Asas-Asas Dalam Perjanjian Perjanjian Pelayanan Kesehatan Antara PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara Dengan Rumah Sakit Permata Bunda Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata

oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. Akibat hukum dari perjanjian yang berisi causa yang tidak halal, mengakibatkan perjanjian itu batal demi hukum. Dengan demikian tidak ada dasar untuk membuat pemenuhan perjanjian di muka hakim.

E. Asas-Asas Dalam Perjanjian

Dalam khasanah hukum perjanjian di kenal beberapa asas yang menjadi dasar para pihak di dalam melakukan tindakan hukum guna melahirkan suatu perjanjian. Asas perjanjian itu harus merupakan suatu kebenaran yang bersifat fundamental, disamping itu asas semestinya tidak dapat ditimpangi, kecuali ada hal-hal yang dianggap luar biasa dan lebih jelas kandungan meteri kebenarannya. 34 34 Chairuman Pasaribu, Suhra Wardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam Jakarta : Sinar Grafika, 1994, hal 68 Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa semua kontrak perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari Pasal ini dapat disimpulkan adanya asas kebebasan berkontrak, akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. Suatu perjanjian tidak diperbolehkan membawa kerugian kepada pihak ketiga. Universitas Sumatera Utara Adapun beberapa asas dalam perjanjian itu antara lain : 35 1. Asas konsensualisme persesuaian kehendak Sejalan dengan arti konsensualisme persesuaian kehendak itu sendiri yang merupakan kesepakatan, maka atas ini menetapkan terjadinya suatu perjanjian setelah tercapainya kata sepakat kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian. 36 2. Asas kebebasan berkontrak Dapat dikatakan bahwa saat terjadinya adalah pada saat dicapainya kata sepakat antara kedua belah pihak. Sejak terjadinya kesepakatan itu, maka saat itu perjanjian menjadi mengikat dan mempunyai kekuatan hukum. Keterangan tentang kata sepakat menjadi asas dalam suatu perjanjian dapat pula dilihat bunyi Pasal 1320 KUH Perdata bahwa untuk sahnya persetujuan-persetujuan diperlukan empat syarat, yang satu diantaranya adalah kata sepakat. Dengan tercapainya kata sepakat, telah menunjukkan pada saat itu suatu perjanjian mulai berlaku dan mengikat para pihak. Menurut asas ini, setiap orang mempunyai kebebasan untuk mengadakan suatu perjanjian yang berisi apa saja dan macam apa saja, asalkan perjanjian itu tidak bertentangan dengan kepatutana, kebiasaan dan Undang-Undang. Asas kebebasan berkontrak ini dapat kita lihat di dalam Pasal 1339 KUH Perdata yang menyebutkan: Persetujuan-persetujuan tidak hanya mengikat unuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang- 35 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perikatan, Bandung : Citra Aditya Bhakti, 1991 hal 71 36 Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang lahir dari Perjanjian Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hal 47 Universitas Sumatera Utara undang. Degnan adanya penyatuan semacam ini sebenarnya kebebasan para pihak di dalam melahirkan suatu perjanjian menjadi tidak bebas lagi. Namun demikian dengan adanya pembatasan ini setiap orang menjadi sadar bahwa perjanjian itu haruslah ditujukan demi untuk kebaikan dan tidak merugikan orang lain. Dalam satu putusannya Mahkamah Agung pernah memperlihatkan bahwa betapa asas kebebasan berkontrak itu harus berpegang pada kepatutan sebagaimana tertuang dalam Putusan Mahkamah Agung No. 935 KPdt1985 dalam kasus sewa beli mobil. Salah satu pertimbangannya, Mahkamah Agung berpendapat isi perjanjian yang melenyapkan hak beli sewa atas barang yang telah dibeli hanya disebabkan keterlambatan atau kesulitan pembayaran angsuran tanpa mempertimbangkan jumlah angsuran yang telah dibayar, sebagai perbuatan yang tidak patut dari segi keadilan dan moral. Dalam perjanjian sewa beli mobil tersebut telah diperjanjikan kemacetan angsuran mengakibatkan penjual sewa mengambil mobil kembali tanpa mengembalikan uang angsuran yang telah diterimanya 37 3. Asas kepribadian . Perjanjian ini merugikan pihak pembeli sewa, karena haknya tidak seimbang. Asas kepribadian ini terdapat di dalam Pasal 1315 KUH Perdata, yang dinyatakan: Pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan dirinya atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri. 37 Ibid. hal 48 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan ketentuan Pasal 1315 KUH Perdata ini, seseorang hanya diperbolehkan mengikatkan dirinya untuk kepentingan dirinya sendiri dalam suatu perjanjian. Pihak ketiga tidak dapat diperjanjikan oleh pihak yang mengadakan perjanjian, karena salah satu syarat sahnya perjanjian harus ada kata sepakat, yang berarti pula bahwa dalam perjanjian itu pihak ketiga hadir untuk memberi kata sepakat. Logikanya, kalau dalam suatu perjanjian ditetapkan suatu janji untuk pihak ketiga, maka akan merugikan pihka ketiga yang tidak tahu apa-apa dan tidak mengikatkan dirinya. 38 Sedangkan asas obligator mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak itu baru dalam taraf menimbulkan hak dan kewajiban saja, Namun demikian Undang-undang memberikan kekecualian terhadap asas ini sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1316 KUH Perdata. Berdasarkan ketentuan pasal ini bahwa pihak yang mengadakan perjanjian, diperbolehkan menetapkan janji untuk pihak ketiga sebagai penanggung akan berbuat sesuatu. Di samping ketiga asas yang telah disebutkan di atas, sebenarnya masih ada lagi beberapa asas pelengkap tersebut mengandung arti bahwa ketentuan undang-undang boleh tidak diikuti apabila pihak-pihak menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari ketentuan undang- undang. Tetapi apabila dalam perjanjian mereka buat tidak ditentukan lain, maka berlakulah ketentuan Undang-undang. Asas ini pada pokoknya hanya mengenai hak dan kewajiban para pihak. 38 Ibid. hal 50 Universitas Sumatera Utara belum memindahkan hak milik. Hak milik baru berpindah apabila dilakukan dengan perjanjian yang bersifat kebendaan zakelijke overeenkomsi yaitu melalui penyerahan livering. 39 a. Sepakatnya mereka mengikatkan diri. Di samping asas-asas yang telah disebutkan di atas kiranya juga perlu diperhatikan syarat-syarat sahnya perjanjian. Hal ini dianggap penting, sebab suatu perjanjian yang dilahirkan tanpa melihat kepada syarat-syarat ini maka perjanjian yang dibuat itu kan menjadi bakal karenanya. Adapun mengenai syarat- syarat sahnya perjanjian ini adalah sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat-syarat yakni: b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. c. Suatu hal tertentu d. Suatu sebab yang halal Kesepakatan para pihak di dalam perjanjian dikenal dengan asas konsesualisme sebagaimana telah dijelaskan di atas. Menurut R. Subekti asas konsensualisme ini menunjukkan syarat mutlak bagi hukum perjanjian yang modern untuk tercipatanya kepastian hukum. Adapun yang dimaksud dengan asas konsensualisme adalah suatu perjanjian telah lahir pada saat terjadinya kesepakatan para pihak. Persesuaian kehendak ini dapat dinyatakan dengan lisan, tulisansurat dan lain-lain. 40 39 Subekti, Jaminan Untuk Pemberian Perjanjian Menurut Hukum Indonesia Bandung : Citra Aditya Bhakti, 1999, hal 61 40 Ibid. hal 6 Universitas Sumatera Utara Perjanjian berakhir karena : a. Ditentukan oleh para pihak berlaku untuk waktu tertentu; b. Undang-undang menentukan batas berlakunya perjanjian; c. Para pihak atau undang-undang menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu maka persetujuan akan hapus; Peristiwa tertentu yang dimaksud adalah keadaan memaksa overmacht yang diatur dalam Pasal 1244 dan 1245 KUH Perdata. Keadaan memaksa adalah suatu keadaan dimana debitur tidak dapat melakukan prestasinya kepada kreditur yang disebabkan adanya kejadian yang berada di luar kekuasaannya, misalnya karena adanya kejadian yang berada di luar kekuasannya, misalnya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu : a. Keadaan memaksa absolute adalah suatu keadaan di mana debitur sama sekali tidak dapat memenuhi perutangannya kepada kreditur, oleh karena adanya gempa bumi, banjir bandang, dan adanya lahar force majeur. Akibat keadaan memaksa absolute force majeur : b. Debitur tidak perlu membayar ganti rugi Pasal 1244 KUH Perdata; kreditur tidak berhak atas pemenuhan prestasi, tetapi sekaligus demi hukum bebas dari kewajibannya untuk menyerahkan kontra prestasi, kecuali untuk yang disebut dalam Pasal 1460 KUH Perdata. c. Keadaan memaksa yang relatif adalah suatu keadaan yang menyebabkan debitur masih mungkin untuk melaksanakan prestasinya, tetapi pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan dengan memberikan korban besar yang tidak seimbang atau menggunakan kekuatan jiwa yang di luar kemampuan Universitas Sumatera Utara manusia atau kemungkinan tertimpah bahaya kerugian yang sangat besar. Keadaan memaksa ini tidak mengakibatkan beban resiko apapun, hanya masalah waktu pelaksanaan hak dan kewajiban kreditur dan debitur. d. Pernyataan menghentikan persetujuan opzegging yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu pihak pada perjanjian yang bersifat sementara misalnya perjanjian kerja; e. Putusan hakim; f. Tujuan perjanjian telah tercapai; g. Dengan persetujuan para pihak herroeping 41 41 Ibid. hal 29 Universitas Sumatera Utara BAB III PERJANJIAN LAYANAN KESEHATAN ANTARA PT. PLN PERSERO WILAYAH SUMATERA UTARA DENGAN RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA MEDAN A. Pengaturan Pemberian Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara kepada Pegawai, Pensiunan dan Anggota Keluarganya. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan pegawai beserta keluarganya dilingkungan PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara. Pemberian fasilitas kesehatan ini telah diatur dalam Keputusan Direksi No. 029-3.SKU432DIR2011 tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Pegawai dan atau pensiunan beserta keluarganya lampiran 1 Dari hasil penelitian pada PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara di bagian bidang SDM dan Administrasi bahwa yang berhak untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan adalah pegawai dan anggota keluarga yang terdaftar dan diakui perseroan yaitu istri dan anak paling banyak 3 tiga orang bagi anak ditentukan batas usianya untuk bisa mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu usia 25 tahun dan tidakbelum pernah kawin, tidak mempunyai penghasilan sendiri dan masih menjadi tanggungan pegawai. Yang berhak pemeliharaan kesehatan : 1. Pegawai 2. Keluarga Pegawai yang telah terdaftar dan diakui Perseroan ; Universitas Sumatera Utara a. Seorang isteri dan b. Anak paling banyak 3 orang Sarana pelayanan pemeliharaan kesehatan yang ada di PT.PLN : 1. Dokter 2. Rumah Sakit 3. Apotik 4. Laboratorium dan sarana tempat pemeriksaan penunjang lainnya. Jenis pelayanan pemeliharaan kesehatan yang ditanggung oleh Perseroan antara lain : a. Rawat jalan b. Rumah Inap c. Pemeriksaan kehamilan d. Pertolongan persalinan sd. Anak ke 3 Pemeriksaan penunjangpemeriksaan khusus untuk peneguhan diagnosa.Pelayanan pemeliharaan meliputi : a. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum atau dokter gigi b. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis, tidak termasuk perawatan wajah dan kecantikan skin care c. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit, tidak termasuk bedah plastik kosmetik kecuali akibat kecelakaan kerja d. Pertolongan persalinan atau gugur kandung berdasarkan indikasi medis e. Pelayanan keluarga Berencana, bedah minor khitan dan imunisasi Universitas Sumatera Utara f. Alat-alat rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi alat tubuh seoptimal mungkin termasuk kaca mata hanya bagi Pegawai upaya peningkatan kesehatan Pegawai yang diselenggarakan oleh perseroan secara masal g. Obat yang diperlukan sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas. Dalam Pasal 15 perjanjian kerja sama antara PLN dengan Rumah Sakit Permata Bunda dinyatakan antara lain : a. Perjanjian kerja sama ini berlaku terhitung 01 April 2013 sampai dengan 31 Desember 2013. b. Apabila para pihak ingin memperpanjang kembali perjanjian ini, maka salah satu pihak wajib memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari kalender sebelum perjanjian ini berakhir. c. Dalam hal ini para pihak bermaksud memperpanjang masa berlaku perjanjian sebagaimana dimaksud ayat 2 perjanjian ini, maka perpanjangan masa berlaku perjanjian akan dituangkan dalam bentuk amandemenaddendum yang tidak terpisahkan dari perjanjian induknya.

B. Pengertian layanan dan pelayanan kesehatan,