Faktor Risiko Vaginosis Bakterial Patofisiologi Vaginosis Bakterial pada Ibu Hamil Diagnosis Vaginosis Bakterial

bersama-sama dengan organisme lain yang dihubungkan dengan VB. Mobiluncus Sp . hampir tidak pernah ditemukan pada wanita normal, 85 wanita dengan VB mengandung organisme ini. • Mycoplasma hominis Berbagai peniliti menyimpulkan bahwa Mycoplasma hominis juga harus dipertimbangkan sebagai agen etiologi untuk VB, bersama-sama dengan Gardnella vaginalis dan bakteri anaerob. Mikroorganisme ini terdapat dengan konsentrasi 10-100 kali lebih besar pada wanita dengan VB daripada wanita normal Adam, Zainuddin, et al., 2009.

2.2.3. Faktor Risiko Vaginosis Bakterial

Penyebab VB belum diketahui dengan pasti. Menurut Schorge 2008, ada beberapa predisposisi atau faktor resiko yang berhubungan dengan VB adalah sebagai berikut a. Oral seks b. Pemakaian pencuci vagina c. Kehamilan d. Merokok e. Berhubungan seksual pada saat menstruasi f. Pemasangan IUD Intra Uterine Device g. Berhubungan seksual pada usia dini h. Bergonta-ganti partner seksual i. Aktivitas seksual dengan wanita lain Sedangkan menurut distribusi data karakteristik terdapat faktor risiko terjadinya VB pada ibu hamil yaitu usia, usia kehamilan, kehamilan, riwayat keputihan, dan tingkat pendidikan Nelson dan Macones, 2006.

2.2.4. Patofisiologi Vaginosis Bakterial pada Ibu Hamil

Pada kehamilan normal, cairan vagina bersifat asam pH 4-5, karena adanya peningkatan kolonisasi Lactobacillus flora normal vagina yang memproduksi asam laktat. Keadaan asam yang berlebih ini membuat Lactobacillus tumbuh Universitas Sumatera Utara subur, sehingga mencegah terjadinya pertumbuhan berlebihan bakteri patogen. Lactobacillus diketahui sebagai mikroorganisme yang mempertahankan homeostasis vagina dengan menghasilkan asam laktat dan memproduksi H 2 O 2 yang akan menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme lainnya, sehingga menurunkan risiko persalinan preterm. Keadaan ini tidak selalu dapat dipertahankan. Apabila jumlah bakteri Lactobacillus menurun, maka keasaman cairan vagina berkurang dan mengakibatkan bertambahnya bakteri lain, seperti antara lain Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, dan Bacteroides sp. Adanya perubahan flora vagina menyebabkan terjadinya VB Muliawan dan Suryawidjaja, 2011.

2.2.5. Diagnosis Vaginosis Bakterial

Dalam menegakkan diagnosis terhadap VB terdapat beberapa kriteria, skor, dan pemeriksaan laboratorium mikrobiologi, yaitu : • Kriteria Amsel Dikatakan positif jika ditemukan 3 dari temuan di bawah ini 1. pH vagina 4,5 2. Menunjukkan 20 per HPF “clue cells” pada eksaminasi wet mount. 3. Positif amin atau tes whiff. 4. Homogen, tidak kental, cairan putih seperti susu pada dinding vagina. • Wet mount • pH • KOH 10 • Pewarnaan gram pemeriksaan baku emas • Skor Nugent Universitas Sumatera Utara Skor Basil Gram positif besar Basil Gram negatif kecil hingga Gram lainnya Basil Gram lainnya 4+ 1 3+ 1+ 1+ atau 2+ 2 2+ 2+ 3+ atau 4+ 3 1+ 3+ 4 4+ Tabel 2.1. Skor Nugent Sumber: Anggraini, 2012 Keterangan: - Normal skor 0-3 - Intermediate skor 4-6 - VB skor ≥ 7 Gambar 2.2. Gambaran mikroskopis vaginosis bakterial Sumber : Steece, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambaran diagnostik dari Vaginosis Bakterial dan Kandidiasis Vulvovaginalis Kategori Fisiologis normal Vaginosis Bakterial Kandidiasis Vulvovaginalis Keluhan utama - Bau amis, Meningkat setelah berhubungan seksual Gatal, rasa terbakar Cairan vagina Putih, bening Keruh atau putih, tipis, lengket Putih, kental, tidak berbau KOH “whiff test” - Bau amis seperti ikan - pH vagina 3,8 - 4,2 4,5 4,5 Mikroskopis - “Clue cells”, sedikit peningkatan leukosit Pseudohifa Tabel 2.2. Gambaran diagnostik dari Vaginosis Bakterial dan Kandidiasis Vulvovaginalis Sumber : Schorge, 2008

2.2.6. Efek Vaginosis Bakterial pada Ibu Hamil