Syarat-syarat sahnya perjanjian Perjanjian Pelayanan Kesehatan Antara PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara Dengan Rumah Sakit Permata Bunda Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata

pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat. 12 Perjanjian tertutup, yaitu perjanjian yang dibuat antara pelaku usaha dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepad pihak dan atau pada tempat tertentu. 13 Perjanjian dengan pihak luar negeri, yaitu perjanjian yang dibuat antara pelaku usaha dengan pihak lainnya di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan tidak sehat. Dari berbagai perjanjian yang dipaparkan di atas, menurut Salim H.S, jenis atau pembagian yang paling asasi adalah pembagian berdasarkan namanya, yaitu kontrak nominaat dan innominaat. Dari kedua perjanjian ini maka lahirlah perjanjian-perjanjian jenis lainnya, seperti segi bentuknya, sumbernya, maupun dari aspek hak dan kewajiban. Misalnya, perjanjian jual beli maka lahirlah perjanjian konsensual, obligator dan lain-lain.

D. Syarat-syarat sahnya perjanjian

Pasal 1320 KUHPerdata dinyatakan bahwa syarat sahnya perjanjian adalah: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan Universitas Sumatera Utara 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal Ad.1 Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Syarat yang pertama sahnya kontrak adalah adanya kesepakatan pada para pihak, Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata. Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah penyataannya, karena kehendak itu tidak dapat dilihatdiketahui oleh orang lain. Ada lima cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu dengan: bahasa yang sempurna dan tertulis; a. Bahasa yang sempurna secara lisan; b. Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan. Karena dalam kenyataannya seringkali seseorang menyampaikan dengan bahasa yang tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak lawannya; c. Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya; d. Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan. 29 Pada dasarnya, cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak, yaitu dengan bahasa yang sempurna secara tertulis. Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, di kala timbul sengketa di kemudian hari. 29 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta : Rineka Cipta, 1997, hal. 7. Universitas Sumatera Utara Ad.2 Kecakapan untuk membuat suatu perikatan Maksudnya adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang- orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa. Ukuran kedewasaan adalah telah berumur 21 tahun atau sudah kawin. Orang yang tidak berwenang untuk melakukan perbuatan hukum dinyatakan dalam Pasal 1330 KUH Perdata yaitu : a. Orang-orang yang belum dewasa b. Orang yang ditaruh di bawah pengampuan: c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang- undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Ad.3 Suatu hal tertentu; Ketentuan untuk hal tertentu ini menyangkut objek hukum atau mengenai bendanya. Menurut Pasal 1333 KUHPerdata, suatu hal tertentu artinya barang yang menjadi objek perjanjian paling sedikit harus dapat ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak menjadi soal asalkan dapat ditentukan kemudian. 30 30 Komariah, op.cit, hal. 175 Universitas Sumatera Utara Hal tertentu mengenai objek hukum benda itu oleh pihak-pihak ditegaskan di dalam perjanjian mengenai : 31 1. Jenis barang, 2. Kualitas dan mutu barang, 3. Buatan pabrik dan dari Negara mana, 4. Buatan tahun berapa, 5. Warna barang, 6. Ciri khusus barang tersebut, 7. Jumlah barang, 8. Uraian lebih lanjut mengenai barang itu. Dengan demikian, perjanjian yang objeknya tidak tertentu atau jenisnya tidak tertentu maka dengan sendirinya perjanjian itu tidak sah. Objek atau jenis objek merupakan syarat yang mengikat dalam perjanjian. Ad.4 Suatu sebab yang halal. Sebab atau causa yang dimaksudkan undang-undang adalah isi perjanjian itu sendiri. Jadi sebab atau causa tidak berarti sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian yang dimaksud. 32 Menurut Subekti, “Sebab atau causa harus dibedakan dengan motif atau desakan jiwa yang mendorong seseorang untuk membuat suatu perjanjian”. 33 31 C.S.T Kansil, Op.Cit, hal. 227. 32 Komariah, Op.Cit hal. 175 33 Subekti, Op. Cit Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang Universitas Sumatera Utara oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. Akibat hukum dari perjanjian yang berisi causa yang tidak halal, mengakibatkan perjanjian itu batal demi hukum. Dengan demikian tidak ada dasar untuk membuat pemenuhan perjanjian di muka hakim.

E. Asas-Asas Dalam Perjanjian