Hubungan antara Mitos PMS dengan Perilaku Seksual pada Remaja

49 tertarik sampai dengan tingkah laku berkencan, bercumbu sampai hubungan seksual. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data proporsi responden terbanyak yang percaya tentang mitos hubungan seksual adalah berperilaku baik 27,4. Hubungan seksual dilakukan dengan memasukkan penis ke dalam vagina, tetapi sebagian orang biasa melakukan secara oral dan anal seks. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari 2009, yang menyimpulkan bahwa adanya hubungan positif antara tingkat pengetahuan Penyakit Menular Seksual PMS dengan perilaku seksual pranikah.

C. Hubungan antara Mitos PMS dengan Perilaku Seksual pada Remaja

SMA di Kecamatan Klaten kota. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,044 p0,05 yang berarti bahwa ada hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. PMS merupakan penyakit alat organ reproduksi laki-laki atau perempuan terutama akibat dari hubungan seksual dengan orang yang sudah terjangkit penyakit kelamin Sjarif, 2008. Menurut Hanifah 2008, mitos PMS sebenarnya dapat dikontrol, jika masyarakat menyadari bahwa pendidikan seks sejak dini perlu. Maraknya kehamilan di luar nikah atau banyaknya penyakit menular seksual yang terjadi pada remaja disebabkan karena ketidaktahuan remaja tentang seksualitas. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data sebesar 58,3 responden percaya mitos- mitos PMS. Hal ini berarti bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang kurang sehingga menyebabkan tingginya kepercayaan remaja terhadap mitos- mitos PMS. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Hernawati 2005, yang 50 menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang PMS dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa PSIK Program A FK UGM. Menurut Soetjiningsih 2007, perilaku seksual pranikah merupakan segala tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, yang dilakukan oleh remaja sebelum mereka menikah. Hal ini mendukung pendapat Kartono 1998, yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa paling rawan, terutama berkaitan dengan meluapnya energi dorongan seksual dari dalam. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data proporsi responden terbanyak yang percaya tentang mitos-mitos PMS berperilaku sedang 27,4. Hal ini mendukung pendapat Duarsa 2007, yang menyatakan golongan remaja mempunyai kemampuan berpikir yang lebih sederhana, cenderung lebih konkrit, lebih perhatian pada hal-hal yang terjadi di sekitarnya sehingga remaja tidak berfikir melakukan pencegahan atau berhati-hati untuk menghindari PMS. Penyimpangan perilaku seksual pada remaja disebabkan karena terlalu dominannya pengaruh lingkungan dan media massa terutama internet dalam penyebaran informasi, sementara petugas dan pendidik kurang membekali pengetahuan tentang PMS dan perilaku seksual bebas yang sebanding dengan apa yang diperoleh melalui internet Kartono, 1998. 51

D. Hubungan antara Mitos Terjadinya Kehamilan dengan Perilaku Seksual