Visi dan Misi Strategi Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi

Dan para pejabat yang menduduki Departemen Kesehatan ialah: 1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia: dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH 2. Sekretaris Jenderal: dr. Ratna Rosita Hendardji, MPHM 3. Inspektur Jenderal: Drg. H. Naydial Roesdal, M.Sc, PH, FICD 4. Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat BINKESMAS: Dr. Budihardja, DTMH,MPH 5. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik BINA YANMEDIK: dr.Farid Wadjdi Husain, Sp.BK 6. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan P2PL: Dr.Tjandra Yoga Aditama, Sp.PK 7. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan YANFAR ALKES: Dra. Sri Indrawaty, Apt. M.Kes 8. Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan BALITBANGKES: Prof .Dr.dr. Agus Purwadianto, Sp.FK 9. Kepala Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan BADAN PPSDM: dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH 10. Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan: dr. R. Triono Soendoro, Ph.D 11. Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Pembiayaan Dan Pemberdayaan Masyarakat: dr. H. A. Chalik Masulili, MSc 12. Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Dan Desentralisasi: dr. Krishnajaya, MS 13. Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Mediko Legal: Dr. Faiq Bahfen, SH Kementerian Kesehatan RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan fungsi, antara lain: a. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang kesehatan. b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya c. Pengelolaan barang milikkekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya e. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai kewenangan : 1 Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung pembangunan secara makro 2 Penetapan pedoman untuk menetukan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh kabupatenKota di bidang Kesehatan 3 Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan 4 Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesionalahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan 5 Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di bidang kesehatan 6 Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama Negara di bidang kesehatan 7 Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan 8 Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang kesehatan 9 Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan 10 Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan 11 Penyelesaian perselisihan antar Propinsi di bidang kesehatan 12 Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian ibu, bayi, dan anak 13 Penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat 14 Penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan 15 Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan 16 Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan; 17 Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi 18 Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan 19 Surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan penenggulangan wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa 20 Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar sangat essential buffer stock nasional 21 Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu : a penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu b pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan. 32

D. Profil Pusat Promosi Kesehatan Promkes

Departeman Kesehatan mempunyai banyak unit, diantara ialah Pusat Promosi Kesehatan Promkes. Promkes mempunyai kaitan dengan penelitian ini, dimana poster-poster yang diproduksi oleh Depkes semua berpusat di Promkes.

1. Sejarah Pusat Promosi Kesehatan

Istilah Health Promotion Promosi Kesehatan sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, pada waktu diselenggarakan Konferensi International Pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada, pada tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter, yang memuat definisi dan 32 Diakses pada t anggal 27 Juli 2010, dari ht t p: w w w .depkes.co.id prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum bergema. Pada waktu itu, istilah yang ada tetap Penyuluhan Kesehatan, disamping juga populer istilah-istilah lain seperti: KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi, Pemasaran Sosial Social Marketing, Mobilisasi Sosial, dan lain sebagainya. Suatu ketika pada sekitar akhir tahun 1994, Dr. Ilona Kickbush, yang baru saja menjabat sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva, datang ke Indonesia. Sebagai direktur baru ia mengunjungi beberapa negara, termasuk Indonesia. Kebetulan pada waktu itu Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru saja diangkat, yaitu Drs. Dachroni MPH, yang menggantikan Dr. IB Mantra yang purna bakti pensiun. Dengan kedatangan Dr. Kickbush, diadakanlah pertemuan dengan pimpinan Depkes dan pertemuan lainnya baik internal penyuluhan kesehatan maupun external dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI. Bahkan sempat pula mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung, yang diterima dengan baik oleh Ibu Neni Surachni kepala Sub Dinas PKM Jabar waktu itu dan teman-teman lain di Bandung. Dari serangkaian pertemuan itu serta perbincangan selama kunjungan lapangan ke Bandung, kita banyak belajar tentang Health Promotion Promosi Kesehatan. Barangkali karena terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia, ia kemudian menyampaikan usulan agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah Konferensi International Health Promotion yang keempat, yang sebenarnya memang sudah waktunya diselenggarakan. Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes Menteri Kesehatan waktu itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Kickbush itu ditindak lanjuti dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr. Desmond O Byrne, sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konferensi Jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia. Sebagai tuan rumah konferensi internasional tentang promosi kesehatan, seharusnyalah kita sendiri mempunyai kesamaan pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsipnya serta dapat mengembangkannya paling tidak di beberapa daerah sebagai percontohan. Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia tersebut dipacu oleh perkembangan dunia internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di Headquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi Unit Health Promotion. Nama organisasi profesi internasional juga sudah berubah menjadi International Union for Health Promotion and Education IUHPE. Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.

2. Visi dan Misi Promkes:

Adapun visi dan misi dari promkes adalah sebagai berikut: a. Visi Nasional Promosi kesehatan ialah perilaku hidup bersih dan Sehat 2010 atau PHBS 2010, maksudnya adalah keadaan dimana individu - individu dalam rumah tangga keluarga masyarakat