Kesehatan Reproduksi Remaja Mitos Seks pada Remaja

12 pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada remaja perempuan. c. Remaja menengah Pada masa remaja menengah, para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual remaja sudah mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik. d. Remaja akhir Pada masa remaja akhir, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran.

B. Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural Anonim, 2008 a. Kebutuhan akan informasi tentang reproduksi termasuk perilaku seksual memang diperlukan oleh remaja. Informasi kesehatan reproduksi diperoleh 13 remaja dari orang tua, teman sebaya, guru BP Bimbingan dan Penyuluhan, pelajaran biologi, surat kabar, seminar, diskusi remaja, majalah, dan TV Ramdhani, dkk, 2001. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Diharapkan dengan informasi yang benar, remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Disamping itu dengan mengetahui berbagai aspek kesehatan reproduksi maka remaja dapat melakukan berbagai tindakan pencegahan atau sedini mungkin melakukan tindakan pengobatan bila memiliki permasalahan dengan sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi.

C. Mitos Seks pada Remaja

Menurut Subinarto 2008, mitos adalah informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar, yang telah diyakini, beredar, dan populer di masyarakat. Mitos cepat sekali berkembang di masyarakat, padahal kebenarannya masih dipertanyakan dan sering tidak akurat atau tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Banyak masyarakat yang percaya kepada mitos karena mereka sulit mendapatkan informasi yang akurat dan biasanya malas untuk mencari serta mendapatkan informasi yang benar, oleh sebab itu mereka dengan mudahnya menerima segala informasi yang sifatnya desas-desus atau gosip semata. Menurut Budinurdjaja 2007 mitos seks adalah contoh mitos yang sangat luas beredar dan mempengaruhi pandangan dan perilaku seksual masyarakat. 14 Sebenarnya mitos seks secara tidak langsung berhubungan dengan kesehatan seksual, sebab orang-orang yang meragukan kebenaran dari mitos seks akan berupaya mencari kebenaran yang sesungguhnya. Setelah mendapatkan keterangan atau pengetahuan yang sebenarnya, maka orang tersebut secara otomatis akan mengetahui tentang kesehatan seksual, dimana kesehatan seksual itu mengandung pengertian “kemampuan untuk menikmati dan mengungkapkan seksualitas kita yang bebas dari risiko terkena penyakit, kehamilan yang tidak diinginkan, paksaan, kekerasan, dan diskriminasi” Sjarif, dkk. 2006. Kategori mitos : 1. Mitos alat reproduksi a. Sering masturbasi atau onani bisa membuat mandul. Faktanya, secara medis masturbasi atau onani tidak mengganggu kesehatan fisik selama dilakukan secara aman tidak sampai menimbulkan luka atau lecet. Kemandulan justru dapat terjadi akibat dari PMS atau penyakit lainnya seperti kanker atau karena sebab fisik lainnya misalnya kualitas sperma yang kurang baik Negara, 2008. b. Masturbasi atau onani dapat menyebabkan lutut kopong. Faktanya, masturbasi atau onani tidak dapat menyebabkan lutut kopong. Spermatozoa tidak diproduksi dan tidak disimpan di dalam lutut melainkan di testis. Mungkin setelah masturbasi atau onani, biasanya timbul rasa lelah karena masturbasi atau onani mengeluarkan 15 energi. Itulah yang membuat pelakunya menjadi lemas, jadi bukan karena lututnya jadi kosong Negara, 2008. c. Menyiram penis dengan bir atau soda bisa mematikan bakteri atau virus. Faktanya, tidak mungkin bakteri atau virus yang ditularkan lewat hubungan seksual akan mati dengan disiram bir atau soda. Hanya dengan pengobatan antibiotik bakteri bisa dimatikan Sjarif, dkk. 2008. 2. Mitos hubungan seksual a. Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta. Faktanya, berhubungan seks bukan cara untuk menunjukkan kasih sayang pada saat masih pacaran, melainkan karena disebabkan adanya dorongan seksual yang tidak terkontrol dan keinginan untuk mencoba- coba. Rasa sayang dengan pacar bisa ditunjukkan dengan cara lain Negara, 2008. b. Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina. Faktanya, tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu kelihatan berdarah. Apabila komunikasi seksual terjalin dengan baik dan hubungan seksual dilakukan dalam keadaan siap dan disertai foreplay tidak memunculkan adanya pendarahan Negara, 2008. 16 c. Selaput dara yang robek berarti sudah pernah melakukan hubungan seksual atau tidak perawan lagi. Faktanya, selaput dara merupakan selaput kulit yang tipis yang dapat meregang dan robek karena beberapa hal. Selain karena melakukan hubungan seks, selaput dara juga bisa robek karena melakukan olah raga tertentu seperti naik sepeda. Karena itu robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seks Negara, 2008. d. Perempuan yang berdada besar dorongan seksualnya besar. Faktanya, secara medis tidak ada hubungan langsung antara ukuran payudara dengan dorongan seksual seseorang. Dorongan seksual tersebut ditentukan oleh kepribadian, pola sosialisasi dan pengalaman seksual melihat, mendengar atau merasakan suatu rangsangan seksual Negara, 2008. e. Seks oral tidak bisa menularkan penyakit. Faktanya, ada dua cara penularan penyakit menular seksual yaitu melalui pertukaran cairan dan persentuhan kulit. Selama hubungan seksual yang dilakukan melibatkan keduanya, risiko tertular tetap tinggi. Jenis penyakit herpes, klamidia, gonore, dan sifilis tetap bisa ditularkan melalui oral seks Anonim, 2008 c. 3. Mitos PMS a. PMS dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin. Faktanya, tidak ada sabun atau disinfektan apapun yang dapat mencegah PMS, bahkan penggunaan sabun pada vagina akan 17 mempertinggi risiko terkena keputihan akibat dari berkurangnya kadar keasaman dari permukaan vagina yang berfungsi untuk membunuh kuman-kuman yang ada Sjarif, dkk. 2008. b. Minum antibiotik sebelum hubungan seksual akan mencegah penularan PMS Faktanya, minum antibiotik sebelum hubungan seksual tidak dapat mencegah PMS, karena masing-masing penyakit memerlukan jenis antibiotik yang berbeda dan antibiotik yang dimakan belum tentu sebagai pencegah PMS Sjarif, dkk. 2008. c. PMS dapat dilihat secara kasat mata. Faktanya, gejala PMS dapat tidak terlihat oleh mata terutama jika terjadi pada perempuan Sjarif, dkk. 2008. d. Kondom 100 aman untuk mencegah PMS Faktanya, efektifitas kondom hanya sekitar 44 - 74 sehingga kemungkinan terkena PMS tetap ada Nugraha, 2008. 4. Mitos terjadinya kehamilan a. Hubungan seksual yang dilakukan sekali saja tidak dapat menyebabkan kehamilan. Faktanya, kehamilan akan terjadi bila sel telur yang matang dibuahi oleh sperma. Sel telur akan dilepas pada saat masa subur seorang perempuan. Jadi apabila hubungan seksual dilakukan pada saat masa subur, berarti ada sel telur matang yang dilepas oleh 18 indung telur, sehingga memungkinkan untuk terjadi kehamilan Sjarif, dkk. 2008. b. Ejakulasi di luar terputus tidak menyebabkan kehamilan. Faktanya, sperma terdapat di dalam cairan seminal yang dilepaskan sebelum laki-laki mengalami ejakulasi. Jadi, meskipun laki-laki menarik penisnya ke luar sebelum orgasme, pasangan tetap saja bisa hamil Anonim, 2008 c. c. Petting tidak dapat menyebabkan kehamilan Faktanya, walaupun tidak melepaskan pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan. Sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim. Karena ketika terangsang, perempuan akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim. Sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk berenang masuk ke dalam rahim. Jika tertumpah pada celana dalam yang dikenakan perempuan, dan langsung mengenai bibir kemaluan Anonim, 2008 c. d. Berhubungan seks di masa menstruasi tidak menimbulkan kehamilan Faktanya, masa subur wanita dua minggu menjelang masa haidnya datang. Dengan kondisi tersebut hubungan seks yang dilakukan pada saat wanita sedang menstruasi memungkinkan terjadinya kehamilan. Setelah ejakulasi sperma dapat hidup 3-4 hari di dalam vagina Prihantina, 2008 19

D. Perilaku Seksual