Patofisiologi Kandidiasis Vulvovaginalis pada Ibu Hamil Diagnosis Kandidiasis Vulvovaginalis

2.1.3. Faktor Risiko Kandidiasis Vulvovaginalis

Beberapa faktor yang merupakan predisposisi atau faktor risiko, khususnya yang berkaitan dengan dua hal, yaitu meningkatnya karbohidrat, termasuk peningkatan dan penurunan pH. Hal ini erat hubungannya dengan : a. Kehamilan b. Obesitas c. Lingkungan yang hangat dan lembab d. Pakaian atau pakaian dalam yang ketat e. Pemakaian oral kontrasepsi f. Pemasangan IUD Intra Uterine Device g. Pemakaian antibiotika spektrum luas h. Menderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol i. Pemakaian obat yang mengandung kortikosteroid j. Pemakaian pencuci vagina k. Penyakit infeksi dan keganasan yang menekan daya tahan tubuh Pudjiati, Soedarmadi. 2009 Kandida vulvovaginalis rekuren KVVR didefinisikan sebagai infeksi yang mengalami kekambuhan 4 kali atau lebih dalam setahun Akah, Nnamani, et al,. 2010. Perubahan hormonal seperti kehamilan dapat memicu kekambuhan KVV. Penggunaan larutan pembersih organ kewanitaan atau douching juga dapat menyebabkan KVVR. Diduga mekanismenya melalui reaksi hipersensitivitas yang mengakibatkan meningkatnya kerentanan terhadap kandida. Faktor lain penyebab KVVR adalah kontak seksual yang terlalu sering. Diduga hal ini disebabkan karena abrasi vagina dan alergi terhadap semen pria Pudjiati dan Soedarmadi, 2009.

2.1.4. Patofisiologi Kandidiasis Vulvovaginalis pada Ibu Hamil

Mekanisme terjadinya KVV terutama pada kehamilan berlangsung sangat kompleks. Selama kehamilan, terjadi peningkatan kedua hormon yaitu progesteron dan estrogen. Progesteron memiliki efek supresi terhadap anti- Universitas Sumatera Utara kandida pada aktivitas neutrofil. Sedangkan estrogen bekerja mengurangi kemampuan sel epitel vagina untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans dan juga menurunkan immunoglobin pada sekret vagina. Kondisi ini mendukung terjadinya kolonisasi dari kandida tersebut. Sehingga meningkatkan kerentanan pada ibu hamil mengalami KVV Aslam, Hafeez, et al., 2008. Selain itu, KVV umumnya terjadi karena perubahan pH dan kandungan gula pada sekret vagina. Peningkatan hormon estrogen selama kehamilan menyebabkan produksi glikogen lebih banyak pada vagina. Hal ini memiliki efek langsung pada sel ragi dikarenakan pertumbuhannya yang cepat dan mudah lengket pada dinding vagina Parveen, Munir, et al., 2008.

2.1.5. Diagnosis Kandidiasis Vulvovaginalis

Diagnosis cepat dan tepat dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan didukung pemeriksaan mikroskopik langsung, bila perlu dilakukan biakan kultur. Berikut ini beberapa pemeriksaan untuk mendeteksi KVV : • Pemeriksaan klinis Pada gambaran klinis, keluhan khas dari KVV adalah gataliritasi vulva dan duh tubuh vaginalkeputihan Vulva bisa terlihat tenang, tetapi bisa juga kemerahan, udem dengan fisura, dan dijumpai erosi dan ulserasi. Kelainan lain yang khas adalah adanya pseudomembran, berupa plak-plak putih seperti sariawan thrush, terdiri dari miselia yang kusut matted mycelia, leukosit dan sel epitel yang melekat pada dinding vagina. Pada vagina juga dijumpai kemerahan, sering tertutup pseudomembran putih keju. Jika pseudomembran diambil akan tampak mukosa yang erosif. Cairan vagina biasanya mukoid atau cair dengan butir-butir atau “gumpalan keju” cottage cheese. Namun, duh tubuh biasanya amat sedikit dan cair, vagina dapat tampak normal. Pada pemeriksaan kolposkopi, terdapat dilatasi atau meningkatnya pembuluh darah pada dinding vagina atau serviks sebagai tanda peradangan Daili, Makes, et al., 2009. Universitas Sumatera Utara • Pemeriksaan laboratorium Menurut Daili 2009, pemeriksaan mikroskopik dapat dipakai sebagai standar emas gold standard untuk membuktikan adanya bentuk ragi dari kandida. Terutama sensitivitasnya pada penderita simtomatik sama dengan biakan. Di bawah ini terdapat beberapa metode pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk memeriksa ada tidaknya kandida 1. Pemeriksaan mikroskopik : pulasan dari pseudomembran atau cairan vagina dijadikan sampel lalu dilakukan pewarnaan Gram atau KOH 10 kemudian di letakkan di bawah mikroskop cahaya. Candida albicans akan terlihat dimorfik dengan ragi sel-sel tunas berbentuk lonjong dan hifa. Serta dalam bentuk yang invasif kandida tumbuh sebagi filamen, miselia, atau pseudohifa Schorge, Schaeffer, et al., 2008. Gambar 2.1. Yeast Pseudohyphae Sumber : Steece, 2011 2. Kultur : sampel dibiakkan pada agar Sabouraud’s dextrose atau agar Nutrient. Piring agar diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24-72 jam Yousif, Hussien. 2010. Biakan jamur kultur dari sekret vagina dilakukan untuk konfirmasi terhadap hasil pemeriksaan mikroskopik yang negatif false negative yang sering ditemukan pada KVV kronis dan untuk mengindentifikasi spesies non-Candida albicans . Kultur mempunyai nilai sensitivitas yang tinggi sampai 90, tetapi hasil Universitas Sumatera Utara postif kultur saja tidak dapat dijadikan indikasi seseorang menderita KVV jika tidak ditemukan simtom pada vagina karena 10-15 wanita normal dijumpai kolonisasi pada vaginanya Daili, Makes, et al., 2009. Hal ini didukung oleh Schorge 2008, kultur secara rutin tidak direkomendasikan kecuali pada wanita yang telah terinfeksi kandida sebelumnya serta gagal dalam pemberian pengobatan empiris.

2.1.6 Efek Kandidiasis Vulvovaginalis pada Ibu Hamil