahan metabolit sekunder dan digunakan oleh
tumbuhan sebagai alat pertahanan alami bioaktif. Lebih dari 2 400 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida, oleh
karena itu apabila tumbuhan tersebut dapat diolah menjadi bahan pestisida, maka masyarakat petani tersebut akan sangat terbantu dengan memanfaatkan sumberdaya
yang ada di sekitarnya. Ada 4 kelompok insektisida nabati yang telah lama dikenal yaitu :
a. Golongan nikotin dan alkaloid lainnya, bekerja sebagai insektisida kontak,
fumigan atau racun perut, terbatasnya pada serangga yang kecil dan bertubuh lunak.
b. Piretrin, berasal dari Chrysanthemum cinerarifolium, bekerja menyerang urat
syaraf pusat, dicampur dengan minyak wijen, talk atau tanah lempung digunakan untuk lalat, minyak, kecoa, hama gudang dan hama penyerang daun.
Universitas Sumatera Utara
c. Rotenone dan rotenoid, berasal dari tanaman Derris sp dan bengkuang
Pachyrrzus eroses aktif sebagai racun kontak dan racun perut untuk berbagai serangga hama, tapi bekerja sangat lambat.
d. Azadirachta indica, bekerja sebagai “antifeedant” dan selektif untuk serangga
pengisap sejenis wereng dan penggulung daun, baru terurai setelah satu minggu. Senyawa bioaktif ini dapat dimanfaatkan seperti layaknya sintetik,
perbedaannya bahan aktif pestisida nabati disintesa oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam campuran. Bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji,
kulit, batang dan sebagainya dapat digunakan dalam bentuk utuh, bubuk ataupun ekstrak air atau senyawa pelarut organik. Bila senyawa ekstrak ini akan digunakan
di alam, maka tidak boleh mengganggu kehidupan hewan lain yang bukan sasarannya Rhudy, 2003.
2.2. Menyimpan Pestisida