4. Pembuangan Sisa
Setelah melaksanakan aplikasi Pestisida, beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah :
a. Sisa campuran Pestisida atau larutan semprot tidak dibiarkan disimpan terus
di dalam tangki, karena lama-kelamaan akan menyebabkan tangki berkarat atau rusak. Sebaiknya sisa tersebut disemprotkan kembali pada tanaman
sampai habis. Tidak membuang sisa cairan semprot di sembarang tempat, karena akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
b. Cuci tangki yang telah kosong dan peralatan lainnya sebersih mungkin
sebelum disimpan. Simpan peralatan semprot yang telah dicuci terpisah dari dapur, tempat makanan, kamar mandi, dan kamar tidur serta jauhkan dari
jangkauan orang yang tidak berkepentingan terutama anak-anak. c.
Air bekas cucian tidak mencemari saluran air, kolam ikan, sumur, sumber air dan lingkungan perairan lainnya.
d. Memusnahkan membakar kantong wadah bekas Pestisida atau bekas
mencampur benih dengan Pestisida, atau dengan cara menguburnya ke dalam tanah di tempat yang aman.
2.4. Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia
Penggunaan pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan manusia. Setiap hari ribuan petani dan para pekerja di pertanian diracuni oleh pestisida dan setiap
tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus keracunan pestisida langsung, petani
Universitas Sumatera Utara
dan para pekerja di pertanian lainnya terpapar kontaminasi pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida Pan AP, 2001. Di samping itu
masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terpapar pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen melalui produk pertanian yang
menggunakan pertisida juga beresiko terkontaminasi pestisida. Menurut data WHO World Health Organization, penggunaan pestisida
semakin lama semakin tinggi, terutama di negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Latin. Tetapi, negara-negara berkembang ini hanya
menggunakan 25 dari total penggunaan pestisida di seluruh dunia. Yang mengejutkan adalah, walaupun negara-negara berkembang ini hanya menggunakan
25 saja dari pestisida di seluruh dunia world-wide, tetapi dalam hal kematian akibat pestisida, 99 dialami oleh negara-negara di wilayah tersebut. Mengapa?
Menurut WHO, hal ini disebabkan rendahnya tingkat edukasi petani-petani di negara- negara tersebut sehingga cara penggunaannya sangat tidak aman dan cenderung
“ngawur”. Penelitian terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa
dan kesehatan manusia sangat mencengangkan. WHO World Health Organization dan Program Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang bekerja pada
sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dan sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setiap tahunnya Miller, 2004. Di Cina
diperkirakan setiap tahunnya ada setengah juta orang keracunan pestisida dan 500 orang diantaranya meninggal Lawrence, 2007. Beberapa pestisida bersifat
karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian terbaru
Universitas Sumatera Utara
dalam Environmental Health Perspctive menemukan adanya kaitan kuat antara pencemaran DDT pada masa muda dengan menderita kanker payudara pada masa
tuanya Barbara and Mary, 2007. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health di Boston, menemukan bahwa resiko terkena penyakit
parkinson meningkat sampai 70 pada orang yang terekspose pestisida meski dalam konsentrasi sangat rendah Ascherio et al, 2006
Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.
Penggunaan pestisida pada petani dengan cara penyemprotan. Petani yang tidak dilengkapi alat pelindung diri pada saat menggunakan pestisida, besar kemungkinan
akan terpapar pestisida yang dapat memasuki tubuh baik melalui pernapasan maupun kontak dengan kulit. Selain kecerobohan pada saat penggunaan pestisida di bidang
pertanian, juga ketidaktahuan atau karena higiene perorangan masyarakat yang menggangap remeh dampak buruk terhadap kesehatan Achmadi, 1993
Dampak pestisida pada tubuh sebagai penghambat kerja enzim kolinesterase dengan cara menempel enzim tersebut. Sehingga asetilkolin tidak dapat dipecah
menjadi kolin dan asam asetat oleh enzim kolinesterase. Apabila terdapat pestisida organofosfat di dalam tubuh, kolinesterase akan mengikat pestisida organofosfat
tersebut, sehingga terjadi penumpukan substrat asetilkolin pada sel efektor. Keadaan ini dapat menyebabkan gangguan fungsi saraf Achmadi, 1993.
Menurut WHO 1996, penurunan aktivitas kolinesterase sebesar 30 dari normal sudah dinyatakan sebagai keracunan. Sedangkan Ames, et, al, 1999, di
negara bagian California menetapkan penurunan aktivitas kolinesterase dalam butir
Universitas Sumatera Utara
darah merah sebesar 30 dan plasma 40 sebagai keracunan. Penetapan keracunan yang dilakukan menurut ketentuan Direktorat Jenderal PPM PLP. Depkes. RI.
2001, menggunakan tintometer kit. Subyek dinyatakan keracunan jika mempunyai aktivitas kolinesterase
≤ 75, dengan kategori 75– 100 kategori normal; 50 – 75 kategori keracunan ringan; 25 – 50 kategori keracunan sedang; dan 0 –
25 kategori keracunan berat. Siswanto dalam Suwarni 1997, menyatakan pemaparan pestisida terhadap
petani dapat melalui kulit, sistem pernapasan maupun oral. Selanjutnya dijelaskan akibat pemaparan pestisida golongan organofosfat dan karbamat dapat menimbulkan
keracunan yang bersifat akut, efek sistemik biasanya timbul setelah 30 menit terpapar melalui inhalasi; 45 menit setelah tertelan ingested; 2 – 3 jam setelah kontak dengan
kulit. Gejala yang ditimbulkan dari keracunan pestisida Sudarmo, 2007 antara
lain: 1 golongan organoklorin, yaitu sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar dan kesadaran hilang. Mekanisme terjadi
keracunan yaitu pestisida mempengaruhi sistem saraf pusat dan cara kerjanya belum diketahui dengan jelas; 2 golongan organofosfat, yaitu timbulnya gerakan otot
tertentu, pupil atau mata menyempit menyebabkan penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa dan berair liur banyak, sakit kepala, pusing, keringat banyak, detak
jantung sangat cepat, mual, muntah-muntah, kejang perut, mencret, sukar bernafas, otot tidak dapat digerakkan atau lumpuh dan pingsan. Mekanisme terjadi keracunan
adalah pestisida berikatan dengan enzim dalam darah yang berfungsi mengatur kerjanya saraf, yaitu kolinesterase. Apabila kolinesterase terikat, maka enzim tidak
Universitas Sumatera Utara
dapat melaksanakan tugasnya dalam tubuh terutama meneruskan untuk mengirimkan perintah kepada otot-otot tertentu, sehingga otot-otot bergerak tanpa dapat
dikendalikan; dan 3 Golongan karbamat gejala dan tanda keracunan sama dengan golongan organofosfat. Mekanismenya juga sama yaitu menghambat enzim
kolinesterase tetapi berlangsung singkat, karena karbamat cepat terurai di dalam tubuh. Menurut Hallenbeck dan Cunningham 1995 bahwa gejala yang timbul akibat
paparan pestisida antara lain: mual, muntah, susah tidur, penurunan kadar kolinesterase darah, hipertensi, sakit kepala, otot-otot kejang, depresi pernapasan, dan
diare.
2.5. Gejala Keracunan Pestisida dan Perawatan 1. Golongan Organofosfat