3.3.2.2.Larutan standar besi Fe 10 mgL
Sebanyak 10 mL larutan induk unsur besi 100 mgL dimasukkan dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda dan
dihomogenkan.
3.3.2.3.Larutan standar Besi Fe 1,0 mgL
Sebanyak 10 mL larutan standar unsur Besi 10 mgL dimasukkan dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda dan
dihomogenkan.
3.3.2.4.Larutan seri standar Besi Fe 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mgL
Sebanyak 5, 10, 15, 20, 25 mL larutan standar unsur Besi 1,0 mgL dimasukkan dalam labu takar 25 mL lalu di encerkan dengan aquades sampai
garis tanda dan dihomogenkan
3.3.2.5.Kurva standar Besi Fe
Di ukur absorbansi larutan blanko aquades dengan menggunkan Spektrofotometri Serapan Atom pada
λ
spesifik
248,3 nm. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar unsur besi 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1,0 mgL.
3.3.3. Pembuatan Larutan Standar unsur Zinkum Zn SNI 06- 6989.72004
3.3.3.1. Larutan standar Zinkum Zn 100 mgL
Sebanyak 10 mL larutan induk unsur Zinkum 1000 mgL dimasukkan dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda dan
dihomogenkan.
3.3.3.2. Larutan standar Zinkum Zn 10 mgL
Sebanyak 10 mL larutan induk unsur Zinkum 100 mgL dimasukkan dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda dan
dihomogenkan.
Universitas Sumatera Utara
3.3.3.3. Larutan standar Zinkum Zn 1,0 mgL
Sebanyak 10 mL larutan standar unsur Zinkum 10 mgL dimasukkan dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda dan
dihomogenkan.
3.3.3.4.Larutan seri standar Zinkum Zn 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mgL
Sebanyak 5, 10, 15, 20, 25 mL larutan standar unsur Zinkum 1,0 mgL dimasukkan dalam labu takar 25 mL lalu di encerkan dengan aquades sampai
garis tanda dan dihomogenkan
3.3.3.5. Kurva standar Zinkum Zn
Di ukur absorbansi larutan blanko aquades dengan menggunkan Spektrofotometri Serapan Atom pada
λ
spesifik
213,9 nm. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar unsur Zinkum 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1,0
mgL.
3.3.4. Penentuan Kadar Gliserin USP 32
-
Di kalibrasi dahulu pH meter yang akan di pakai dengan range slop yang di dapat antara 99 - 101
-
Di timbang sampel refined gliserin dengan teliti sekitar ±0,4 g . pada beaker glass 600 mL
-
Ditambahkan dengan 50 mL aquades
-
Ditambahkan indikator BTB 5 tetes
-
Asamkan dengan menggunakan larutan asam sulfat 0.2 N sampai warna kuning kehijauan, atau pH ±2,5
-
Dinetralkan dengan menggunakan larutan NaOH 0.1 N untuk menjadikan titik akhir berwarna biru pH 8.1 ±0.1
-
Buat juga blanko yang berisi 50 mL aquades dan dinetralkan dengan cara yang sama
Universitas Sumatera Utara
-
Di tambahkan 50 mL larutan NaIO
4
, di aduk dengan perlahan, ditutup dengan plastik, dan di simpan selama 30 menit pada temperatur kamar
tidak lebih dari 35
o
C dalam ruangan gelap.
-
Setelah 30 menit ditambahkan 10 mL etilen glikol, dan simpan kembali selama 20 menit
-
Setelah 20 menit di encerkan masing-masing larutan dengan aquades sampai batas 300 mL
-
Titrasi dengan NaOH 0.1 N, menggunakan pH meter untuk menentukan titik akhir sampai pH 8.1 ±0,1 untuk sampel dan pH 6.5 ±0,1 untuk
blanko
-
Hitung persen gliserin
Vs = Volume larutan natrium hidroksida yang dibutuhkan untuk mentitrasi sampel
Vb = Volume larutan natrium hidroksida yang dibutuhkan untuk mentitrasi blanko
N = Normalitas larutan Natrium hidroksida W = Berat sampel dalam gram
3.3.5. Penentuan logam dalam gliserin SNI 01-2896-1998