Kebijakan Ekonomi Politik Mao Zedong

Peralihan sistem ekonomi politik di Cina ini juga ditandai dengan perubahan penguasaan alat produksi dari kepemilikan individu menjadi kepemilikan kelompok. Pasca berhasilnya Partai Komunis Cina menjalankan revolusi sosial, Cina berubah menjadi negara poros sosialis di daratan benua Asia. Segala bentuk sistem feodal hingga sistem kapitalisme yang eksis di Cina pada masa itu, perlahan mulai dihapuskan melalui kediktatoran proletariat. Peralihan Cina menjadi negara dengan ekonomi kapitalisme dikaranakan adanya reformasi yang dijalankan oleh Deng pada masa itu. Peralihan ini terlihat dari kebijakan yang dilahirkan oleh dua pemimpin ini. Menggunakan perspektif perbandingan penulis akan menjelaskan tentang faktor apa yang mempengaruhi peralihan ini.

3.1. Kebijakan Ekonomi Politik Mao Zedong

Pada dasarnya untuk memahami poin penting dari kebijakan ekonomi politik Mao Zedong harus menggunakan paradigma teori ekonomi politik Marx. Marx menceritakan dalilnya tentang sistem ekonomi politik sosialis berlandaskan kepada teori nilai lebih, teori akumulasi kapital, teori kosentrasi kapital dan teori pemiskinan yang semua pada substansinya adalah kelas kapitalis sebagai yang berpunya hidup dan berkembang dari eksploitasi kelas proletar. Hubungan kontradiksi yang tak terdamaikan antara klas borjuasi dan klas proletariat di dasari atas penghisapan nilai lebih yang dilakukan oleh klas borjuasi. Nilai lebih ini merupakan bentuk moneter dari bagian produksi pekerja yang dia Universitas Sumatera Utara serahkan pada pemilik alat produksi tanpa menerima apapun sebagai gantinya. 67 Pembeli tenaga kerja membelinya, mengosumsinya dengan menjual untuk bekerja. Proses bekerja dalam masyarakat kapitalis ada dua kekhasan yakni; pertama pekerja bekerja di bawah kontrol kapitalis, kedua produk menjadi milik kapitalis, karena proses kerja itu hanyalah suatu proses diantara dua halbarang dibeli kapitalis, yaitu tenaga kerja dan alat produksi. 68 Akan tetapi sistem kapitalis tidak menginginkan nilai pakai diproduksi demi untuk nilai pakai itu sendiri, tetapi hanya tempat penyimpanan niali tukar dan teristimewa nilai lebih. Kapitalis membeli tenaga kerja dari pekerja, dan sebagai tukar dari upah tersebut, kapitalis mengambil seluruh produksi dari pekerja tersebut, semua nilai yang baru dihasilkan yang telah dimasukkan ke dalam nilai produksi tersebut. 69 Mao memusatkan perhatian pada kaum buruh-tani sebagai kekuatan revolusioner yang utama, yang, menurutnya kekuatan utama ekonomi berada di Paradigma berpikir seperti inilah yang diadopsi oleh Mao Zedong dalam menjalankan sistem pemerintahan baik secara politik ataupun ekonomi di Cina. Perbedaannya hanya pada pada kondisi struktural masyarakatnya. Pada praktek revolusioner Marx maupun Lenin kekuatan utama terletak pada masyarakat proletariat di perkotaan. Dimana kaum proletar perkotaan dianggap sebagai sumber utama revolusi, dan daerah pedesaan pada umumnya diabaikan. 67 Ernest Mandel. Tesis Tesis Pokok Marxisme. Resist Book, Yogyakarta 2006. Hal 149 68 Ibid. Hal 150 69 Ibid. Hal 150 Universitas Sumatera Utara pedesaan. Mengingat jumlah mayoritas penduduk Cina pada masa itu berkedudukan di desa. Kaum tani dapat dipimpin oleh kaum proletar dan pengawalnya bagi kekuatan politik PKC. Secara ekonomi pasca revolusi Cina, kedudukan klas proletariat dan kaum tani memegang peran krusial dalam menjalankan roda perekonomian. Sebagai salah satu contoh kebijakan Land Reform atau biasa disebut dengan reforma agraria Cina, sejatinya adalah program pendistribusian tanah kepada kaum tani. Sebelumnya banyak tanah di Cina dikuasai oleh para tuan tanah, sedangkan masyarakat dipekerjakan sebagai buruh tani untuk bekerja kepada tuan tanah. Bagi Mao, penguasaan alat produksi harus dikuasai secara kolektif melalui alat klas yaitu negara. Sistem ini yang menunjukan Mao menjalankan sistem ekonomi sosialis hasil buah pemikiran Marx. Dibidang ekonomi makro, Mao menjalankan kebijakan pembangunan industri nasional yang bertujuan untuk membangun kekuatan infrastruktur Cina. Semuanya dibawah intervensi negara, tanpa menggunakan investor. Bagi Mao investasi adalah implementasi dari sistem kapitalis yang bertujuan untuk remonopoli ekonomi Cina. Mao menjadikan pembangunan pedesaan keseluruhan sebagai prioritasnya. Mao merasa bahwa strategi ini masuk akal di masa tahap- tahap awal sosialisme di sebuah negara di mana kebanyakan rakyatnya adalah buruh-tani. 70 70 Maoisme atau Pemikiran Mao Zedong http:id.wikipedia.orgwikiMaoisme Universitas Sumatera Utara Bagi Mao untuk memperkuat kekuatan politik dan ekonomi haruslah bertalian erat dengan perjuangan rakyat dunia untuk memperbesar pengaruh paham sosialis di negara lain. Pada masa Perang Dingin, pengaruh itu jauh lebih besar lagi. Partai Komunis Indonesia PKI, partai terbesar ketiga di dunia saat itu, bahkan membangun aliansi dengan Partai Komunis Cina PKC dalam bentuk poros Jakarta-Peking. 71 Pada Desember 1957, Mao mendeklarasikan program andalan pembangunan ekonomi yang disebut “The Great Leap Forward” atau “Lompatan Jauh Ke Depan.” Tujuan dari program ini adalah untuk mendirikan industri Cina yang maju dan mengimbangi kekuatan ekonomi negara kapitalis. Dalam programnya Mao mengutamakan pembangunan industri baja dalam waktu satu tahun dari 5,36 juta ton menjadi 10,7 juta ton. Secara teoritik, pengaruh Mao diduga memengaruhi analisa ekonomi-politik PKI tentang struktur masyarakat Indonesia, yang menyimpulkan masyarakat Indonesia adalah “setengah feodal, setengah jajahan.” 72 71 Coen Husain Pontoh.Mao Zedong dan Korban 70 juta Jiwa. http:indoprogress.blogspot.com201012mao-zedong-dan-korban-75-juta-jiwa.htm 72 Ibid Dalam aspek pembangunan pertanian, Mao menciptakan tehnologi ganda dalam mempercepat pembangunan industri canggih dan modren. Kegiatan pertanian dilakukan secara bersama-sama secara serentak, pertanian persorang dilarang, penduduk ditempatkan dalam kelompok-kelompok besar beranggotakan ribuan orang. Tujuannya untuk mengkolektifkan hasil pertanian dan mendistribuskan hasilnya secara merata kepada anggota komunal. Universitas Sumatera Utara Demografer Judith Banister, salah satu pendukung tesis “The Great Death Toll ” mengatakan, dilihat dari segi tingkat harapan hidup pada tahun 1973-1975, maka posisi Cina lebih baik dari negara-negara Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, dan banyak negara Amerika Latin. Pada tahun 1981, Banister bersama S. Preston, menulis tentang “Hasil Luar Biasa” yang dicapai pemerintah Cina berkaitan dengan pengurangan tingkat kematian, dengan tingkat harapan hidup diperkirakan mencapai 1,5 per tahun per kalender sejak negara komunis itu memerintah pada 1949. Tingkat angka harapan hidup meningkat dari 35 pada 1949 menjadi 65 pada 1970, saat dimana Mao masih berkuasa hingga ajal menjemputnya. 73 Dalam aspek politik Mao mengagas tentang pemerintahan sepertiga yang berisikan golongan proletariat, golongan petani dan golongan borjuasi kecil klas pemodal yang memiliki modal terbatas. Tujuan dari menarik klas borjuasi kecil dalam pemerintahan adalah untuk menjalankan pembangunan nasional yang berorientasi pada pembangunan Cina. Sebab pada tahapan awal pembangunan Setelah program Lompatan Jauh ke Depan usai, pemerintah Mao menerbitkan laporan yang menyebutkan bahwa tragedi itu disebabkan oleh 70 persen akibat bencana alam dan 30 persen akibat kesalahan manusia. Tetapi, setelah rejim Deng Xiaoping berkuasa, komposisi itu dibalik: 70 persen akibat kesalahan manusia dan 30 persen akibat bencana alam. Dan 70 persen itu bebannya ditanggung oleh Mao Zedong. 73 Op.cit. Coen Husain Pontoh Universitas Sumatera Utara Mao beranggapan butuh menggaet kekuatan modal namun sifatnya tunduk pada kekuasaan Partai Komunis Cina. Bagi Mao, pekerjaan politik haruslah bertalian erat dengan pekerjaan pekerjaan ekonomi, demikian halnya saat sistem sosial ekonomi mengalami perubahan yang fundamental, maka seluruh aspek pekerjaan politik harus bersinergis dengan sistem sosialis Cina. 74 Selain itu kekuataan militer juga harus terlibat dalam pekerjaan politik partai yang diperlukan saat melaksanakan perang rakyat. Yang tujuannya untuk menggalang kekuatan tentara merah, menggalang kekuatan tentara sahabat, menggalang persatuan rakyat, mencerai-beraikan tentara musuh dan menjamin kemenangan dalam pertempuran. 75 Salah satu pandangan Deng Xiaoping dalam menjalankan roda pemerintahan adalah melalui reformasi dan keterbukaan. Deng memimpin mulai Bagi Mao Zedong dan Partai Komunis Cina, revolusi sosialis adalah revolusi agraria dan pembangunan industri nasional yang sejatinya adalah pembebasan Cina dari sistem kapitalisme. Perjuangan Mao dan seluruh rakyat Cina pada masa revolusi telah membawa Cina kepada sistem ekonomi politik sosialis. Menegasikan sistem feodal pasca kepemimpinan Dinasti Qing dan menghancurkan sistem kapitalisme di era Chiang Kai Shek.

3.2. Kebijakan Ekonomi Politik Deng Xiaoping