Sikap Siswa Terhadap Soal-Soal Kemampuan Penalaran dan

127

3. Sikap Siswa Terhadap Soal-Soal Kemampuan Penalaran dan

Komunikasi Matematik Rangkuman hasil observasi sikap siswa terhadap soal-soal kemampuan penalaran dan komunikasi matematik terdapat pada Tabel 4.40 berikut. Tabel 4.40 Sikap Siswa Terhadap Soal-soal Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Sikap Indikator No. Soal Sifat Pernyataan Frekuensi dan Skor SS S TS STS Terhadap soal-soal kemampuan penalaran dan komunikasi matematik Kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme 15 Positif 14 24 2 35 60 5 16 Positif 16 18 6 40 45 15 17 Positif 12 24 4 30 60 10 18 Positif 15 20 5 38 50 13 19 Positif 12 18 10 30 45 25 20 Positif 10 16 12 2 25 40 30 5 14 24 2 Dari Tabel 4.40 dapat dilihat, jawaban siswa untuk pernyataan nomor 15 yang menyatakan bahwa “Pada saat diskusi, saya selalu menanggapi pendapat dari teman lain” sebanyak 14 orang 35 sangat setuju, 24 orang 60 setuju, 2 orang 5 tidak setuju dan tidak ada siswa yang menyatakan sangat tidak setuju. Pernyataan nomor 16 yang menyatakan bahwa “Pada saat diskusi, saya selalu mengajukan pertanyaan pada teman lain” sebanyak 16 orang 40 sangat setuju, 128 18 orang 45 setuju, 6 orang 15 tidak setuju dan tidak siswa yang menyatakan sangat tidak setuju. Pernyataan nomor 17 yang menyatakan bahwa “Saya selalu berusaha mencari informasi dengan bertanya, baik kepada teman, guru, ataupun dengan membaca buku pelajaran matematika bila setelah beberapa kali mencoba saya belum menemukan cara menyelesaikan soal-soal atau tugas” sebanyak 12 orang 30 sangat setuju, 24 orang 60 setuju, 6 orang 10 tidak setuju dan tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Peryataan nomor 18 yang menyatakan bahwa “Metode atau cara yang digunakan guru dalam pelajaran matematika membuat interaksi siswa menjadi lebih baik” sebanyak 15 orang 38 sangat setuju, 20 orang 50 setuju, 5 orang 12 tidak setuju dan tidak ada siswa menyatakan sangat tidak setuju. Pernyataan nomor 19 yang menyatakan bahwa “Dalam mengikuti pembelajaran matematika saya selalu membaca Lembar Kerja Siswa LKS dengan teliti” sebanyak 12 orang 30 sangat setuju, 18 orang 45 setuju, 10 orang 25 tidak setuju dan tidak ada siswa yang menyatakan sangat tidak setuju. Pernyataan nomor 20 yang menyatakan bahwa “Setelah membaca Lembar Kerja Siswa LKS saya menemukan semua informasi yang berkenaan dengan tugas yang akan dikerjakan” sebanyak 10 orang 25 sangat setuju, 16 orang 40 setuju, 12 orang 30 tidak setuju dan 2 orang 5 sangat tidak setuju. Berdasarkan jawaban dari siswa untuk nomor 15 sampai dengan 20 secara umum dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki apresiasi positif terhadap soal- soal berbentuk penalaran dan komunikasi matematik. 129 A.6 Efektivitas Siswa dan Guru dalam Proses Pembelajaran Aktivitas siswa dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan yang observer lakukan ketika berlangsungnya proses pembelajaran. Tabel 4.41 menggambarkan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar dengan pendekatan konstruktivisme berlangsung. Tabel 4.41 Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran No. Aspek Yang Diamati Rata-rata 1. Siswa mengamati informasi apa yang disajikan pada LKS yang berkaitan dengan tugas-tugas yang akan dikerjakan 4,50 2. Siswa mengkonstruk sendiri model-model selama proses pembelajaran berlangsung 4,00 3. Adanya kontribusi siswa dalam mengkonstruksi model selama proses pembelajaran berlangsung 4,00 4. Terjadinya proses pembelajaran yang interaktif dimana siswa mendiskusikan dan memberikan alasan tentang model dan cara menyelesaikannya, mencapai kesepakatan tentang model yang disajikan 4,50 5. Diakhir pembelajaran siswa dapat menggunakan model formal untuk menyelesaikan soal-soal 4,33 Rata-rata 4,27 Dari Tabel 4.41 hasil observasi tentang kegiatan siswa diperoleh rata-rata 4,27 karakteristik pendekatan konstruktivisme muncul. Adapun karakteristik mengkonstruksi sendiri model-model selama pembelajaran berlangsung memperoleh rata-rata 4,00, begitu pula karakteristiik kontribusi siswa dalam mengkonstruksi model sendiri pada proses pembelajaran berlangsung siswa memperoleh rata-rata 4,00. 130 Besarnya kontribusi siswa dalam mengkonstruksi model sendiri pada proses pembelajaran berlangsung dipengaruhi oleh kemampuan pemahaman yang dimiliki siswa sudah baik, sehingga mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa. Selain dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dilakukan pula observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru matematika di tempat penelitian terhadap peneliti. Hasil rangkuman observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran disajikan dalam Tabel 4.42 berikut. Tabel 4.42 Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran No. Aspek Yang Diamati Rata-rata 1. Guru mampu memotivasi siswa dalam mengkonstruksikan materi yang dipelajari dari LKS 4,50 2. Guru memberikan kesempatan dan mendorong siswa menggunakan model-model sebagai alat bantu untuk menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS 4,17 3. Guru memberikan pembelajaran yang interaktif, dengan melakukan negosiasi secara eksplisit, dan intervensi penjelasan, pertanyaan, dan kooperatif, refleksi dan evaluasi 4,17 4. Guru mampu menerapkan tahapan-tahapan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme orientasi, elicitasi, restructuring of ideas, application of ideas dan review dalam proses pembelajaran berlangsung. 4,50 5. Terdapat keterkaitan materi yang diajarkan dengan materi lainnya dalam proses pembelajaran berlangsung 4,50 Rata-rata 4,37 131 Dari Tabel 4.42 dapat dilihat hasil observasi tentang kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung diperoleh rata-rata 4.37 karakteristik pendekatan konstruktivisme yang muncul. Terdapat keterkaitan materi yang diajarkan dengan materi lain pada kegiatan guru memperoleh rata-rata 4,50. Rata-rata hasil observasi yang diperoleh tergolong besar, hal ini dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam memberikan pembelajaran yang interaktif dan mampu memotivasi siswa dalam mengkonstruksikan kemampuan siswa, selain daripada itu dipengaruhi juga oleh sikap kooperatif siswa dalam setiap diskusi. A.7 Deskripsi Pendapat Guru tentang Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme Untuk memperoleh tanggapanpendapat guru mengenai pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dan keragaman soal-soal yang diteskan, peneliti membuat daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan tersebut digunakan untuk panduan wawancara kepada tiga orang guru yang ikut sebagai pengamat pada kegiatan pembelajaran. Berikut ini merupakan hasil rangkuman tanggapan pendapat guru. 1. Sebanyak dua orang guru mengatakan belum pernah menggunakan pembelajaran dengan konstruktivisme dalam kelompok kecil dan seorang guru pernah menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Tetapi untuk diskusi kelompok kadang-kadang melaksanakannya pada waktu pembelajaran, terutama pada tahap penerapan atau latihan soal. 132 2. Kedua guru mengatakan sangat tertarik untuk mengetahui bahkan untuk dapat menggunakannya dalam pembelajaran. Alasan kedua adalah keaktifan dan semangat siswa yang mereka Amati selama pembelajaran, yang menurut mereka berbeda dengan yang biasa terjadi di kelas jika mereka mengajar. Seorang guru mengatakan pengalamannya pada saat menerapkan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme aktivitas siswa belum nampak, tetapi setelah mengamati kembali pada pembelajaran yang dilakukan peneliti aktivitas siswa lebih nampak dan merasa tertarik untuk menggunakan kembali pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. 3. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme kurang efektif digunakan pada pembelajaran matematika apabila diberikan pada siswa yang lemah atau kurang pandai karena akan mengalami kesulitan, tetapi untuk siswa yang pandai akan berjalan dengan baik. Pada awal pembelajaran siswa akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk memahami setiap perintah yang diberikan. Agar pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme berjalan dengan efektif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu waktu yang tersedia, persiapan dan kesiapan guru, dan kesiapan siswa itu sendiri. Selain itu, pembelajaran dengan konstruktivisme akan efisien untuk materi matematika tertentu, kalaupun dapat diterapkan untuk semua materi matematika, hal ini dimungkinkan tetapi dituntut kemampuan seorang guru untuk membuat bahan ajar dan LKS yang dapat dipahami oleh siswa. 4. Untuk menerapkan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme diperlukan beberapa prasyarat yang harus dimiliki siswa seperti memiliki 133 kemampuan pemahaman yang baik agar saat mengkonstruksikan pemikirannya dapat berjalan dengan baik dan lancar. 5. Ketiga guru berpendapat, pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dapat dilaksanakan, dengan pertimbangan bahwa kondisi siswa pada umumnya di sekolah ini mempunyai motivasi untuk belajar yang tinggi. 6. Bahan ajar dan LKS pada pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme ini sangat membantu siswa memahami konsep materi yang diajarkan, dan sudah sesuai dengan kurikulum. Dari hasil diskusi peneliti dan guru, menyatakan bahwa selama ini guru jarang menggunakan bahan ajar buatan sendiri, sebab sebagian besar siswa sudah memiliki buku paket dari sekolah dan LKS dari penerbit, kemudian waktu membuat bahan ajar membutuhkan waktu yang cukup lama. 7. Pada dasarnya guru tersebut sudah mengenal bentuk soal-soal kemampuan penalaran dan komunikasi matematik, dan tingkat kesulitannya masih dalam katagori sedang, karena siswa menjawab soal tersebut hanya sebagian yang memberikan alasan. Soal-soal kemampuan penalaran dan komunikasi matematik menurut mereka sangat membantu siswa untuk dapat berpikir kritis, karena soal-soal yang diberikan mengajak siswa untuk mampu mengkonstruksikan kemampuan berpikirnya. 8. Ketiga orang guru berpendapat bahwa soal-soal kemampuan penalaran dan komunikasi matematik yang diteskan banyak melatih siswa dalam memberikan alasan-alasan yang konstruktif, sehingga aktivitas siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan interaktif. 134

B. Pembahasan

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK: studi kuasi eksperimen pada salah satu SMP di jakarta barat.

0 1 62

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK :Studi Eksperimen di Salah Satu SMP Negeri di Bandung:.

0 1 44

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK :Studi Eksperimen di Salah Satu SMP Negeri di Bandung.

0 0 44

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING.

0 1 40

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH(Penelitian pada salah satu SMPN di Kabupaten Nias).

0 0 47

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL CORE MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA : Studi Eksperimen Pada Salah Satu SMP Negeri di Kota Ambon.

0 1 43

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 0 41

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DENGAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING (Studi Eksperimen di Suatu SMP N di Kota Tangerang).

0 1 54

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK, KOMUNIKASI MATEMATIK DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 0 54

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE INKUIRI : Penelitian pada siswa salah satu SMA Negeri di Serui Papua.

0 0 56