oleh pemerintah Riau Expo, stand dan pameran-pameran lainnya.
4.3. Analisis Nilai Tambah
Dalam analisis nilai tambah pada agroindustri minuman rosella
digunakan data per bulan, dimana tiap bulan proses produksi dilakukan
sebanyak 4 kali, dan Dengan analisis nilai tambah ini diharapkan diperoleh
informasi mengenai perkiraan nilai tambah, imbalan tenaga kerja, imbalan
bagi modal dan manajemen dari setiap kg rosella yang diolah menjadi
minuman rosella. Pada proses produksi minuman
rosella diperlukan input agroindustri baik dari bahan baku dan bahan
penunjang, serta tenaga kerja yang melakukan kegiatan produksi itu
sendiri. Peralatan diperlukan untuk mentransformasikan input agroindustri
ini menjadi output agroindustri. Besarnya nilai tambah karena proses
pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya
terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja.
Perhitungan nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Minuman Rosella
No Output, Input, Harga
Formula Nilai Angka
1 Hasil produksi botolbulan
A 400
2 Bahan baku kgbulan
B 6
3 Tenaga kerja HOK
C 2
4 Faktor konversi 1 2
AB = M 66,66
5 Koefisien tenaga kerja 3 2
CB = N 0,33
6 Harga produk Rp botol
D 10.000
7 Upah rerata Rp HOK
E 50.000
Pendapatan
8 Harga bahan baku Rp kg
F 50.000
9 Sumbangan input lain Rp kg
G 130.000
10 Nilai produk 4x6 Rp kg
M X D = K 666.600
11 a. Nilai tambah 10-8-9 Rp kg
K – F – G = L 480.000
b. Rasio nilai tambah 11.a 10 L K = H
72.09 12
a. Imbalan tenaga kerja 5x7 Rp botol N X E = P
16.500 b. Bagian tenaga kerja 12.a. 11.a.
P L = Q 3.4
13 a. Keuntungan 11.a. – 12.a
L – P = R 464.100
b. Tingkat keuntungan 13.a 11.a R L = 0
96,56
Balas Jasa Untuk Faktor Produksi
14 Margin Rp botol
K – F = S 616.600
Pendapatan tenaga kerja langsung 12a 14 100
P S 100 = T 2,67
Sumbangan input lain 9 14 x 100 G S 100 = U
21,08 Keuntungan perusahaan 13a 14 100
R S 100 = V 75,26
Dari data Tabel 6 terlihat bahwa dengan menggunakan bahan baku
rosella kering sebanyak 6 kg dapat dihasilkan minuman rosella sebanyak
400 botol. Usaha ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 2 HOK. Apabila
harga produk output sebesar Rp 10.000botol dan faktor konversi
sebesar sebesar 66,66 maka nilai produk sebesar Rp 480.000, nilai
produksi ini dialokasikan untuk bahan baku yang berupa rosella kering sebesar
Rp 50.000 per kilogram dan input-input agroindustri lainnya sebesar Rp.
130.000. Dari analisis nilai tambah yang
telah dilakukan diatas, maka dapat diperoleh beberapa informasi yang
dapat berguna bagi peneliti, pengusaha dan pihak-pihak yang ada kaitannya
dengan usaha agroindustri rosella. Pertama, nilai tambah output
agroindustri dipengaruhi oleh kemampuan pengolah menjual output
agroindustri harga output per unit, ketersediaan bahan baku harga bahan
baku dan struktur pasar input agroindustri harga input lainnya.
harga satu jenis output agroindustri yang sama antar pengolah bersifat
heterogen. Hal ini disebabkan karena perbedaan usia usaha, kualitas produk,
serta variasi harga bahan baku dan harga input lainnya. Variasi komposisi bahan
baku dalam menciptakan output agroindustri ini dicerminkan oleh faktor
konversi pada masing-masing pengolah agroindustri.
Kedua, pendapatan tenaga kerja dalam analisis nilai tambah ini
dipengaruhi koefisien tenaga kerja dan upah tenaga kerja. Koefisien tenaga
kerja ini menyatakan perbandingan antara input tenaga kerja dengan bahan
baku rosella yang digunakan. Dalam penelitian ini dianalisis penggunaan
tenaga kerja secara penghitungan Hari Orang Kerja HOK.
Ketiga, keuntungan diperoleh produsen dari setiap bahan baku per
kilogram rosella sama dengan nilai tambah dikurangi dengan imbalan
tenaga kerja.
4.4. Analisis SWOT