postif kultur saja tidak dapat dijadikan indikasi seseorang menderita KVV jika tidak ditemukan simtom pada vagina karena 10-15 wanita normal dijumpai
kolonisasi pada vaginanya Daili, Makes, et al., 2009. Hal ini didukung oleh Schorge 2008, kultur secara rutin tidak direkomendasikan kecuali pada wanita
yang telah terinfeksi kandida sebelumnya serta gagal dalam pemberian pengobatan empiris.
2.1.6 Efek Kandidiasis Vulvovaginalis pada Ibu Hamil
Komplikasi KVV pada ibu hamil dapat terjadi dengan cara penyebaran infeksi ke bagian atas saluran reproduksi ascending infection melalui diseminasi
hematogen. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita KVV dapat terinfeksi secara langsung dari kontaminasi cairan amnion atau melalui jalan lahir Monalisa,
Bubakar. 2012. Komplikasi tersebut adalah prematuritas, aborsi spontan, chorioamnionitis,
dan beberapa infeksi yang dapat diderita bayi pada saat persalinan. Neonatus prematur mudah terinfeksi jamur dikarenakan sistem imun
yang belum matang. Selama persalinan, transmisi dapat terjadi melalui vagina ibu yang telah terinfeksi dengan bayi yang baru lahir dan meningkatkan resiko
kejadian infeksi kandida kongenital. Bayi dengan oral thrush yang mendapatkan air susu ibu ASI dapat meningkatkan risiko kandidiasis pada puting susu ibu
tersebut Parveen, Munir, et al., 2008.
2.1.7 Tata Laksana Kandidiasis Vulvovaginalis pada Ibu Hamil
Butoconazole 2 krim, 5 gram secara intravaginal selama 3 hari atau fluconazole 150 mg secara oral dengan dosis tunggal Hacker, Gambone, et al.,
2010.
2.2. Vaginosis Bakterial
2.2.1. Definisi Vaginosis Bakterial
Dalam pengertiannya, Vaginosis Bakterial VB adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai dengan perubahan konsentrasi hirogen
peroksida H
2
O
2
hasil produksi flora normal Lactobacillus di vagina. Penurunan
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi H
2
O
2
digantikan oleh peningkatan konsentrasi bakteri anaerob Mobiluncus, Provetella, Peptostreptococcus, Bacteroides, dan Eubacterium dan
bakteri fakultatif Gardnella vaginalis, Mycoplasma hominis, Enterococcus dan grup
β Streptococcus. Perubahan ini umumnya ditandai dengan produksi sekret vagina yang banyak, berwarna abu-abu, tipis, homogen, berbau amis, dan
terdapat peningkatan pH dari nilai 4,5 sampai 7,0. Anggraini, Maryuni, et al., 2012. Hal ini bisa timbul dan remisi secara spontan pada wanita dengan seksual
aktif dan wanita yang buka seksual aktif Adam, Zainuddin, et al., 2009.
2.2.2. Etiologi dan Epidemiologi Vaginosis Bakterial
Secara epidemiologi, kumpulan gejala yang timbul pada VB berhubungan dengan aktivitas seksual. VB merupakan infeksi vagina yang tersering pada
wanita dengan seksual aktif. Penyebab VB bukan organisme tunggal. Pada suatu analisis dari data flora vagina memperlihatkan bahwa ada 4 jenis bakteri vagina
yang berhubungan dengan VB yaitu Gardnella vaginalis, Bacteroides Sp, Mobiluncus Sp
, Mycoplasma hominis.
• Gardnella vaginalis
Berbagai kepustakaan selama 30 tahun terakhir membenarkan observasi Gardner dan Dukes’ bahwa Gardnella vaginalis sangat erat hubungannya dengan VB.
Meskipun demikian dengan media kultur yang sensitif Gardnella vaginalis dapat diisolasi dengan konsentrasi yang tinggi pada wanita tanpa tanda-tanda infeksi
vagina. Gardnella vaginalis dapat diisolasi pada sekitar 95 wanita dengan BV dan 40-50 pada wanita asimtomatis atau tanpa penyebab vaginitis lainnya.
Gardnella vaginalis diperkirakan berinteraksi melalui cara tertentu dengan bakteri
anaerob dan mycoplasma genital menyebabkan VB. •
Bakteri anaerob Bacteroides sp
diisolasi sebanyak 76 dan Peptostreptococcus sebanyak 36 pada wanita dengan VB. Pada wanita normal, kedua tipe anaerob ini jarang
ditemukan. Penemuan spesies anaerob dihubungkan dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan asetat pada sekret vagina. Mikroorganisme anaerob lain
yaitu Mobiluncus sp. Merupakan batang anaerob lengkung yang juga ditemukan
Universitas Sumatera Utara
bersama-sama dengan organisme lain yang dihubungkan dengan VB. Mobiluncus Sp
. hampir tidak pernah ditemukan pada wanita normal, 85 wanita dengan VB mengandung organisme ini.
• Mycoplasma hominis
Berbagai peniliti menyimpulkan bahwa Mycoplasma hominis juga harus dipertimbangkan sebagai agen etiologi untuk VB, bersama-sama dengan
Gardnella vaginalis dan bakteri anaerob. Mikroorganisme ini terdapat dengan
konsentrasi 10-100 kali lebih besar pada wanita dengan VB daripada wanita normal Adam, Zainuddin, et al., 2009.
2.2.3. Faktor Risiko Vaginosis Bakterial