Hak dan kewajiban PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara dengan Rumah sakit Permata Bunda

PIHAK PERTAMA, yang selanjutnya apabila benar sebagai pasien yang menjadi tanggungan PIHAK PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA berkewajiban untuk menerbitkan Surat Jaminan dan dikirim kepada PIHAK KEDUA.

B. Hak dan kewajiban PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara dengan Rumah sakit Permata Bunda

1. Hak dan Kewajiban Pihak Pertama Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian ini PARA PIHAK sepakat bahwa hak dan kewajiban PIHAK PERTAMA adalah sebagai berikut : a. Pasien merupakan tanggung jawab PIHAK PERTAMA berhak atas pelayanan kesehatan yang holistik dan profesional dari PIHAK KEDUA. b. PIHAK PERTAMA wajib menyerahkan surat jaminan perawatan yang sekaligus menjadi Surat jaminan pembayaran pada saat penagihan dari PIHAK KEDUA ke PIHAK PERTAMA. c. PIHAK PERTAMA wajib menyerahkan nama dan contoh tanda tangan pejabat yang berwenang untuk menandatangani surat jaminan perawatan. Apabila terjadi pergantian pejabat maka harus disampaikan sesegera mungkin pada pada PIHAK KEDUA nama dan tanda tangan pejabat baru baru tersebut. d. PIHAK PERTAMA wajib melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA atas biaya Pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 Sembilan perjanjian ini. Universitas Sumatera Utara 2. Hak dan Kewajiban Pihak Kedua Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian ini PARA PIHAK sepakat bahwa hak dan kewajiban PIHAK KEDUA adalah sebagai berikut : a. PIHAK KEDUA wajib memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian. b. PIHAK KEDUA wajib memastikan formulir Laporan Medis Rawat Inap Inpatient Medical Core Record yang disediakan PIHAK PERTAMA sudah dilengkapi sebagaimana mestinya dan dicantumkan secara jelas nama dan tanda tangan dokter yang merawat. c. PIHAK KEDUA berhak menolak penggunaan surat jaminan pada keadaan-keadaan sebagai berikut : 1 Tanda tangan pejabat dan surat jaminan tidak sesuai atau diragukan dengan contoh tanda tangan pejabat PIHAK PERTAMA yang berwenang sesuai lampiran perjanjian ini. 2 PIHAK PERTAMA telah memberitahukan bahwa pasien bukan atau tidak lagi menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA. d. PIHAK KEDUA berhak mendapat pembayaran atas pelayanan kesehatan yang diberikan Kepada pasien sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 Sembilan perjanjian ini. Universitas Sumatera Utara C. Penyelesaian klaim terhadap Rumah Sakit dalam perjanjian pelayanan kesehatan apabila pihak rumah sakit mengalihkan tanggungjawab Suatu perjanjian dibuat untuk dilaksanakan oleh para pihak, yang dimaksud dengan pelaksanaan disini adalah, realisasi atau pemenuhan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak supaya perjanjian itu mencapai tujuannya. Jadi, tujuan suatu perjanjian tidak dapat dicapai tanpa adanya pelaksanaan perjanjian oleh para pihak. Pelaksanaan isi perjanjian bisa dilakukan sendiri oleh debitur, dilakukan dengan bantuan orang lain atau dilakukan oleh pihak ketiga untuk kepentingan dan atas nama debitur. Hal-hal yang wajib dilaksanakan oleh debitur dapat dilihat dari beberapa sumber, yaitu : undang-undang sendiri, akta atau surat perjanjian yang dibuat oleh para pihak dan melihat tujuan streking serta sifat perjanjian yang dibuat. Dalam pelaksanaan perjanjian, masing-masing pihak diharapkan berusaha secara sempurna .dan sukarela melaksanakan isi perjanjian. Pelaksanaan perjanjian yang baik dan sempurna menurut M. Yahya Harahap didasarkan pada kepatutan atau behorlijk, artinya debitur telah melaksanakan kewajibannya menurut yang sepatutnya, serasi dan layak menurut semestinya sesuai dengan ketentuan yang telah mereka setujui bersama. 50 Inti pelaksanaan perjanjian adalah melaksanakan prestasi. Prestasi dalam perjanjian meliputi memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu Pasal 1234 KUH Perdata. Namun demikian adakalanya salah satu pihak 50 M. Yahya Harahap. Segi-Segi Hukutn Perjanjian,: Bandung : Alumni,, 1986, hal. 56-57 Universitas Sumatera Utara ingkar janji atau wanprestasi. Dalam Hukum Perdata, seseorang dianggap melakukan wanprestasi apabila:tidak melakukan prestasi sama sekali, melakukan prestasi yang keliru atau terlambat melakukan prestasi. Setiap wanprestasi yang menimbulkan kerugian, mewajibkan debitur untuk membayar ganti rugi Pasal 1239 KUH Perdata. Dalam hal terjadi wanprestasi, pihak yang dirugikan dapat melakukan gugatan dengan kemungkinan tuntutan dengan cara : peiaksanaan perjanjian meskipun terlambat, penggantian kerugian, peiaksanaan perjanjian dan penggantian kerugian, dan pembatalan perjanjian. Selain karena wanprestasi, pelaksanaan perjanjian juga tidak dapat terwujud karena terjadinya risiko. Menurut Subekti, risiko berarti kewajiban untuk memikul kerugian jika ada suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksud dalam perjanjian. 51 1. Member sesuatu; Prestasi adalah segala sesuatu yang menjadi hak kreditur dan merupakan kewajiban bagi debitur. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi dapat berupa: 2. Berbuat sesuatu; 3. Tidak berbuat sesuatu. Prestasi dari perikatan harus memenuhi syarat: 52 1. Harus diperkenankan, artinya prestasi itu tidak melanggar ketertiban, kesusilaan, dan Undang-undang. 2. Harus tertentu atau dapat ditentukan. 3. Harus memungkinkan untuk dilakukan menurut kemampuan manusia. 51 Subekti, Op.Cit. hal. 147-148 52 Handri Raharjo. Hukum Perjanjian di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009, hal 79 Universitas Sumatera Utara Dalam pelaksanaan perjanjian, dapat terjadi wanprestasi yang berarti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan bersama dalam perjanjian. Wanprestasi adalah suatu keadaan yang menunjukkan debitur tidak berprestasi tidak melaksanakan kewajibannya dan dia dapat dipersalahkan 53 1. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan ataupun karena kelalaian, . Tidak dipenuhinya kesalahan debitur itu dapat terjadi karena dua hal, yaitu: 2. Karena keadaan memaksa force majour, di luar kemampuan debitur. Wanprestasi kelalaian atau kealpaan seorang debitur dapat berupa: 54 1. Debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi, 2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan, 3. Debitur memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya terlambat, 4. Debitur melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Pada kenyataannya, sangat sulit untuk menentukan apakah debitur dikatakan tidak memenuhi perikatan, karena pada saat mengadakan perjanjian pihak-pihak tidak menetukan waktu untuk melakukan suatu prestasi tersebut. Adapun akibat hukum bagi debitur yang lalai atau melakukan wanprestasi, dapat menimbulkan hak bagi kreditur, yaitu 55 1. Menuntut pemenuhan perikatan, : 2. Menuntut pemutusan perikatan atau apabila perikatan tersebut bersifat timbal-balik, menurut pembatalan perikatan, 53 Ibid. hal 79 54 Ibid 55 Ibid Universitas Sumatera Utara 3. Menuntut ganti rugi, 4. Menuntut pemenuhan perikatan dengan disertai ganti rugi, 5. Menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan dengan ganti rugi. Akibat hukum yang timbul dari wanprestasi dapat juga disebabkan karena keadaan memaksa force majour. Keadaan memaksa force majour yaitu salah satu alasan pembenar untuk membebaskan seseorang dari kewajiban untuk mengganti kerugian Pasal 1244 dan Pasal 1445 KUHPerdata. Menurut Undang- undang ada tiga hal yang harus dipenuhi untuk adanya keadaan memaksa, yaitu: 1. Tidak memenuhi prestasi, 2. Ada sebab yang terletak di luar kesehatan debitur, 3. Faktor penyebab itu tidak terduga sebelumnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur. Pasal 1244 KUHPerdata berbunyi: “Jika ada alasan untuk itu, si berhutang harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga, apabila ia tidak dapat membuktikan bahwa hal tidak dilaksanakan atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perjanjian itu, pun tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itupun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.” Untuk dapat mengetahui kapan seseorang harus melakukan prestasi, terlebih dahulu harus diperhatikan bagaimana ketentuan dalam perjanjian yang dianut oleh kedua belah pihak. Apabila perjanjian dibuat di dalamnya ditentukan kapan debitur harus melakukan kewajibannya, maka apabila sampai waktu yang tertera dalam perjanjian itu debitur tidak juga melaksanakannya kewajibannya, maka debitur dalam hal ini telah dapat dikategorikan melakukan wanprestasi. Universitas Sumatera Utara Kalau dalam perjanjian tidak ditentukan kapan debitur harus melakukan perjanjian, maka harus diperhatikan bagaimana ketentuan yang lazim pada masyarakat itu untuk memenuhi prestasinya. Hal ini jelas dikemukakan oleh M.Yahya harahap yang menegaskan, “ukurannya didasarkan pada kepatuan sesuai dengan yang disetujui bersama.” Apakah pelaksanaan perjanjian telah dilakukan dengan selayaknya atau sepatutnya, harus dilihat pada saat sampainya limit waktu perjanjian.kreditur tidak dapat mempersoalkan kekurangan sempurna persiapan pelaksanaan. Cukup atau tidak persiapan semata-mata adalah masalah yang ada pada kekuasaan debitur. Sejak saat itu pelaksanaan perjanjian tanggug jawab ditagih pada debitur, terutama tentang segala kekurangan dari pelaksanaan perjanjian. Semua bentuk kekurangan pelaksanaan perjanjian dalam praktek, baik suatu perjanjian yang ditentukan dengan limit waktu pelaksanaan perjanjian atau tidak, pada umumnya untuk menyerahkan saat mulai berlakunya wanprestasi diawali dengan suatu teguran atau peringatan yang berupa pernyataan bahwa debitur telah lalai melaksanakan prestasi yang telah diperjanjikan. Dengan adanya kewajiban tanpa ada alasan yang memaksa maka debitur sejak saat itu telah dapat dikatakan wanprestasi. Untuk menentukan apakah seseorang telah dirugikan karena adanya wanprestasi. Terlebih dahulu diperhatikan apakah kerugian yang diderita oleh debitur disebabkan oleh wanprestasi yang dilakukan debitur atau tidak, di dasarkan kepada sebab akibat atau adanya causa bertimbal balik. Seorang debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi disebabkan oleh keadaan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Debitur telah memenuhi prestasi sama sekali, artinya debitur tidak memenuhi kewajiban yang telah disanggpinya untuk dipenuhi dalam suatu perjanjian, atau tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan undang- undang dalam perikatan yang timbul oleh karena undang-undang. 2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru, Di sini debitur melaksanakan atau memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru. Di sini debitur melaksanakan atau memenuhi apa-apa yang diperjanjikan atau yang ditentukan oleh undang-undang, tetapi tidak sebagaimana mestinya menurut kwalitas yang ditentukan dalam perjanjian atau menurut kwalitas yang ditetapkan undang-undang. 3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya, Di sini debitur memenuhi prestasi, tetapi terlambat. Waktunya yang ditetapkan dalam perjanjian tidak dipenuhi. 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Sebagaimana kosekwensi logis, apabila debitur tidak memenuhi isi perjanjian, maka kreditur akan dirugikan. Kerugian inilah yang perlu dilihat korelasinya dengan wanprestasi tidak sama dalam setiap perjanjian. Namun secara umum, kerugian yang timbul dari perbuatan yang disebabkan tindakan wanprestasi antara lain adalah kerugian berupa biaya yang dikeluarkn untuk membuat perjanjian, kerugian atas keuntungan yang diharapkan apabila perjanjian tidak dipenuhi dan kerugian atas perkembangannya bunga pinjaman tersebut berupa uang pinjaman terutama dari dunia perbankan yang bunganya tetap naik. Universitas Sumatera Utara Kerugian yang diderita baik biaya untuk melakukan perjanjian, rugi dan bunga harus mempunyai hubungan secara yuridis dengan terjadinya tindakan wanprestasi. Dengan kata lain kreditur harus dapat membuktikan bahwa kerugian yang dideritanya memang benar-benar disebabkan oleh wanprestasi debitur. Apabila debitur dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan disebabkan oleh wanprestasi yang dilakukannya, maka debitur tidak dapat dituntut untuk memenuhi ketentuan membayar ganti rugi sebab kerugian itu bukanlah sebagai akibat wanprestasi yang dilakukannya. Dari penjelasan tersebut di atas, jelaslah bahwa antara kerugian yang timbul dengan perputaran ingkar janji harus sejalan dan timbul balik. Tegasnya harus jelas hubungan kerugian dengan wanprestasi, sebab dapat saja kerugian itu muncul bukan karena wanprestasi, tetapi karena tindakan overmacht atau keadaaan mereka menyebabkan debitur tidak dapat melaksanakan prestasi secara utuh seperti yang disepakati semula. Akibat umum dari timbulnya wanprestasi adalah kreditur yang mengalami kerugian dari keuntungan yang diharapkan, ataupun biayamodal yang dikeluarkan pada saat melakukan perjanjian. Ganti rugi dalam wanprestasi baru berlaku efektif apabila terlebih dahulu telah diterbitkan pernyataan lalai oleh kreditur sebagaimana dimaksudkan pasal 1234 KUH Perdata: Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, berulah mulai diwajibkan apabila sisa berhutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya. Universitas Sumatera Utara Pasal 1366 KUH Perdata menyebutkan: Setiap orang bertanggungjawab tidak hanya kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaiannya atau kurang hati-hatinya. Dalam lalu lintas hukum perdata, khususnya bidang perjanjian, kita dihadapkan kepada suatu keharusan untuk selalu menganggap pihak lain yang melakukan perjanjiantindakan hukum selalu dilandasi dengan itikad baik selama itikad buruknya belum diketahui secara yuridis. Anggapan bahwa semua perjanjian dilakukan dengan itikad baik adalah merupakan suatu kewajiban, sebab itikad atau niad baik itu terletak dalam hati sanubari dari pihak yang melakukan perjanjian. Kalaupun diharuskan untuk menyatakan apakah perjanjian dilakukan dengan itikad baik atau tidak, kepada para pihak yang terkait dalam perjanjian, maka semua orang akan mengatakan ia melakukan perjanjian itu dengan itikad baik, sebab kalau ia mengakui mempunyai itikad tidak baik maka seorangpun yang akan melakukan perbuatan hukum dengannya. Untuk dapat mengetahui apakah seseorang itu melakukan perjanjian dengan itikad baik atau tidak, hanya setelah perjanjian dilakukan dan masa pemenuhan prestasi telah sampai, pihak yang melakukan perjanjian dengan itikad baik akan berusaha. Dari sudut pandang seperti yang telah dikemukakan di atas, ingin ditinjau lebih lanjut peran asas hukum kebebasan berkontrak dalam berbagai kaitan hubungan hukum yang terjadi antara pengusaha dengan konsumen. Salah satu diantaranya adalah hubungan hukum yang terjadi dengan menggunakan perjanjian baku algemene voorwarden atau standard contract. Universitas Sumatera Utara Batasan yang diberikan bermacam-macam diantaranya: Perjanjian dengan syarat-syarat baku adalah syarat-syarat konsep tertulis yang dimuat dalam beberapa perjanjian yang masih akan dibuat, yang jumlahnya tidak tentu, tanpa membicarakan terlebih dahulu. Hubungan yang diwarnai oleh suasana yang terlihat dari batasan perjanjian baku tersebut di atas, perhatikan anak kalimat yang tertulis pada perjanjian tersebut tanpa membicarakan terlebih dahulu kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Perjanjian baku seperti ini sangat banyak dan meluas termasuk dalam dunia usaha. Hampir semua hubungan hukum yang menyangkut barang seakan-akan telah dikuasai oleh bentuk perjanjian ini. Mulai perjanjian jual beli barang-barang yang dibeli secara tunai sampai dengan pembayaran secara kredit. Bila terjadi wanprestasi yaitu penerima fasilitas tidak dapat memenuhi kewajibannya baik sebagian maupun seluruhnya atas perjanjian oleh penerima fasilitas yang telah ditandatangani sewaktu menyetujui segala bentuk dan syarat- syarat yang telah dibuat dan dipersiapkan dengan sedemikian lengkap oleh pengusaha yang menyediakan barang. Apabila pihak Rumah Sakit Permata Bunda gagal dalam operasi, pasien yang ingin berobat keluar negeri harus melapor ke PLN Pusat dengan menjelaskan kegagalan operasi di dalam negeri, pembayaran menggunakan uang pasien terlebih dahulu kemudian diganti oleh pihak PLN hanya 70 tidak termasuk ongkos pesawat, dan apabila ingin dibayarkan 100 oleh pihak PLN mesti ada Universitas Sumatera Utara surat rujukan dari rumah sakit besar yang ada di Kota Medan, karena alasan tidak sanggup menanganin pasien dan dirujuk rumah sakit luar negeri 56 Dikatakan dalam perjanjian tersebut, “Penerima fasilitaspemberi jaminan setuju dan mengikatkan diri kepada pemberi fasilitas danatau kuasanya mengenai terjadinya keadaan wanprestasi yang dengan lewatnya waktu telah cukup Pada prinsipnya terdapat dua jenis kerugian yang menjadi landasan gugatan ganti rugi tersering kepada pemberi layanan jasa, yaitu yang pertama merupakan kerugian sebagai akibat langsung atau setidaknya “proximate cause” dari suatu kelalaian; dan jenis yang kedua adalah kerugian sebagai akibat dari pemberian jasa yang tidak sesuai dengan perjanjian wanprestasi. Dalam kaitannya dengan layanan jasa kedokteran juga dikenal kerugian akibat peristiwa lain, yaitu misalnya kerugian akibat tindakan tanpa persetujuan, kerugian akibat penelantaran, kerugian akibat pembukaan rahasia kedokteran, kerugian akibat penggunaan alat kesehatan atau obat yang efek, dan kerugian akibat tiadanya peringatan pada pemberian jasa yang berbahaya. Di dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran umunya tidak dikenal adanya perjanjian tentang hasil atas pemberian jasa kedokteran perikatan pelayanan kedokteran bukan bersifat resultaatsverbintennis, sehingga kerugian akibat hasil layanan jasa yang tidak sesuai dengan perjanjian wanprestasi pun jarang ditemukan di dalam gugatan sengketa hukum di bidak medik. Demikian pula gugatan ganti rugi akibat peristiwa-peristiwa lain di atas jarang ditemukan dalam prektek sehari-hari. 56 Wawancara dengan Sri Rusmida Assiten Officer adminitrasi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara membuktikan lagi akan tetapi cukup dengan terjadi salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut: pada prinsipnya suatu kerugian adalah sejumlah uang tertentu yang harus diterima oleh pasien sebagai kompensasi agar ia dapat kembali ke keadaan semula seperti sebelum terjadinya sengketa medik. Tetapi hal itu sukar dicapai pada kerugian yang terbentuk kecendraan atau kematian seseorang. Oleh karena itu kerugian tersebut harus dihitung sedemikian rupa sehingga tercapai jumlah yang layak reasonable atau fair. Suatu kecedaraan sukar dihitung dalam bentuk finansial, berapa sebenarnya kerugian yang telah terjadi, apabila diperhitungkan pula tentang fungsi yang hilang atau terlambatdan ada atau tidaknya cedera psikologis Jika pasien mendapatkan kamar rawat inap di kelas 1 satu ingin ke VIP pasien hanya menambah selisih kamar dan selisih honor dokter. 57 1. Segala sengketa atau risiko kerugian lainnya yang timbul akibat hubungan antara penerima Fasilitas dengan penjual selama perjanjian ini berlangsung tidak akan menghalangi pelaksana hak-hak dan kewajiban penerima fasilitas dan pemberi fasilitas sesuai isi perjanjian. Dalam melaksanakan penyelesaian dalam sengketa harus juga diingat bahwa: 2. Penerima fasilitas dengan isi menyatakan persetujuan kepada pemberi Fasilitas untuk mengalihkan atau menjamin semua hak atau piutang yang timbul dari perjanjian yang ini kepada pihak yang lain dengan cara dan bentuk apapun juga baik seluruh maupun sebagian. 57 Wawancara dengan Sri Rusmida Assiten Officer adminitrasi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 3. Jika terdapat lebih dari satu pemberi fasilitas dalam pembiayaan maka: a. Pemberi Fasilitas berhak menunjuk dan dengan ini member kuasa kepada salah satu pemebri fasilitas untuk menandatangi, mengurus serta melaksanakan segala hak kepentingan, tanggung jawab dan kewajiban selaku pemberi fasilitas. b. Pemberi fasilitas berhak atas kredit dan jaminan secara proposal menurut pembiayaan sesuai haknya masing-masing. 4. Segala beban pajak bea materai dan ongkos-ongkos yang timbul berhubungan dengan perjanjian ini sepenuhnya menjadi tanggungan dan dibayar oleh penerima fasilitas. 5. Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian ini kan diatur dan ditetapkan kemudian berdasarkan para pihak. Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian ini, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan dengan cara musyawarah dan kekeluargaan. Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dan kekeluargaan, maka kedua belah pihak sepakat menyelesaikan secara hukum melalui pengadilan negeri dan memilih domisili hukum yang tetap dan tidak berubah, yakni pada kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan. Jika karyawan, pensiuan dan anggota keluarga mau berobat harus membawa surat pengantar atau surat jaminan dari PLN, lagi dari PLN. 58 Pihak Rumah Sakit Permata Bunda Medan dilarang mengalihkan sebagian atau seluruhnya perjanjian ini kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari 58 Wawancara dengan Sri Rusmida Assiten Officer adminitrasi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pihak PLN. Segala risiko dan kecelakaan Malpraktek yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian akibat kelalaian atau kesengajaan pihak Rumah Sakit Permata Bunda Medan dalam pelayanan kesehatan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak Rumah Permata Bunda Medan. Kalau alat operasi rumah sakit tidak ada, maka bisa ke rumah sakit lain tetapi itu atas kesepakatan bersama setelah selesai operasi lalu pasien dikembalikan ke rumah sakit Permata Bunda, pembayaran rumah sakit Permata Bunda yang mengatur rincian pembayaran 59 59 Wawancara dengan Sri Rusmida Assiten Officer adminitrasi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan