Latar Belakang Rancangan Sistem Kerja Ergonomi Pada Manual Material Handling Di Pencetakan Batu Bata.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia sebagai salah satu bagian dari elemen sistem kerja yang dominan dalam menjalankan proses produksi, terutama kegiatan yang bersifat manual. Kegiatan manual dalam proses produksi membuat manusia bekerja lebih ekstra karena kurangnya bantuan mesin dan peralatan. Salah satu bentuk peranan manusia adalah kegiatan manual material handling untuk mendukung transportasi barang.Penggunaan manual material handling yang dominan bukanlah tanpa sebab, manual material handling memiliki keunggulan dalam hal fleksibelitas yang tinggi dan murah bila dibandingkan dengan alat transportasi lainnya. Kegiatan manual material handling mempunyai faktor beresiko terjadinya MSDsMusculoskeletal Disorders.Gangguan musculoskeletal adalah cedera pada otot, uratsyaraf, urat daging, tulang, persendian tulang, tulang rawan yang disebabkan olehkegiatan kerja Apep dan Syafei, 2002. BLS Bureau Labor Statisticsmelaporkan bahwa angka kecelakaan muskuloskeletal saat pengangkatan bebanmencapai 52 ; kegiatan mendorong atau menarik mencapai 13 ; kegiatanmembawa mencapai 10 ; gerakan berulang mencapai 13 ; dan lain-lainnya mencapai 12. Indah Pratiwi dan Fariza Rafsanjani 2006 meneliti kegiatan manual material handling di gudang BULOG Sub Depot Logistic Wil III Surakarta Pergudangan Beras 305 Grogol, Sukoharjo.Penelitian ini ditujukan untuk Universitas Sumatera Utara menganalisis besar beban yang direkomendasikan RWL Recomended Weight Limit yang seharusnya diangkat oleh para pekerja dan bagaimana pengaruh beban-beban yang diangkat selama ini oleh para pekerja panggul terhadap kondisi keamanan dan keselamatan kerja, berdasarkan criteria LI Lifting Index.Dari perhitungan lifting index disimpulkan bahwa proses manual material handling pada gudang bulog Grogol yang dilakukan beresiko mengakibatkan cedera tulang belakang karena nilai LI 1. Penelitian lain yang membahas tentang keluhan MSDs adalah penelitian yang dilakukan olehMuhammad Yudhi Setiadi 2012 memberikan usulan perancangan alat bantu pemindahan dengan menggunakan metode REBA dan pendekatan biomekanika. Hasil penelitian dari kegiatan pemindahan batako dari stasiun pengeringan tahap pertama menuju ke stasiun penyiraman dan pengeringan tahap kedua yaitu kegiatan tersebut tergolong ke dalam tingkatan risiko sangat tinggi, serta rekomendasi batas berat beban yang seharusnya diangkat oleh operator adalah 6,76 kg dan sedangkan nilai indeks LI diperoleh lebih besar dari 1 LI1 yakni sebesar 3,25. Keadaan tersebut termasuk dalam katagori berbahaya dan dapat menyebabkan risiko MSDs. Permasalahan tersebut dipecahkan dengan alat bantutrolley. Hasil yang di peroleh setelah ada perbaikan yaitu rekomendasi batas berat bebanyang seharusnya diangkat operator menjadi sebesar 25,98 kg dan untuk nilai indeks LI yang diperoleh lebih kecil dari 1LI1 yakni sebesar 0,85, keadaan tersebut di kategorikan aman. UKM.Kilang Nainggolan bergerak dalam bidang pembuatan batu bata yang memiliki 16 karyawan, proses pembuatan batu bata ini terbagi atas 6 stasiun Universitas Sumatera Utara kerja yaitu stasiun pengadukan manual, pengadukan mesin, pencetakan, penjemuran, pembakaran, dan penyimpanan. Proses pencetakan batu bata pada kilang nainggolan dilakukan dua operator, dimana proses pencetakan diawali dengan operator 1 mengambil pallet kosong dari gerobak dan meletakannya ke mesin cetak. Setelah pallet diletakan operator 2 memulai untuk mencetak batu bata dengan cara menarik tuas mesin kekanan kemudian menariknya kebelakang. Batu bata yang telah dicetak akan di taburi serbuk kayupasir diatanya oleh operator 1, kemudian operator 1 dan 2 mengangkat palle batu bata ke gerobak. Kegiatan manual material handling pada proses pencetakan yaitu pengangkatan dan pemindahan batu bata dari mesin cetak ke gerobak dengan memiliki berat beban total 28,8 kg. Berat beban total terdiri dari batu bata dan palet, dimana terdapat 17 batu bata dengan berat total 23,8 kg sedangkan palet memiliki berat 5 kg. Produksi batu bata per hari yaitu 24.000 dengan jumlah jam kerja 8 jamhari. Posisi mengankat beban kedua operator berada pada elbow height. HSE Health Safety Executivemembuat standar beban pengangkatan berdasarkan pada jenis kelamin dan proses pengangkatan. Angkat beban yang baik untuk operator laki-laki pada posisi elbow height adalah 10 kg. Aturan tambahan untuk frekuensi pengangkatan dan penurunan yaitu batas angkat beban dikurangi 30 apabila operasi pengangkatan diulang sekali atau dua kali selama satu menit, dikurangi 50 apabila frekuensi pengangkatan 5-8 kali per menit, dan dikurangi 80 apabila frekuensi pengangkatan lebih dari 12 kali per menit. Pekerjaan dilakukan secara repetitif dengan jam kerja normal 8 jam per hari. Dari hasil pengamatan pendahuluan dengan menyebarkan kusioner SNQ, diperoleh Universitas Sumatera Utara bahwa operator pencetakan batu bata merasakan keluhan sangat sakit sebesar 10,71 operator 1, 21,43 operator 2 dan keluhan sakit sebanyak 21,43 operator 1, 35,71 operator 2. Hal ini mengindikasikan adanya keluhan musculoskeletal yang dirasakan operator. Berdasarkan gambaran kegiatan aktual, terlihat bahwa sistem kerja yang ada di usaha tersebut belum memperhatikan prinsip-prinsip ergonomioleh sebab itu dilakukan pengidentifikasian terhadap resiko gangguan muskuloskeletaldengan menggunakan SNQStandard Nordic Quistionaire,penilaian postur tenaga kerja denganmetodeREBA Rapid Entire Body Assesment yang merupakan metode penilaian postur untuk menilai faktor risiko gangguan tubuh keseluruhan dan untuk menganalisisbesar beban yang direkomendasikan yaitu dengan mengukur RWL Recomended Weight Limit yang seharusnya diangkat oleh para pekerja dan bagaimana pengaruh beban-beban yang diangkat selama ini oleh para pekerja pencetakan batu bata terhadap kondisi keamanan dan keselamatan kerja, berdasarkan criteria LI. Upaya untuk mengendalikanbeban kerja maksimalyang diakibatkan oleh sikap kerja yang bersifat statis dilakukan dengan perbaikan rancangan fasilitas kerja yang sesuai dengan antropometri tenaga kerja. Gambaran diatas menunjukan perlunya dilakukan evaluasi cara kerja operator. Diharapkan dari evaluasi tersebut dapat mengatasi permasalahan yang ada sehingga dapat memperbaiki sistem kerja dan dapat mereduksi keluhan musculoskeletal pada operator di UKM. Kilang Nainggolan.

1.2. Rumusan Masalah