47 Perilaku seksual merupakan tindakan yang dilakukan oleh remaja dengan
dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya Notoatmodjo, 2007. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data
proporsi responden terbanyak yang percaya tentang mitos alat reproduksi adalah berperilaku sedang 33,3. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Gusmiarni 2001, yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap onani atau masturbasi dengan perilaku seksual. Menurut Skiner 1938, dalam
Notoatmodjo, 2003, perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Faktor yang menyebabkan perilaku
seks remaja, selain faktor jiwa muda dan rasa ingin tahu yang besar, remaja juga kurang mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan informasi dan
pengetahuan yang cukup berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Menurut Wibowo 2004, remaja merasa lebih senang membahas masalah seks,
kesehatan reproduksi, dan perilaku seksual dengan teman dari pada dengan orangtua.
B. Hubungan antara Mitos Hubungan Seksual dengan Perilaku Seksual
pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,033 p0,05 yang berarti bahwa ada hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku
seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Menurut Ghozally dan Karim 2009, hubungan seksual terjadi pada saat masuknya penis yang ereksi
ke dalam lubang vagina sebagai pelampiasan hasrat seksual untuk pemenuhan kebutuhan biologisnya. Bila terjadi ejakulasi pengeluaran cairan mani yang di
48 dalamnya terdapat jutaan sperma dengan posisi alat kelamin laki-laki berada
dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan.
Menurut Budinurdjaja 2007, mitos seks merupakan contoh mitos yang sangat luas beredar yang mempengaruhi pandangan dan perilaku seksual
masyarakat. Mitos hubungan seksual terhadap perilaku seksual menunjukkan bahwa masih terdapat kepercayaan mengenai hal-hal yang bertolak belakang
dengan kenyataan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 57,1 responden yang percaya terhadap mitos-mitos hubungan seksual. Hal
ini berarti bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang kurang sehingga menyebabkan tingginya kepercayaan remaja terhadap mitos-mitos hubungan
seksual. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pusat Studi Seksualitas 2008, yang menyimpulkan sebanyak 52 responden setuju mengenai senggama
terputus tidak menyebabkan hamil. Padahal pemahaman di atas keliru karena sperma terdapat di dalam cairan seminal yang dilepaskan sebelum laki-laki
mengalami ejakulasi sehingga dapat menyebabkan kehamilan. Menurut Darwisyah 2008, remaja seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk
membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Karena faktor keingintahuan, remaja akan berusaha untuk mendapatkan informasi ini,
sehingga remaja mudah terpengaruh oleh mitos-mitos seks yang ada di masyarakat.
Menurut Mutadin 2002, perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis mulai dari perasaan
49 tertarik sampai dengan tingkah laku berkencan, bercumbu sampai hubungan
seksual. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data proporsi responden terbanyak yang percaya tentang mitos hubungan seksual adalah berperilaku
baik 27,4. Hubungan seksual dilakukan dengan memasukkan penis ke dalam vagina, tetapi sebagian orang biasa melakukan secara oral dan anal
seks. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari 2009, yang menyimpulkan bahwa adanya hubungan positif antara tingkat pengetahuan Penyakit Menular
Seksual PMS dengan perilaku seksual pranikah.
C. Hubungan antara Mitos PMS dengan Perilaku Seksual pada Remaja