2.1.5. Reputasi Auditor
Reputasi auditor sering dinilai dari kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring yang secara
umum tidak dapat diamati dan auditor yang memiliki reputasi baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar
reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien. Teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran KAP dengan
reputasi auditor Lennox, 2000. Dopuch dan Simunich 1980 dan Deangelo 1981 dalam Schwartz 1996 beragumentasi bahwa ukuran
audit berhubungan positif dengan reputasi auditor. Kantor akuntan publik KAP sebagai salah satu variabel
kontrol yang mempengaruhi keputusan opini audit going concern, didasarkan atas pemikiran logis bahwa auditor independen sebagai
sumber daya manusia dan subyek yang memiliki peran penting dalam mengevaluasi dan membuat keputusan opini audit going concern
Geiger dan Raghunandan, 2002. IAI dalam Buku Direktori Ikatan Akuntan Indonesia 2001-
2002, membedakan KAP yang beroperasi di wilayah Indonesia menjadi dua;yaitu 1 bekerjasama dengan kantor akuntan asing, dan 2
tidak bekerjasama dengan kantor akuntan asing. Dalam penelitian sebelumnya Setyarno 2006 mengklasifikasikan kantor akuntan
publik menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang berafiliasiasi dengan KAP yang Big Four dan KAP yang tidak berafiliasiasi dengan
Universitas Sumatera Utara
KAP yang Big Four. Umumnya KAP The big four memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non-big four karena
auditor yang bekerja pada KAP big four akan lebih memperlihatkan independensi dibandingkan auditor yang berafiliasi pada KAP non big
four .
2.1.6. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan Kasmir,2008:196.
Rasio profitabilitas
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya Syafri, 2008:304.
Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang
tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
Rasio profitabilitas sebenarnya ada beberapa seperti Gross profit margin
GPM, Net profit margin NPM, Return on asset ROA, Return on equity ROE, Earning per share EPS dan Payout
ratio PR tetapi peneliti dalam penelitian ini membatasi rasio yang
digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan adalah rasio ROA Return On Asset. Menurut Sofyan 2008:305 Return on
asset ROA adalah rasio yang diperoleh dengan membagi laba rugi
Universitas Sumatera Utara
bersih dengan total aktiva. R asio ini menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan.
Peneliti hanya menggunakan rasio ROA karena dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan efisien
dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas
profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pandapatan.
ROA = Net Income
Total Assets 2.1.7.
Solvabilitas
Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang
Kasmir, 2008:151. Rasio Solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini berhubungan dengan keputusan
pendanaan dimana perusahaan lebih memilih pembiayaan hutang dibandingkan modal sendiri.
Rasio solvabilitas yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kondisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi
rasio solvabilitas, semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai
Universitas Sumatera Utara
kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern.
Rasio solvabilitas juga terdiri dari beberapa rasio seperti Debt to Asset Ratio
DAR, Debt to Equity Ratio DER, Equity Multiplier EM, Interest coverage IC. Dalam penelitian ini, peneliti
membatasi penggunaan rasio solvabilitas yang digunakan yaitu dengan menggunakan debt to equity ratio DER. Menurut Kasmir
2008, “Debt to equity ratio merupakan rasio menilai utang dengan ekuitas”.
Alasan penggunan rasio ini oleh peneliti karena dengan
menggunakan rasio DER, kita dapat mengukur sampai seberapa besar jumlah rupiah modal sendiri yang dijaminkan atas utang. Semakin
besar rasio ini akan semakin menguntungkan perusahaan, sedangkan bagi pihak bank akan mengakibatkan semakin besar risiko yang
ditanggungnya. Rumusnya sebagai berikut:
DER = Long Term Debt
Stocholder’s Equity 2.1.8.
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya dapat dibagi
menjadi 2 yaitu auditee dengan opini audit going concern going concern audit opinion
GCAO dan tanpa opini going concern non going concern audit opinion
NGCAO. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern,
Universitas Sumatera Utara
maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun berikutnya.
Mutchler 1985 menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini
audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun
sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 dibanding model yang lain.
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya ditemukan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini going concern jika
opini tahun sebelumnya adalah opini going concern. Sehingga dapat disimpulkan bahwa opini tahun sebelumnya berpengaruh positif
terhadap pengungkapan opini going concern.
2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu