Sanitasi Lingkungan Pemukiman Padat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Lingkungan dan Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan

Menurut Achmadi 1991 dalam Bapelkes Cikarang 2011, kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatau kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia tinja, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembungan air kotor air limbah, rumah hewan ternak kandang dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.

2.2. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia Chandra, 2007. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata atau abstrak, termasuk manusia lainnya serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi antara elemen-elemen yang ada di alam Slamet, 1994. Sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan Universitas Sumatera Utara dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan Entjang, 2000. Sanitasi merupakan cara untuk mencegah kontak antara manusia daripada bahaya bahan buangan untuk mempromosikan kesehatan. Bahaya ini mungkin bisa terjadi dari segi fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia bagi penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian, bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan, teknologi sederhana contohnya kakus, tangki septik, atau praktek kebersihan pribadi contohnya membasuh tangan dengan sabun Surotinojo, 2009. Saranafasilitas Sanitasi Umum adalah fasilitas Penyehatan Lingkungan Pemukiman PLP yang dapat berupa MCK, jamban Jamak, jamban sekolah termasuk bangunan atas dan bangunan bawah. Sedangkan pekerjaan sanitasi meliputi pembangunan fasilitas; penyediaan air minum, penanganan ke-PLP-an seperti :drainase, air limbah dan persampahan dan perumahan yang sehat Surotinojo, 2009.

2.3. Pengertian MCK KomunalUmum

MCK singkatan dari Mandi, Cuci, Kakus adalah salah satu sarana fasilitas umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk keperluan mandi, mencuci, dan buang air di lokasi permukiman tertentu yang dinilai berpenduduk cukup padat dan tingkat kemampuan ekonomi rendah Pengembangan Prasarana Universitas Sumatera Utara Perdesaan P2D 2002 dalam Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas – Java Reconstruction Fund 2010. MCK komunalumum adalah sarana umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi 300-500 orangHa Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman 2001 dalam Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas – Java Reconstruction Fund 2010.

2.3.1. Jenis MCK KomunalUmum

Jenis MCK Komunal dibagi menjadi 2 dua terkait dengan fungsinya pelayanannya yaitu: Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas – Java Reconstruction Fund, 2010 1. MCK lapangan evakuasipenampungan pengungsi. MCK ini berfungsi untuk melayani para pengungsi yang mengungsi akibat terjadi bencana, sehingga lokasinya harus berada tidak jauh dari lokasi pengungsian dalam radius +- 50 m dari lapangan evakuasi. Bangunan MCK dibuat Typical untuk kebutuhan 50 orang, dengan pertimbangan disediakan lahan untuk portable MCK. 2. MCK untuk penyehatan lingkungan pemukiman. MCK ini berfungsi untuk melayani masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki tempat mandi, cuci dan kakus pribadi, sehingga memiliki kebiasaan yang dianggap kurang sehat dalam melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya. Lokasi MCK jenis ini idealnya harus ditengah para penggunanya pemanfaatnya dengan radius Universitas Sumatera Utara 50 – 100m dari rumah penduduk dan luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha. Disain MCK sangat tekait dengan kebiasaan atau budaya masyarakat setempat sehingga disain tersebut perlu dimusyawarahkan dengan masyarakat pengguna dengan tetap menjaga kaidah kaidah MCK yang sehat.

2.3.2. Komponen MCK Mandi, Cuci, Kakus KomunalUmum

Komponen MCK terdiri dari bilik MCK bilik untuk mandi, cuci dan keperluan buang air besar atau kakus, pengolahan limbah yang terdiri dari tangki septik, anaerobik bafel reaktor, resapan, dan lahan basah buatan. Selain itu, komponen MCK juga terdiri dari sumber air bersih termasuk water toren, dan utilitas pelengkap seperti listrik untuk penerangan dan kebutuhan pompa listrik serta drainase air bekas mandi dan cuci. Pada kondisi tertentu MCK bisa diberi pagar Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas – Java Reconstruction Fund, 2010.

2.3.2.1. BilikRuangan MCK KomunalUmum

Disain bilikruang MCK dilaksanakan dengan mempertimbangkan kebiasaan dan budaya masyarakat penggunanya sehingga perlu dimusyawarahkan. Hal tersebut biasanya terkait dengan antara lain tata letak, pemisahan pengguna laki laki dan perempuan, jenis jamban dan lain lain. Perlu dipertimbangkan disain untuk pengguna yang menggunakan kursi roda defabel Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas – Java Reconstruction Fund, 2010. Untuk kapasitas pelayanan, semua ruangan dalam satu kesatuan dapat menampung pelayanan pada waktu jam-jam paling sibuk dan banyaknya ruangan Universitas Sumatera Utara pada setiap satu kesatuan MCK untuk jumlah pemakai tertentu tercantum dalam tabel dibawah . Tabel 2.1 Jumlah Pengguna MCK dan Banyaknya Bilik yang Diperlukan Jumlah Pemakai Jumlah Bilik Ruangan Mandi Cuci Kakus 10 – 20 2 1 2 21 – 40 2 2 2 41 – 80 2 3 4 81 – 100 2 4 4 101 – 120 4 5 4 121 – 160 4 5 6 161 – 200 4 6 6 Sumber: Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK komunalumum -SNI 03 - 2399 - 2002 Catatan : Jumlah bilik untuk mandi dan kakus bisa digabungkan menjadi satu dan didiskusikan dengan warga pemakai. Tempat cuci dalam kondisi lahan terbatas, dapat ditempatkan di dekat sumur dengan memperhitungkan rembesan air limbah cucian tidak kembali masuk ke sumur. 1. Kamar Mandi Meliputi lantai luasnya minimal 1,2 m2 1,0 m x 1,2 m dan dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 . Pintu, ukuran: lebar 0,6 - 0,8 m dan tinggi minimal 1,8 m, untuk pengguna kursi roda defabel digunakan lebar pintu yang sesuai dengan lebar kursi roda. Bak mandi bak penampung air untuk mandi dilengkapi gayung. Bilik harus diberi atap dan plafond yang bebas dari material asbes Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas – Java Reconstruction Fund, 2008. Universitas Sumatera Utara 2. Sarana Tempat Cuci Luas lantai minimal 2,40 m2 1,20 m x 2,0 m dan dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 . Tempat menggilas pakaian dilakukan dengan jongkok atau berdiri, tinggi tempat menggilas pakaian dengan cara berdiri 0,75 m di atas lantai dengan ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m x 0,80 m Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas – Java Reconstruction Fund, 2008. 3. KakusJamban a. Pengertian Jamban Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit KEPMENKES RI Nomor. 852MENKESSKIX2008. Setiap jamban melayani 6 KK 25 orang dan satu unit MCK Plus++ dapat melayani 100-200 KK. Tipe jamban untuk fasilitas sanitasi MCK Plus++ ini adalah jamban leher angsa Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2010. Jamban dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu : Azwar, 1996 1. Jamban cubluk pit privy adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dekat di bawah tempat injakan, dan atau di bawah bangunan jamban. Jamban model ini ada yang mengandung air berupa sumur-sumur yang banyak ditemui di pedesaan di Indonesia, ataupun yang tidak mengandung air seperti kaleng, tong, lubang tanah yang tidak berair Universitas Sumatera Utara the earth pit privy ataupun lubang bor yang tidak berair the bored-hole latrine. 2. Jamban empang overhung Latrine adalah jamban yang dibangun diatas empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, atau ada yang dikumpulkan memakai saluran khusus yang kemudian diberi pembatas, berupa bambu, kayu dan lain sebagainya yang ditanamkan melingkar di tengah empang, sungai ataupun rawa. 3. Jamban kimia chemical toilet adalah jamban model yang dibangun pada tempat-tempat rekreasi, pada alat transportasi dan lain sebagainya. Pada model ini, tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan sebagai pembersihnya dipakai kertas toilet paper. Ada dua macam jamban kimia, yakni : a Tipe lemari commode type Pada tipe ini terbagi lagi menjadi ruang-ruang kecil, seperti pada lemari. b Tipe tangki tank type Pada tipe ini tidak terdapat pembagian ruangan atau dengan kata lain hanya terdiri dari satu ruang. 4. Jamban dengan “angsa trine” adalah jamban dimana leher lubang closet berbentuk lengkungan; dengan demikian akan selalu terisi air yang penting untuk mencegah bau serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini biasanya dilengkapi dengan lubang atau sumur penampung dan lubang atau sumur rembesan yang disebut septic tank. Universitas Sumatera Utara Jamban model ini adalah yang terbaik, yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan. b. Syarat-Syarat Jamban Menurut Depkes RI 2004 dalam Kesehatan Lingkungan 2012, jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air bersih, 2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus, 3. Cukup luas dan landaimiring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah sekitarnya, 4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya, 5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung dinding kedap air dan berwarna, 6. Cukup penerangan, 7. Lantai kedap air, 8. Ventilasi cukup baik, 9. Tersedia air dan alat pembersih. Menurut Chandra 2007, jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : 1. Faktor hidrobiologi Faktor yang dipengaruhi oleh kedalaman air tanah, arah dan kecepatan aliran tanah, serta lapisan tanah yang berbatu dan berpasir memerlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat. Universitas Sumatera Utara 2. Topografi tanah Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan sudut kemiringan tanah. 3. Metereologi Di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus lebih jauh dari kakus. 4. Jenis mikroorganisme Bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang kering hanya dapat bertahan selama 1 bulan. 5. Kebudayaan Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa dilengkapi dengan dinding sumur. 6. Frekuensi pemompaan Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil untuk keperluan orang banyak, laju aliran air tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi kekosongan. c. Manfaat dan Fungsi Jamban Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu : 1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit, 2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman, Universitas Sumatera Utara 3. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit, 4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

2.3.2.2. Pengolahan Limbah Tangki Septik

Air limbah wastewater adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Sumber asal air limbah berasal dari air limbah rumah tangga, air limbah industri, dan air limbah rembesan serta tambahan Sugiharto, 2008. Air limbah domestik merupakan air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan restauran, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003. Air limbah ini berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus, dan dapur Mukono, 2000. Air limbah domestik mengandung bahan organik tinggi dan bakteri yang berbahaya bagi kehidupan. Apabila meresap ke dalam tanah atau masuk ke dalam sungai, maka unsur tersebut akan mencemari air tanah dan lingkungan. Oleh karena itu, sebelum air limbah dialirkan ke sungai atau meresap ke dalam tanah perlu diolah terlebih dahulu. Lebih kurang 80 dari air yang digunakan oleh manusia untuk aktivitas sehari-hari akan dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor dan tercemar. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan dan keindahan masalah pembuangan air limbah ini perlu mendapat perhatian, baik itu pembuangan air limbah di desa maupun di kota Yuliarsih, 2002.Termasuk di dalamnya limbah cair berupa ekskreta manusia human excreta yang terdiri atas feses dan urine yang merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan Universitas Sumatera Utara dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dibutuhkan tersebut berbentuk tinja dan air seni urine Chandra, 2007. Menurut Chandra 2007, ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, kedua jenis kotoran manusia tersebut dapat menjadi masalah yang sangat penting. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah berjangkit. Bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara tidak baik adalah pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan, dan perkembangbiakan lalat. Sementara itu, penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat keadaan di atas, antara lain, tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta infestasi parasit lain. Selain itu, kotoran dari manusia yang sakit atau sebagai carrier dari suatu penyakit dapat menjadi sumber infeksi. Kotoran tersebut mengandung agens penyakit yang dapat ditularkan pada pejamu baru dengan perantara lalat Chandra, 2007. Adapun tujuan pengaturan pembuangan air limbah ini adalah sebagai berikut Yuliarsih, 2002. 1. Untuk mencegah pengotoran air permukaan, misalnya pencemaran sungai dan danau. 2. Perlindungan terhadap ikan-ikan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup dan berada di dalam air. Universitas Sumatera Utara 3. Perlindungan air dalam tanah, yaitu mencegah perembesan limbah ke dalam tanah. 4. Menghilangkan bibit penyakit dan vektor penyebar penyakit nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain. 5. Menghilangkan dan menghindari terjadinya bau-bauan dan pemandangan yang tidak enak. Untuk menghindari hal-hal tersebut dan demi terciptanya kehidupan masyarakat yang sehat serta lingkungan yang nyaman, diperlukan metode untuk menangani pembuangan air limbah tersebut. Sistem pengelolaan ekskreta manusia dapat dilakukan dalam Khadijah, 2011: 1. Sistem penanganan terpusat off-site, yaitu ekskreta manusia umumnya bersama limbah cair rumah tangga lainnya dialirkan ke dalam bak kontrol, masuk ke jaringan drainase, kemudian ke dalam instalasi pengolahan limbah cair IPLC dan dilepas ke sumber air baku. 2. Sistem penanganan setempat on-site, yaitu hasil buangan dari daerah pemukiman tempat rekreasi perkantoran dialirkan ke tangki septik dan bidang resapan individual atau tangki septik bidang resapan komensal, kemudian diangkut dengan truk tinja, dibawa ke instalasi pengolahan lumpur tinja IPLT. Universitas Sumatera Utara Cara-cara pembuangan air limbah adalah sebagai berikut Yuliarsih, 2002. 1. Dilution dengan pengenceran Yang dimaksud dengan dilution adalah mengencerkan air limbah lebih dulu sebelum dibuang ke badan-badan air, misalnya sungai, danau, dan rawa. 2. Irigasi luas Cara ini pada umumnya digunakan di pedesaan atau di luar kota karena memerlukan tanah yang luas. Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali pada sebidang tanah dan air merembes masuk ke dalam tanah. 3. Septic tank Cara ini merupakan cara terbaik yang dianjurkan oleh WHO, tetapi biayanya mahal. Selain itu juga rumit dan memerlukan tanah yang luas. Septic tank memiliki 4 bagian, yaitu ruang pembusukan, ruang lumpur, dosing chamber, dan bidang resapan. 4. Sistem Riol Yang dimaksud dengan sistem riol adalah cara pembuangan air limbah yang digunakan di kota-kota besar karena sudah direncanakan sesuai dengan pembangunan kota. Semua air buangan dari rumah tangga dan industri dialirkan ke riol. Universitas Sumatera Utara

2.3.2.3. Penyediaan Air Bersih

Tujuan penyediaan air bersih adalah membantu penyediaan yang memenuhi syarat kesehatan dan pengawasan kualitas air bagi seluruh masyarakat baik yang tinggal diperkotaan maupun dipedesaan serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk penyediaan dan pemanfaatan air bersih. Air bersih yang digunakan selain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kehidupan sehari-hari juga harus memenuhi persyaratan kualitas fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Persyaratan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.907 Tahun 2002. Penyediaan air bersih harus memenuhi syarat kesehatan, diantaranya parameter fisik, parameter kimia, parameter biologi, dan parameter radiologi. Air bersih untuk MCK komunal bisa berasal dari sambungan air bersih PDAM Perusahaan Daerah Air Minum, air tanah yaitu sumber air bersih yang berasal dan air tanah, lokasinya minimal 11 m dari sumber pengotoran sumber air bersih. Pengambilan air tanah dapat berupa sumur bor yaitu sekeliling sumur harus terbuat dan bahan kedap air selebar minimal 1,20 m dan pipa selubung sumur harus terbuat dari lantai kedap air sampai kedalaman minimal 2,00 m dari permukaan lantai serta sumur gali yaitu sekeliling sumur harus terbuat dari lantai rapat air selebar minimal 1,20 m dan dindingnya harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan kedap air sampai ketinggian ke atas 0,75 m dan ke bawah minimal 3,00 m dari permukaan lantai. Selain itu air bersih juga bisa berasal dari air hujan dimana bagi daerah yang curah hujannya di atas 1300 mmtahun dapat dibuat bak penampung air hujan serta berasal dari sumber mata air yang dilengkapi dengan bangunan penangkap air. Universitas Sumatera Utara Besarnya kebutuhan air untuk MCK berbeda-beda berdasarkan kegiatannya yakni, minimal 20 Literoranghari untuk mandi, minimal 15 literoranghari untuk cuci, dan minimal 10 literoranghari untuk kakus Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas – Java Reconstruction Fund, 2010.

2.3.2.4. Utilitas Lain-lain

1. Penyaluran Air Bekas Air bekas cuci dan mandi bisa dibuang langsung ke saluran drainase namun jika tidak terdapat saluran drainase yang relatif dekat maka air bekas dialirkan ke tangki septik atau dibuat peresapan tersendiri Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas – Java Reconstruction Fund, 2010. 2. Penyediaan Tenaga Listrik Listrik untuk penggerak pompa air dan penerangan harus diadakan tersendiri bukan tergabung dengan sambungan milik pihak lain untuk menghindarkan kerancuan perhitungan biayanya tergantung kondisi dan didiskusikan dengan warga. Listrik harus berasal dari sumber PLN dan dari golongan tarif sosial agar tidak membebani pengguna yang rata-rata kurang mampu dengan biaya yang dianggap terlalu tinggi Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas – Java Reconstruction Fund, 2010. Universitas Sumatera Utara 2.4. Fasilitas Sanitasi MCK Plus++ Pada dasarnya baik MCK umum dan MCK Plus++ memiliki pengertian yang sama dimana MCK komunalumum adalah sarana umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi 300-500 orangHa Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman 2001 dalam Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas – Java Reconstruction Fund 2010. Ditambahi dengan kata Plus++ adalah karena limbah padat tinja dapat diolah menjadi biogas di lokasi tersebut biodigester dan limbah cairnya diendapkan di settler-settler terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air sehingga ramah lingkungan menurut Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai. Adapun komponen Pengolahan air limbah pada MCK Plus++ menurut Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010 adalah sebagai berikut. 1. Tangki Septik Bersama Air limbah dialirkan melalui pipa ke tangki septik, yang dibangun di bawah tanah. Dalam tangki septik terdapat dua proses pengolahan: pengendapan dan pengapungan. Air limbah yang berada di tengah bagian bersih mengalir keluar. Universitas Sumatera Utara 2. Bio-Digester Menghasilkan biogas, sebagai energi alternatif untuk memasak dan penerangan. Air hasil pengolahan belum efisien tetapi sudah berbau dan tidak terlalu berbahaya. Sesuai untuk limbah WC dan industri tahutempe, RPH dan ternak. 3. Baffled ReaktorTangki Septik Bersusun Terdiri beberapa bak; bak pertama menguraikan zat yang mudah terurai, bak berikutnya menguraikan yang lebih sulit terurai. 4. Anaerobik Filter atau Tangki Septik Bersusun dengan Filter Pengolahan biologis oleh organisme anaerobik di filter batu apung atau bio- ball. 5. Komponen PembuanganPemanfaatan Ulang Dibuang ke Sungai. Air limbah dapat dibuang ke sungai jika air tersebut telah memenuhi beberapa syarat yang ditetapkan. Pengolahan air limbah harus efisien supaya air limbah yang dibuang tidak mencemari badan air sungai. 6. Pengurasan dengan Truk Tinja Jika lumpur tidak diolah setempat, maka harus dikeluarkan dan dibuang dengan bantuan jasa penguras. Truk penguras sebaiknya terletak tidak lebih dari 50 meter untuk menyesuaikan panjang selang penguras = 50 m. Truk penguras dihubungkan ke bak pengolah dengan pipa dan pompa sedot. Harus diperhatikan bahwa pengurasan hanya mengambil lumpur hitam saja. Pengurasan lumpur dengan truk tinja dilakukan setiap 2 tahun untuk kemudian lumpur diolah di Instalasi Pengolah Lumpur Tinja IPLT. Universitas Sumatera Utara

2.4.1. Biogas

Menurut Komunitas Mahasiswa Sentra Energi 2009, biogas merupakan gas campuran metana CH 4 , karbondioksida CO 2 dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian material organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, tumbuhan oleh bakteri pengurai metanogen pada sebuah biodigester. Jadi, untuk menghasilkan biogas, dibutuhkan pembangkit biogas yang disebut biodigester. Menurut IndoEnergi 2012, bahan bakar biogas adalah bahan yang mudah terbakar yang dibakar dengan cara yang sama dengan bahan bakar gas cair LPG, dan karenanya, biogas dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bagi bahan bakar fosil. Biogas digunakan untuk memasak, listrik dan keperluan lain. Menurut Polprasert 1985 dalam El Haq dan Soedjono 2009, kandungan biogas tergantung dari beberapa faktor seperti komposisi limbah yang dipakai sebagai bahan baku, beban organik dari digester, dan waktu serta temperatur dari penguraian secara anaerobik. Walaupun terdapat variasi dalam kandungan biogas, dapat diperkirakan bahwa kandungan biogas berkisar pada nilai-nilai di bawah ini:  Metana CH4 = 55-65  Karbondioksida CO2 = 35-45  Nitrogen N2 = 0-3  Hidrogen H2 = 0-1  Hidrogen Sulfida H2S = 0-1 Universitas Sumatera Utara Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan biogas, yaitu: - Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae - Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio - Kelompok bakteri metana: Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus Bakteri methanogen secara alami dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: air bersih, endapan air laut, sapi, kambing, lumpur sludge kotoran anaerob ataupun TPA Tempat Pembuangan Akhir Komunitas Mahasiswa Sentra Energi, 2009

2.4.2. Biodigester

Reaktor biogas merupakan alat yang kedap udara dengan bagian – bagian pokok terdiri atas pencerna digester, inlet bahan penghasil biogas dan outlet lumpur sisa hasil pencernaan slurry dan pipa penyalur biogas yang telah terbentuk. Ada dua jenis digester yang biasa digunakan dilihat dari sisi konstruksinya, yaitu fixed dome dan floating drum Indartono 2005 dalam El Haq dan Soedjono 2009. MCK Plus++ menggunakan biodigester jenis fixed dome. Digester fixed dome mewakili konstruksi reaktor yang memiliki volume tetap sehingga produksi biogas akan meningkatkan tekanan di dalam reaktor Indartono,2005. Biaya yang dikeluarkan sebagai operasional digester fixed dome ini dapat dikatakan rendah, karena digester dengan tipe seperti ini berupa bangunan permanen tidak berkarat dan dapat bertahan sampai 20 tahun. Bangunan ini biasanya terletak di bawah tanah, Universitas Sumatera Utara sehingga dapat terhindar dari kerusakan fisik. Selain itu proses pembentukan biogas yang terjadi di dalam tanah dapat terhindar dari suhu rendah pada malam hari, sedangkan pada siang hari sinar matahari dapat meningkatkan proses pembentukan biogas. Digester fixed dome terdiri dari bagian pencerna yang berbentuk kubah tertutup. Di dalam digester terdapat ruang penampung gas dan removal tank. Biogas yang telah terbentuk disimpan dalam penampung gas, sedangkan kotoran yang akan digunakan untuk memproduksi biogas dialirkan menuju removal tank. Tekanan gas di dalam digester akan meningkat seiring dengan meningkatnya volume gas di dalam penampung gas. Kelebihan dari reaktor ini adalah :  Biaya perawatan murah.  Umur reaktor lama.  Lebih stabil dan tidak mudah berkarat.  Menghemat tempat karena dibangun dalam tanah sehingga suhu dalam reaktor lebih stabil. Kekurangan dari reaktor ini adalah :  Bila terjadi sedikit kebocoran pada reaktor akan mengakibatkan kehilangan gas yang cukup besar sehingga dibutuhkan pembuat reaktor yang telah terlatih.  Tekanan gas berfluktuasi tergantung dari gas yang dihasilkan.  Suhu dalam reaktor relatif dingin. Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Proses Pembentukan Biogas pada Biodigester

Campuran kotoran dan air yang bercampur dalam inlet atau tangki pencampur mengalir melalui saluran pipa menuju kubah. Campuran tersebut lalu memproduksi gas setelah melalui proses pencernaan di dalam reaktor. Gas methana yang dihasilkan lalu ditampung di dalam ruang penampung gas bagian atas kubah. Gas yang dihasilkan di dalam kubah lalu mengalir ke dapur melalui kran control dan pipa distribusi Biogas Rumah, 2011. Paling tidak ada tiga faktor penting yang memengaruhi proses pembentukan biogas yakni bahan organik masukan CN ratio optimum sekitar 25-30 dan bahan kering sekitar 7-9 ; lingkungan optimal temperature dalam sumur digester stabil pada kisaran 33-38 o C mesofilik dan pH sekitar 6,6-7,6 netral; dan manajemen seperti frekuensi masukan per satuan waktu dan adanya bahan-bahan beracun Stafford et al. 1978 dan Barnett et al. 1978 dalam Wendrawan 2009. Menurut Nagamani dan Ramasamy 1999 dalam El Haq dan Soedjono 2009, tinja manusia dapat menghasilkan 28 Lkg biogas. Dengan 1 m 3 biogas kita dapat menyalakan lampu 60-100 Watt selama 6 jam, 3 kali memasak untuk 5-6 orang, serta setara dengan listrik sebesar 1,25 kWh Gladstone, 2006.

2.4.4. Manfaat Biodigester

Menurut Komunitas Mahasiswa Sentra Energi 2009, beberapa keuntungan yang dimiliki oleh biodigester bagi rumah tangga dan komunitas antara lain: - Mengurangi penggunaan bahan bakar lain minyak tanah, kayu, dsb oleh rumah tangga atau komunitas - Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan Universitas Sumatera Utara - Menjadi metode pengolahan sampah raw waste yang baik dan mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan aliran airsungai - Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah karbodioksida akibat pembakaran bahan bakar minyakkayu bakar - Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang menguntungkan dalam jangka panjang

2.5. Pemukiman Padat

Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dalam Gaffar 2010, disebutkan bahwa permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Berdasarkan PP No. 80 tahun 1999 tentang kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun berdiri sendiri, rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan, keselamatan dan kenyamanan. Pemukiman padat adalah pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan tinggi yaitu 300-500 orangHa. Di dalam program kesehatan lingkungan, suatu pemukimanperumahan sangat berhubungan dengan kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisikebiasaan, suku, geografi, dan kondisi lokal. Selain itu, lingkungan perumahanpemukiman dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut, antara lain fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental, kesejahteraan sosial bagi individu dan keluarganya Mukono, 2000. Universitas Sumatera Utara American Public Health Association menetapkan pedoman sehat atau tidaknya suatu rumah yang disesuaikan dengan situasi serta kondisi masyarakat Indonesia yaitu : 1. Sistem pengadaan air di rumah tersebut baik atau tidak. 2. Fasilitas untuk mandi. 3. Sistem pembuangan air bekas. 4. Fasilitas pembuangan tinja. 5. Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu ruangan kamar. Ukuran yang dianggap sehat ialah jika sekurang-kurangnya tersedia 1,2 meter persegi ruangan untuk satu orang. 6. Jendela atau jalan masuk cahaya serta udara ventilasi. 7. Kekuatan bangunan. Adapun masalah yang dihadapi oleh masyarakat berpenghasilan rendah di pemukiman padat adalah Depkimpraswil 2003 dalam Handayani 2011 : 1. Kelangkaan air bersih dimana air dibeli dengan harga yang mahal untuk mendapatkannya. 2. Air buangan yang langsung dibuang kelingkungan tanpa pengolahan yang memadai sehingga dapat mengakibatkan timbulnya vektor penyakit dan tempat bersarangnya nyamuk. 3. Tidak ada tempat pembuangan tinja manusia yang memadai walaupun ada jumlah sangat terbatas tanpa memperdulikan pengaruh buruk terhadap lingkungan. Universitas Sumatera Utara

2.6. Masyarakat Pesisir Nelayan

Dokumen yang terkait

Keadaan Sanitasi Dasar Pemukiman Tempat Tinggal dan Perilaku Masyarakat Tentang Kesehatan Lingkungan di Kelurahan Serbelawan Simalungun Tahun 2001

1 41 68

Tinjauan Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) di Pondok Pesantren Mitra dl Kabupaten Dati II Aceh Selatan Tahun 1999

0 23 79

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dengan Pemanfaatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) Komunal di Pemukiman Padat Daerah Pesisir Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan Tahun 2011

5 108 123

Pelaksanaan Higiene & Sanitasi Dalam Meningkatkan Tingkat Kunjungan Tamu Di Traveller Suites Hotel Medan

1 43 75

FAKTOR PENYEBAB MASYARAKAT MELAKUKAN MANDI CUCI KAKUS

1 7 16

PEMANFAATAN SUNGAI JAJAR SEBAGAI SARANA MANDI CUCI DAN KAKUS (MCK) Studi Kasus Terhadap Perilaku Masyarakat di Kelurahan Singorejo Kecamatan Demak Kabupaten Demak.

0 1 133

KUESIONER Tingkat Pemanfaatan, Perilaku Pemeliharaan dan Kondisi Fasilitas Sanitasi Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) Plus++ di Kelurahan Semula Jadi dan Kelurahan Beting Kuala Kapias Kota Tanjungbalai Tahun 2013

0 0 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesehatan Lingkungan dan Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan - Tingkat Pemanfaatan, Perilaku Pemeliharaan dan Kondisi Fasilitas Sanitasi Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) Plus++ di Kelurahan Semula Jadi dan Kelurahan Beting Kuala Kap

0 0 36

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Tingkat Pemanfaatan, Perilaku Pemeliharaan dan Kondisi Fasilitas Sanitasi Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) Plus++ di Kelurahan Semula Jadi dan Kelurahan Beting Kuala Kapias Kota Tanjung Balai Tahun 2013

0 0 9

Tingkat Pemanfaatan, Perilaku Pemeliharaan dan Kondisi Fasilitas Sanitasi Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) Plus++ di Kelurahan Semula Jadi dan Kelurahan Beting Kuala Kapias Kota Tanjung Balai Tahun 2013

0 0 16