Kanker Paru Dampak Rokok terhadap Paru

leukosit polimorfonuklear, limfosit T maupun eusinofil dan beberapa kasus peningkatan IgE. Adapun penyakit paru yang sering timbul akibat rokok secara langsung, yaitu kanker paru dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK. Sedangkan secara tidak langsung, yaitu asma, pneumonia, dan tuberkulosis. Hal ini diperkuat oleh laporan WHO dalam World Health Report2000 menunjukkan bahwa 5 penyakit paru utama yang merupakan sebagian dari penyebab kematian di dunia, masing-masing adalah kanker paru, Penyakit Paru Obstruksi Kronik PPOK, tuberkulosis paru, pneumonia, dan asma.

2.4.1. Kanker Paru

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Perokok pasif juga berisiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suamipasangan perokok juga terkena risiko kanker paru 2-3 kali lipat Amin, 2009 . Salah satu bahan di dalam rokok yang merupakan penyebab kanker paru adalah tar. Bila seseorang menghisap rokok dalam jangka lama, maka di dalam parunya akan terjadi perubahan akibat asap rokok. Proses kanker paru dimulai dengan apa yang disebut masa “prakanker”. Perubahan pertama yang terjadi pada masa ini disebut sebagai “metaplasia skuamosa” yang ditandai dengan perubahan bentuk sel epitel pada permukaan saluran napas dan rusaknya silia atau bulu getar yang ada pada permukaan saluran napas diparu. Bila rangsangan asap rokok berlangsung terus maka metaplasia skuamosa berubah menjadi displasia, karsinoma in situ dan akhirnya menjadi kanker paru Aditama, 2011. Universitas Sumatera Utara Menurut Rab 2010 secara histopatologi kanker paru dapat digolongkan menjadi 4 tipe, yakni karsinoma epidermoid 25, karsinoma sel kecil 25, adenokarsinoma 30, dan karsinoma sel besar 15. Sisanya merupakan tipe yang jarang didapat, yakni karsinoid bronkial, mukoepidermoid, dan karsinoma adenoskuamosa. Ada juga pembagian dengan cara lain yang terdiri atas : 1. Non Small Cell Lung Cancer NSCLC, dikenal klasifikasi TMN, dimana T adalah tumor primer, N adalah metastasis kelenjar limfe, dan M adalah metastasis jauh. 2. Small Cell Lung Cancer SCLC, yakni sebelum tumor primer dapat dideteksi metastasis telah terjadi pada kelenjar limfe M mungkin lebih dahulu ditemukan daripada N. SCLC juga mempunyai tingkat pembelahan yang tinggi, sehingga relatif lebih sensitif terhadap tindakan radioterapi maupun sitotastik, akan tetapi tertutup kemungkinan untuk dilakukannya tindakan operasi. Adapun gejala klinis yang terjadi disebabkan oleh : 1 tumor itu sendiri, yaitu batuk, nyeri dada dan hemoptisis, 2 obstruksi tumor pada bronkus, yakni mengi wheezing, stridor, atelektasis, atau dipsneu, 3 pertumbuhan tumor ke pleura, 4 metastasis ke kelenjar mediastinum, 5 metastasis jauh , ke cerebral dan ke medula spinalis. Menurut Amin 2009 prosedur diagnostik meliputi; foto rontgen dada secara posterior-anterior PA dan lateral, pemeriksaan CT Scan dan MRI, pemeriksaan bone scanning, pemeriksaan sitologi, pemeriksaan histopatologi, pemeriksaan serologitumor marker. Pengobatannya dilakukan dengan terapi bedah, radioterapi, dan kemoterapi. Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003, keterkaitan rokok dengan kasus kanker paru diperkuat dengan data bahwa risiko seorang perokok pasif akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan oleh asap rokok. Maka pencegahan utama kanker paru berupa upaya memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan perokok aktif adalah sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok pasif. Pencegahan harus diusahakan sebagai usaha perang terhadap rokok dan dilakukan terus-menerus. Program pencegahan Universitas Sumatera Utara seharusnya diikuti dengan tindakan nyata anti-rokok yang melibatkan tenaga medis dan mahasiswa FK dan non-FK.

2.4.2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK