Tuberkulosis Paru Pneumonia Dampak Rokok terhadap Paru

Diagnosa PPOK menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003 dapat ditegakkan berdasarkan: anamnesis, pemeriksaan fisik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, pemeriksaan penunjang faal paru, darah rutin, radiologi. Menurut Riyanto dan Hisyam 2009, obat yang umum dipakai PPOK meliputi; antikolinergik, β2 agonis, metilxantin, glukokortikosteroid sistemik, glukokortikosteroid inhale r, kombinasi β2 agonis dengan antikolinergik dalam satu inhaler, dan kombinasi β2 agonis dengan glukokortikosteroid dalam satu inhaler. Upaya berhenti merokok juga diperlukan dengan menggunakan strategi yang dianjurkan oleh Public Health Service Report USA, yaitu : 1. Ask: lakukan identifikasi perokok pada setiap kunjungan 2. Advice: terangkan tentang keburukandampak merokok sehingga pasien didesak mau berhenti merokok 3. Assess: yakinkan pasien untuk berhenti merokok 4. Assits: bantu pasien dalam program berhenti merokok 5. Arrange: jadwalkan kontak usaha berikutnya yang lebih intensif, bila usaha pertama masih belum memuaskan

2.4.3. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi Rab, 2011. Menurut Aditama 2011 mengatakan bahwa terdapat hubungan antara merokok dan tunberkulosis di Hong Kong, dimana terdapat fakta-fakta yang agresif mengenai keterlibatan tuberkulosis terhadap paru diantara perokok berdasarkan klinis, radiologi, dan mikrobiologi. Merokok dalam jangka waktu yang panjang berhubungan dengan perubahan makrofag dan limfosit dan nikotin akan menghalangi pelepasan tumour necrosis factor yang memainkan peran kunci dalam pertahanan seluler melawan infeksi Mycobacterium tuberkulosis. Menurut Rab 2011 adapun keluhannya berupa; batuk, sputum mukoid atau purulen, nyeri dada, hemoptisis, dipsneu, demam dan berkeringat terutama pada malam hari, berat badan berkurang, anoreksia, malaise, ronki basah di apeks Universitas Sumatera Utara paru, wheezing mengi yang terlokalisir. Menurut Amin dan Bahar 2009 pemeriksaan yang dilakukan, yaitu; pemeriksaan fisis, radiologi, laboratorium darah, sputum, dan tes tuberkulin dan WHO memberikan kriteria, yaitu; pasien dengan sputum BTA positif dan pasien dengan sputum BTA negatif. Jenis pengobatan yang dipakai: 1. Obat primer obat antituberkulosis tingkat satu: isoniazid H, rifampisin R, pirazinamid Z, streptomisin S, etambutol E 2. Obat sekunder obat antituberkulosis tingkat dua: kanamisin, pas para amino salicylic acid, tiasetazon, etionamid, protionamid, sikloserin, viomisin, kapreomisin, amikasin, ofloksasin, siprofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, klofazimin.

2.4.4. Pneumonia

Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Pada sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen membuat sel-sel tidak bisa bekerja. Hal ini yang bisa membuat penderita pneumonia meninggal Misnadiarly, 2008. Faktor predisposisi antara lain berupa kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, diabetes melitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan penurunan kesadaran Dahlan, 2009. Menurut Jackson 2011gejala yang ditimbulkan bervariasi yaitu; gejala flu, dikuti demam tinggi disertai mengigil; mungkin disertai nyeri dada tajam, sesak napas, sianosis, produksi dahak kehijauan atau dahak disertai darah. Durasi 1-3 minggu, mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit khususnya untuk lansia, anak, atau penderita penyakit kronis. Terapi pneumonia yaitu antibiotik untuk bakteri dan jamur. Pencegahan dengan cara berhenti merokok, menghindari kontak dengan orang yang batuk pilek atau flu, dan vaksinasi pneumokokus. Universitas Sumatera Utara

2.4.5. Asma