tanpa klas. Sistem diktator proletariat yang dijalankan oleh Mao melalui pemerintahan seperti dengan melibatkan klas buruh dan kaum tani adalah bentuk
konkreat dari program perjuangan klas. Kediktatoran proletariat tidak kita temukan dalam PKC masa kepemimpinan Deng. Deng lebih memilih meletakan
kepemimpinan kepada kelompok borjuasi dengan tujuan untuk mendapatkan asupan dana untuk menyelamatkan Cina dari kondisi krisis.
3.3.4. Kebijakan Kebudayaan Cina
Didalam membangun kebudayaan proletariat, Mao beranggapan bahwa penting untuk belajar dari munculnya revisionis modern di Uni Soviet, Mao
menyadari bahwa di Cina juga ada bahaya restorasi kapitalisme. Kebijakan itu tidak datang dari musuh negara reaksi atau dari kubu imperialisme secara
langsung tapi mereka menyusup dalam tubuh kepemimpinan partai, pemerintahan, militer maupun budaya. Untuk itu Mao menjalankan revolusi besar kebudayaan
proletariat, pada dasarnya adalah sebuah revolusi politik besar yang dipimpin oleh klas proletariat melawan klas borjuasi dan semua klas penghisap lainnya dibawah
kondisi sosialisme. Program RBKP dilancarkan dibawah kondisi sosialisme dan kediktatoran
proletariat. Dalam RBKP rakyat diberikan kebebasan untuk melakukan 4 kebebasan besar yaitu kebebasan berbicara, mengemukakan pendapat sebebas-
bebasnya, mengadakan perdebatan besar, dan menulis poster dengan huruf besar. Program ini dikecam dan dianggap sebagai sebuah teror bagi negara kapitalisme
Universitas Sumatera Utara
dan dianggap sebagai kediktatoran yang kejam. Sebab melalui program RBKP kalangan borjuasi tidak dibiarkan berada dalam situasi yang bebas. Masyarakat
dibiarkan untuk memilih pemimpinnya. Dalam sistem masyarakat sosialis masih dimungkinkan untuk bangkitnya
kaum revisionisme yang membelokkan tujuan dari sosialisme, hal ini dikarenakan berbagai macam kontradiksi, ketimpangan dan ketidaksetaraan yang diwarisi dari
masyarakat lama yang tidak mungkin lenyap dalam beberapa tahun. Ketidak setaraan ini berupa ketidaksetaraan dalam mendapatkan gaji, kesempatan
pendidikan dan kesempatan kerja di kota dan dipedesaan. Hal ini yang menciptakan rasa tidak sepenanggungan, egois dan hak istimewa. Inilah sebuah
karakter klas borjuasi. Dalam periode pembangunan sosialis selain adanya klas, kontradiksi,
perjuangan klas, dan masih ada juga ketidaksesuaian antara basis ekonomi dengan bangunan atasnya pendidikan, politik, kebudayaan, ideologi dan lain sebagainya.
Masalah inilah perubahan dalam basis material ekonomi terjadi begitu cepat jika dibandingkan dengan perubahan dalam bangunan atas. Kondisi inilah yang
membangkitkan budaya lahir dan berkembangnya sebuah elit dari kalangan borjuasi baru di Cina.
Masyarakat Cina melihat dan merasakan tingkah laku birokrasi yang terpisah dari paham sosialis. Oleh karena itu Mao memobilisasi massa untuk
melawan kaum borjuasi baru. Dalam dokumen keputusan CCPKC tentang RBKP
Universitas Sumatera Utara
yang diambil pada bulan agustus 1966 jelas dinyatakan tujuan dari RBKP adalah berjuang melawan dan menggulingkan orang-orang yang berkuasa yang
mengambil jalan kapitalisme dan mengubah pendidikan, sastra dan seni dan semua bangunan atas yang tidak sesuai dengan dasar ekonomi sosialisme.
Sehingga memudahkan pengembangan sistem sosialisme.
80
Hasil dari kampanye dan gerakan pendidikan sosialis telah membawa Mao pada satu kesimpulan bahwa berbagai gerakan dan pemberhentian orang-orang
revisionis dari jabatannya tidak saja cukup untuk menjamin diteruskannya revolusi dan pembangunan sosialisme. Alhasil dari RBKP ini adalah jutaan massa
dimobilisasi secara besar-besaran untuk meningkatkan kesadaran melalui belajar Marxisme dan Lenninisme serta pikiran Mao Zedong serta menempa diri dalam
perjuangan melawan revisionis yang bersayap dalam partai. Dengan tegas tujuan dari RBKP adalah berjuang melawan dan
menggulingkan orang-orang yang berkuasa yang mengambil jalan kapitalis, mengkritik para kaum intelektual borjuasi. Kemudian untuk memperteguh
pandangan masyarakat Mao mengajak masyarakat untuk mengubah pendidikan, sastra, seni dan semua bangunan atas yang tidak sesuai dengan dasar ekonomi
sosialis. Sebelum RBKP sebenaranya telah banyak kampanye perlawanan melawan orang-orang borjuasi misalnya gerakan anti kanan dan gerakan
pendidikan sosialis yang dilakukan oleh pemerintahan dan partai yang sudah dikuasai oleh deng Xiaoping.
80
Op.Cit. Tatiana Lukman. Hal. 133
Universitas Sumatera Utara
Gerakan RBKP ini tentu mendapat banyak pertentangan dari kubu Deng Xiaoping yang beranggapan bahwa gerakan masyarakat yang bergelora untuk
merebut kekuasaan revisionis dianggap sebagai gerakan anarkis. Memang dalam sejarah partai komunis belum pernah terjadi gerakan massa mengobrak abrik dan
menghancurkan aparat dan lembaga negara. Dari kalangan petinggi partai tingkat nasional, direktur dan manager pabrik, sampai kepada para akademisi yang
berhaluan revisionis semua menjadi sasaran kritik. Keadaan ini menarik perhatian dari media kaum imperialisme serta media
yang dikuasai oleh borjuasi. Media-media ini menunjukan dan membuktikan bahwa sosialisme adalah sistem yang merampas hak demokrasi rakyat. Orang
yang dulu pengagum sosialisme kini merosot menjadi pengagum demokrasi liberal. Revolusi besar kebudayaan proletariat sebenarnya sudah membuktikan
dengan jelas bagaimana kedudukan kaum imperialisme dan kaum borjuasi. Kediktatoran proletariat sama sekali bukan hambatan untuk adanya demokrasi
bagi klas buruh, kaum tani dan klas pekerja lainnya. Anggapan dari kaum revisionis yang menganggap RBKP adalah cerminan
dari gaya kepemimpinan diktator Mao. Sebab bagi kalangan revisionis Mao telah membuat kekeliruan dalam meyelesaikan kontradiksi dalam partai. Sebab bagi
Deng dan pengikutnya bahwa klas borjuasi sudah selesai dibasmi pada tahun 1949 sehingga tidak mungkin perjuangan klas belum selesai. Tentu saja ini adalah
skema untuk mengaburkan kontradiksi klas dalam sistem masyarakat Cina. Namun yang menjadi catatan tambahan bahwa RBKP bukan melahirkan
Universitas Sumatera Utara
kontradiksi antara masyarakat. Tetapi cara menyelesaikan kontradiksi rakyat dengan orang yang berkuasa yang mengambil jalan kapitalisme. Yang diperangi
Mao adalah ide dan gagasan dari kalangan revisionis. Berakhirnya masa Mao berakhir jugalah RBKP, dan menjadi tonggak awal
reformasi kebudayaan ala Deng. Setelah Mao wafat pada September 1976 pemerintahan sementara diambil alih oleh Hua Guofeng dan akhirnya Deng
kembali untuk melakukan transformasi ekonomi melalui jalur kapitalisme. Untuk menciptakan kondisi masyarakat yang mampu mendukung reformasi Deng
melakukan reformasi kebudayaan yang dikenal dengan Liberalisasi Pikiran. Masyarakat Cina yang kokoh mempertahankan kebudayaan, terutama pengaruh
sosialisme. Reformasi ini dimaksudkan untuk menyesuaikan sisi pengaruh sosialisme dan budaya yang diaanggap Deng kurang semangat dalam membangun
Cina. Disatu sisi liberalisasi pikiran menentang konsep perekonomian sosialis
yang dianggap gagal dalam membangun Cina. Pengendalian badan-badan usaha oleh pemerintahan serta konsep sama rasa sama rata yang sejalan dengan konsep
laba dan bisnis. Disisi lain liberalisasi pikiran telah mendorong masyarakat Cina untuk berkompetisi dan tentu ini bertentangan dengan ajaran sosialisme yang
mengajarakan kebersamaan.
Universitas Sumatera Utara
NO PERBEDAAN SISTEM EKONOMI POLITIK SOSIALIS DAN
KAPITALISME DI CINA
KEBIJAKAN KEPEMIMPINAN
MAO ZEDONG DENG XIAOPING
1 Pembangunan
Politik Negara Pembangunan politik berasas
kediktatoran proletariat untuk pembangunan sosialisme.
Pembangunan politik berasaskan pada
kediktatoran borjuasi untuk membangun kapitalisme
2 Kebijakan
Ekonomi Politik Kebijakan lompatan jauh ke
depan dengan tujuan pelaksanaan Land Reform dan
pembangunan industri nasional Kebijakan reformasi
ekonomi. Membuka peluang investasi dan pinjaman luar
negeri untuk pembangunan 3
Kediktatoran Klas Masyarakat
Klas proletariat mendiktatori klas borjuasi
Klas borjuasi mendiktatori
klas proletariat
4 Kebijakan
Kebudayaan Menjalankan revolusi besar
kebudayaan proletariat untuk menghapuskan watak
revisionis modern yang berkembang di kalangan
pemimpin partai Menjalankan reformasi
budaya melalui program liberalisasi pikiran yang
tujuannya merestorasi budaya kapitalisme
Universitas Sumatera Utara
3.4. Faktor-Faktor Mempengaruhi Peralihan Sistem Ekonomi Politik Cina Dari Sosialisme-Kapitalisme