Parameter Simulasi Perbandingan Kinerja Algoritma Suboptimal Handover

39 Simulasi sistem dilakukan dengan menggunakan bantuan software MATLAB versi 7.13.0.564 R2011b. Simulasi dimulai dengan membangkitkan daya sinyal yang dipancarkan dikurang dengan path loss dan shadow fading. Sesudah itu daya sinyal diperhalus dengan metode windowing untuk mengurangi banyaknya riak dari sinyal. Karena bilangan yang dibangkitkan merupakan bilangan acak maka simulasi dilakukan sebanyak 300 kali. Kemudian daya sinyal yang diterima oleh MS akan dimasukkan ke dalam algoritma suboptimal handover yang terdiri dari SDH, DH, dan DHSD. Setiap kali simulasi akan dihitung parameter jumlah handover, laju link degradation dan lamanya delay kemudian rata-ratanya akan diambil sebagai hasil akhir.

4.3 Parameter Simulasi

Parameter yang digunakan dalam sistem dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Parameter simulasi sistem D = 2000 m Jarak diantara dua BS yang bersebelahan µ i = 105 dBm Daya transmisi BS η i =40 dBm Eksponen rugi rugi lintasan σ i =5 dB Standar deviasi shadow fading v =5 ms Kecepatan MS =30 Korelasi jarak t s =0.5s Waktu pencuplikan M=20 Panjang window untuk estimasi 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 40 4.4 Hasil Simulasi 4.4.1 Kinerja Algoritma Suboptimal Signal Degradation Handover SDH Pada simulasi algoritma Suboptimal SDH ini akan diamati tiga kinerja yaitu banyaknya jumlah handover yang terjadi, besarnya link degradation dan lamanya delay. Parameter yang divariasikan dari algoritma ini adalah nilai cost sedangkan nilai dan tetap. Dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 grafik perubahan nilai cost berpengaruh terhadap link degradation dan lamanya delay. Gambar 4.4 Grafik link degradation terhadap perubahan nilai cost pada algoritma Suboptimal SDH Pada Gambar 4.4 diperlihatkan semakin besar nilai cost maka link degradation juga semakin bertambah besar. Setelah nilai cost melewati 0,1 maka nilai link degradation meningkat yang berarti pada algoritma SDH nilai cost harus di bawah 0,1 agar kinerja link degradation tetap bagus. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 41 Gambar 4.5 Grafik jarak delay terhadap perubahan nilai cost pada algoritma Suboptimal SDH Pada Gambar 4.5 diperlihatkan semakin besar nilai cost maka delay juga semakin bertambah besar. Setelah nilai cost melewati 0,1 maka nilai delay meningkat yang berarti pada algoritma SDH nilai cost harus di bawah 0,1 agar kinerja delay tetap bagus. Pada Tabel 4.2 diperlihatkan secara rinci setiap nilai dari perubahan cost terhadap jumlah handover, besarnya link degradation dan jarak delay. Tabel 4.2 Pengaruh perubahan nilai cost pada algoritma Suboptimal Signal Degradation Handover SDH Cost Link Degradation Delay meter Jumlah Handover 0,0015 0,5703 489 1 0,0025 0,5703 489 1 0,0045 0,5705 490 1 0,0065 0,5707 491 1 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 42 0,0080 0,5707 491 1 0,015 0,5709 492 1 0,025 0,5712 493 1 0,045 0,5724 499 1 0,065 0,5726 500 1 0,080 0,5729 501 1 0,15 0,5838 568 1 0,25 0,5838 568 1 0,45 0,5841 569 1 0,65 0,5841 569 1 0,80 0,5843 570 1 Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa semakin besar nilai cost maka link degradation dan lamanya delay akan semakin besar pula sedangkan handover hanya terjadi sekali saja karena selain itu sinyal masih dapat melayani MS dengan baik.

4.4.2 Kinerja Algoritma Suboptimal Delay Handoff DH

Pada simulasi algoritma Suboptimal DH ini akan diamati tiga kinerja yaitu banyaknya jumlah handover yang terjadi, besarnya link degradation dan lamanya delay. Parameter yang divariasikan dari algoritma ini adalah nilai cost sedangkan nilai dan tetap. Dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 grafik perubahan nilai cost berpengaruh terhadap link degradation dan lamanya delay. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 43 Gambar 4.6 Grafik link degradation terhadap perubahan nilai cost pada algoritma Suboptimal DH Pada Gambar 4.6 diperlihatkan semakin besar nilai cost maka link degradation juga semakin bertambah besar. Gambar 4.7 Grafik jarak delay terhadap perubahan nilai cost pada algoritma Suboptimal DH Pada Tabel 4.3 diperlihatkan secara rinci setiap nilai dari perubahan cost terhadap jumlah handover, besarnya link degradation dan lamanya delay. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 44 Tabel 4.3 Pengaruh perubahan nilai cost pada algoritma Suboptimal Delay Handover DH Cost Link Degradation Delay meter Jumlah Handover 0,0015 0,5511 4 1 0,0025 0,5511 5 1 0,0045 0,5511 8 1 0,0065 0,5511 10 1 0,0080 0,5511 13 1 0,015 0,5511 22 1 0,025 0,5511 36 1 0,045 0,5513 64 1 0,065 0,5514 91 1 0,080 0,5514 112 1 0,15 0,5518 207 1 0,25 0,5552 338 1 0,45 0,5866 577 1 0,65 0,6592 781 1 0,80 0,7250 914 1 Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa semakin besar nilai cost maka link degradation dan lamanya delay akan semakin besar pula sedangkan handover hanya terjadi sekali saja karena sinyal masih dapat melayani MS dengan baik. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 45

4.4.3 Kinerja Algoritma Suboptimal Delay Handoff Signal Degradation DHSD

Pada simulasi algoritma Suboptimal DHSD ini akan diamati tiga kinerja yaitu banyaknya jumlah handover yang terjadi, besarnya link degradation dan lamanya delay. Parameter yang divariasikan dari algoritma ini adalah nilai cost-1 sedangkan nilai dan tetap. Dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9 grafik perubahan nilai cost berpengaruh terhadap link degradation dan lamanya delay. Gambar 4.8 Grafik link degradation terhadap perubahan nilai cost-1 pada algoritma Suboptimal DH Pada Gambar 4.8 dapat dilihat pada nilai cost diatas 0,3 nilai link degradation meningkat dengan drastis. Nilai link degradation diharapkan lebih rendah karena itu nilai cost pada algoritma DH harus diminimalkan. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 46 Gambar 4.9 Grafik jarak delay terhadap perubahan nilai cost-1 pada algoritma Suboptimal DHSD Pada Gambar 4.9 nilai cost diatas 0,4 cenderung statis di nilai 600 meter dan semakin kecil nilai cost maka delay juga menurun. Pada Tabel 4.4 diperlihatkan secara rinci setiap nilai dari perubahan cost terhadap jumlah handover, besarnya link degradation dan lamanya delay. Tabel 4.4 Pengaruh perubahan nilai cost-1 pada algoritma Suboptimal Delay Handover Signal Degradation DHSD Cost Link Degradation Delay meter Jumlah Handover 0,0015 0,5511 4 1 0,0025 0,5511 5 1 0,0045 0,5511 8 1 0,0065 0,5511 10 1 0,0080 0,5511 13 1 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 47 0,015 0,5511 22 1 0,025 0,5511 36 1 0,045 0,5513 64 1 0,065 0,5514 91 1 0,080 0,5514 112 1 0,15 0.5518 207 1 0,25 0.5552 338 1 0,45 0.5836 567 1 0,65 0.5843 570 1 0,80 0.6128 674 1 Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa semakin besar nilai cost maka link degradation dan lamanya delay akan semakin besar pula sedangkan handover hanya terjadi sekali saja karena sinyal masih dapat melayani MS dengan baik.

4.5 Perbandingan Kinerja Algoritma Suboptimal Handover

Dari simulasi yang telah dilakukan akan dibuat perbandingan kinerja antara ketiga algoritma tersebut. Untuk mencari algoritma terbaik dapat dilihat nilai link degradation dan nilai delay yang terendah dari ketiganya. Kemudian satu per satu nilai dari algoritma dibandingkan dan dapat dilihat ratio yang terbaik. Pada Gambar 4.10 dapat dilihat perbandingan besarnya link degradation dari ketiga algoritma dan pada Gambar 4.11 diperlihatkan perbandingan besarnya delay. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 48 Gambar 4.10 Perbandingan ketiga algoritma suboptimal berdasarkan nilai link degradation Gambar 4.11 Perbandingan ketiga algoritma suboptimal berdasarkan nilai link degradation 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 49 Pada Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa nilai link degradation yang paling rendah dan merupakan yang terbaik dihasilkan oleh algoritma DHSD yang merupakan gabungan dari kedua algoritma lainnya. Sedangkan algoritma DH memiliki nilai link degradation yang terbesar dan sesuai dengan teori bahwa algoritma DH rentan terhadap kualitas sinyal yang buruk. Pada Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa algoritma DHSD masih merupakan algoritma terbaik dengan nilai delay yang sangat rendah dibandingkan kedua algoritma lainnya. Sementara itu algoritma SDH memperoleh delay paling besar karena sesuai dengan teori bahwa algoritma SDH rentan terhadap delay yang lama. Pada Tabel 4.5 dan 4.6 diperlihatkan rasio perbandingan algoritma SDH dengan algoritma DHSD berdasarkan nilai link degradation dan nilai delay. Tabel 4.5 Rasio perbandingan algoritma suboptimal SDH dengan DHSD berdasarkan link degradation Cost Link Degradation SDH Link Degradation DHSD Ratio perbandingan 0,0015 0,5703 0,5511 3,486 0,0025 0,5703 0,5511 3,486 0,0045 0,5705 0,5511 3,522 0,0065 0,5707 0,5511 3,558 0,0080 0,5707 0,5511 3,558 0,015 0,5709 0,5511 3,595 0,025 0,5712 0,5511 3,633 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 50 0,045 0,5724 0,5513 3,833 0,065 0,5726 0,5514 3,848 0,080 0,5729 0,5514 3,887 0,15 0,5838 0,5518 5,815 0,25 0,5838 0,5552 5,152 0,45 0,5841 0,5836 0,08 0,65 0,5841 0,5843 -0,04 0,80 0,5843 0,6128 -4,64 Dari Tabel 4.5 mengenai perbandingan link degradation dapat dilihat bahwa pada nilai cost yang lebih kecil algoritma DHSD memiliki rasio lebih besar daripada algoritma SDH. Hanya pada nilai cost 0,8 dan 0,65 algoritma SDH memperoleh link degradation lebih rendah daripada algoritma DHSD. Secara keseluruhan nilai cost algorima DHSD memiliki performa lebih bagus. Tabel 4.6 Rasio perbandingan algoritma suboptimal SDH dengan DHSD berdasarkan delay Cost Delay SDH meter Delay DHSD meter Ratio perbandingan 0,0015 489 4 12125 0,0025 489 5 9680 0,0045 490 8 6025 0,0065 491 10 4810 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 51 0,0080 491 13 3676,92 0,015 492 22 2136,36 0,025 493 36 1269,44 0,045 499 64 679,688 0,065 500 91 449,451 0,080 501 112 347,321 0,15 568 207 174,396 0,25 568 338 68,0473 0,45 569 567 0,35273 0,65 569 570 -0,1754 0,80 570 674 -15,43 Dari Tabel 4.6 dilihat bahwa algoritma DHSD memiliki rasio lebih besar daripada algoritma SDH. Pada Tabel 4.7 dan 4.8 diperlihatkan perbandingan algoritma DH dengan DHSD berdasarkan nilai link degradation dan nilai delay. Tabel 4.7 Rasio perbandingan algoritma suboptimal DH dengan DHSD berdasarkan link degradation Cost Link Degradation DH Link Degradation DHSD Ratio perbandingan 0,0015 0,5511 0,5511 0,0025 0,5511 0,5511 0,0045 0,5511 0,5511 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 52 0,0065 0,5511 0,5511 0,0080 0,5511 0,5511 0,015 0,5511 0,5511 0,025 0,5511 0,5511 0,045 0,5513 0,5513 0,065 0,5514 0,5514 0,080 0,5514 0,5514 0,15 0,5518 0.5518 0,25 0,5552 0.5552 0,45 0,5866 0.5836 0,5051 0,65 0,6592 0.5843 12,803 0,80 0,7250 0.6128 18,310 Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa meskipun pada nilai cost yang rendah hasil yang diperoleh kedua algoritma hampir sama tapi pada cost yang lebih tinggi algoritma DHSD memiliki rasio lebih besar daripada algoritma DH. Tabel 4.8 Rasio perbandingan algoritma suboptimal DH dengan DHSD berdasarkan delay Cost Delay DH meter Delay DHSD meter Ratio perbandingan 0,0015 4 4 0,0025 5 5 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 53 0,0045 8 8 0,0065 10 10 0,0080 13 13 0,015 22 22 0,025 36 36 0,045 64 64 0,065 91 91 0,080 112 112 0,15 207 207 0,25 338 338 0,45 577 567 1,7635 0,65 781 570 37,017 0,80 914 674 35,608 Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa meskipun pada nilai cost yang rendah hasil yang diperoleh kedua algoritma hampir sama tapi pada cost yang lebih tinggi algoritma DHSD memiliki rasio lebih besar daripada algoritma DH dengan nilai delay yang tidak terlalu besar.

4.6 Perbandingan BTS dalam melayani mobile