89
Berdasarkan data curah hujan pada Tabel 4.12 serta data-data berikut yang diperoleh dari pengelola, dimana:
Luas aliran F=A
= 275,1 km
2
Panjang sungai
= 31,1 km
Kemiringan rata-rata sungai i = 0,01
Maka perhitungan debit banjir dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Metode Rasional
Persamaan yang digunakan untuk analisa metode Rasional ini sesuai Persamaan 2.7, dimana debit banjir metode Rasional adalah:
Q
T
= 0,278 x C x I x A Dengan koefisien pengaliran C = 0,20
Kecepatan aliran dapat diketahui berdasarkan Persamaan 2.10
0.6 0,6
W=V=7,2x ΔHL = 72 x i
= 72 ,
.
= 6,803 kmjam Waktu kumpul hujan pada DAS dihitung berdasarkan Persamaan 2.9
L T =
V 31,47
= 6,803
= 4, 63 jam Kelebatan hujan dalam waktu kumpul hujan pada DAS diselesaikan berdasarkan
Persamaan 2.8
Universitas Sumatera Utara
90
23 23
R 24
I = x
24 T
R 24
= x
24 4, 63
= 0,125R
Sehingga dengan data-data yang sudah diperoleh dalam perhitungan variabel yang diperlukan untuk menentukan debit banjir metode Rasional, maka debit banjir adalah
Q
T
= 0,278 x C x I x A = 0,278 x 0,20 x 0,125R x 218,3
= 1,515 R m
3
dtk Nilai R yang berarti besarnya curah hujan yang terjadi diperoleh dari curah hujan
metode Log Pearson dan metode Gumbel. Hasil perhitungan setelah memasukkan nilai curah hujan dapat ditampilkan pada Tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9 Hubungan debit banjir metode Rasional dengan analisa curah hujan
T R
Log Pearson
R Gumbel
Qt Qt
2 76,91
79,56009 116,5187
120,5335 5
99,54 115,409
150,8031 174,844
10 119,95
139,1711 181,7243
210,8442 25
152,756 169,1665
231,4253 256,2872
50 182,81
191,4416 276,9572
290,034 100
218,776 213,5268
331,4456 323,4931
Universitas Sumatera Utara
91
b. Metode Haspers
Persamaan yang digunakan untuk analisa debit banjir metode Hasper mempergunakan Persamaan 2.11
Q
n
= ∝ x x q x F
koefisien pengaliran α dapat dihitung dengan Persamaan 2.12
∝ ,
xF
.
, x F
.
, x
,
.
, x
,
.
= 0,357 Durasi hujan yang berlangsung di lokasi tersebut didasari Persamaan 2.16
t = 0,1 x L
.
x i
,
= 0,1 x ,
.
x ,
,
= 5,136 jam Sehingga nilai koefisien reduksi dapat diperoleh berdasarkan Persamaan 2.13
t , x
.
t x
F
.
, , x
. ,
, x
,
.
, = 0,628
Dengan nilai curah hujan adalah Rt
.
dengan persyaratan 2 t 19 jam.
Universitas Sumatera Utara
92
Rt ,
X R ,
= 0,837 R Maka debit aliran run off sesuai Persamaan 2.14 dapat ditentukan
q
. ,
. , = 0,045 R
Maka debit banjir berdasarkan metode Hasper adalah sebagai berikut: Q =
∝ x x q x F = 0,357 x 0,628 x 0,045 R x 218,3
= 2,202R m
3
dtk Nilai R yang berarti besarnya curah hujan yang terjadi diperoleh dari curah hujan
metode Log Pearson dan metode Gumbel. Hasil perhitungan setelah memasukkan nilai curah hujan dapat ditampilkan pada Tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10 Hubungan debit banjir metode Hasper dengan analisa curah hujan
T R
Log Pearson
R Gumbel
Qt Qt
2 76,91
79,56009 169,3558
175,1913 5
99,54 115,409
219,1871 254,1306
Universitas Sumatera Utara
93
10 119,95
139,1711 264,129
306,4548 25
152,756 169,1665
336,368 372,5046
50 182,81
191,4416 402,5476
421,5544 100
218,776 213,5268
481,7448 470,186
Hasil di atas merupakan hasil perhitungan dengan data curah hujan asumsi jika dipergunakan rumus dengan menganggap data curah hujan tidak ada, hanya dengan
mempergunakan variabel luasan DAS dan panjang sungai maka dipergunakan rumus Dredge and Burge Soedibyo,1993
23
A Q=19,50
L
3 23
218,3 Q=19,50
=485,03m det 26, 00
Maka berdasarkan perhitungan tersebut nilai dengan dua variabel tersebut dekat nilai debit banjir rencananya dengan metode Hasper-Log Pearson, sehingga penulis
memilih mempergunakan debit banjir Dredge and Burge dengan alasan nilainya lebih maksimal. Sehingga untuk perhitungan selanjutnya digunakan Q= 485 m
3
det.
4.2 Pemilihan Bentuk