Di Amerika berdasarkan National Nasocomial Infectius Surveilance System tahun 2004 diperoleh bahwa ESBL K.pneumonia meningkat 43 tahun 2003 dibandingkan dengan tahun
1998-2002, sedangkan ESBL E.coli tidak mengalami perubahan dan angka kejadian di ICU lebih tinggi dibandingkan non-ICU. Dari hasil penelitian Meropenem Yearly Susceptibility Test
Information Collection MYSTIC tahun 2008 melibatkan 12 negara, diperoleh kejadia ESBL E.coli 1,5 sedangkan ESBL K.pneumonia 2,4-4,4 sedangakan total kejadian ESBL secara
keseluruhan 5,6.
5,15
Di Eropa, banyak Negara di Eropa yang mengalami outbreak ESBL. Isolat pertama ESBL dijumpai di Jerman, namun Outbreak pertama terjadi di Francis, dimana dari 50 pasien
yang terkena ESBL di ICU, menyebarkan ke hampir seluruh ruang rawat lainnya. Kejadian di Eropa bervariasi mulai dari 3 di Swedia sampai 34 di Portugal.
16
Di Amerika Selatan merupakan daerah tertinggi infeksi ESBL dengan predominan jenis CTX-M dengan range kejadian 45-51 untuk ESBL K.pneumonia dan 8,5-18 ESBL
E.coli.
15
Di Asia, Cina merupakan daerah pertama yang dijumpai ESBL dengan angka kejadian ESBL E.Coli 13-15.
15
Hasil penelitian Paterson et al memperoleh kejadian ESBL di Thailand, Taiwan, Philipina dan Indonesia berkisar 12-24.
1
Laporan kesehatan Malaysia menyatakan prevalensi ESBL E.coli di Malaysia dan singapura 5,6 dan Indoneisa 23 sedangkan ESBL
K.pneumoniae di Malaysia dan singapura 38 dan Indoneisa 33,3. Hasil penelitian di Medan diperoleh kejadian ESBL E.coli 18,7 dari 282 sampel urin
yang diperiksa.
7
Dari data di bagian Mikrobiologi RS H Adam Malik medan dijumpai kejadian infeksi ESBL yang cukup tinggi. Pada tahun 2012 kejadian ESBL 16,9 12 ESBL
K.pneumonia dan 4,9 ESBL E.coli meningkat menjadi 19,51 12,24 ESBL K.pneumonia dan 7,17 ESBL E.coli pada tahum 2013. Disamping itu, dari data tahun 2013 diketahui
bahwa 67,81 isolat K.pneumonia yang dijumpai merupakan ESBK K.pneumonia dan 61,83 isolat E.coli merupakan ESBL E.coli.
2.3 Mekanisme Resistensi pada Bakteri ESBL
Bakteri yang menghasilkan enzim untuk mengatasi kerja dari antibiotik betalaktam disebut dengan enzim
β Lactamase. Enzim β Lactamase dapat merusak cincin β laktam dari penisilin dengan hidrolisis, dan tanpa cincin β laktam, penisilin menjadi tidak efektif melawan
Universitas Sumatera Utara
bakteri gambar 2.1.
17
Enzim β Lactamase disekresikan ke rongga peri plasma oleh bakteri gram
negatif dan ke cairan ektra seluler pada bakteri gram positif. Variant enzim β Lactamase cukup
banyak, mulai dari TEM, SHV, CTM-X dan lainnya semua bakteri penghasil enzim ini disebut bakteri ESBL.
18
Sehingga bakteri tetap dapat membentuk dinding sel bahkan ketika diberikan antibiotik betalaktam.
Enzim ESBL mempunyai kemampuan yang bervariasi terhadap berbagai substrat β- laktam. Enzim-enzim ini juga sensitif terhadap inhibitor-inibitor betalaktamase, seperti
klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam. Enzim ESBL ini umumnya ditemukan pada bakteri gram negatif, terutama Klebsiella pneumonia, Klebsiella oxytoca, dan Eschericia coli. Tetapi dapat
juga ditemukan pada Acinetobacter, Burkhlorderia, Citobacter, Enterobacter, Morganella, Proteus, Pseudomonas, Salmonella, dan Seratia spp.
12
Gambar 2.1. Mekanisme resistensi terhadap betalaktam. Dikutip dari: John Wiley sons, Inc, Bacterial Drug Resistance, 2004.
2.4 Faktor resiko Infeksi Bakteri ESBL
Banyak peneliti mencoba mencari faktor resiko terhadap kejadian ESBL sehingga dapat menduga adanya infeksi ESBL pada seseorang. Penelitian oleh Rishi et la, memperoleh faktor
resiko kejadian ESBL yaitu adanya infeksi saluran kemih yang berulang, penggunaan antibiotik sebelumnya, diabetes mellitus, penggunaan kateter ataupun alat lain di saluran kemih, jenis
kelamin wanita dan usia lebih dari 65 tahun.
15
Ikeda et al mencoba mencari faktor resiko berupa pemeriksaa labolatorium dasar seperti hemoglobin, leukosit, CRP dan lainnya diperoleh bahwa albumin dan limfosit yang rendahlah
berhubungan dengan kejadian ESBL pada pasien dengan infeksi.
19
Selain hal diatas ada beberapa
Universitas Sumatera Utara
faktor resiko lain seperti; usia tua, lamanya rawatan, lamanya sakit, lama rawatan ICU, adanya tindakan invasif, penggunaan ventilator, penggunaan kateter urin, penggunaan nagogastric tube,
hemodialisis, status nutrisi yang buruk, penggunaan antibiotik sebelumnya, penggunaan thermometer ataupun gel ultrasonografi yang terkontaminasi pasien lain ataupun tangan pekerja
kesehatan.
2
Beberapa Faktor- faktor risiko untuk terinfeksi bakteri yang menghasilkan ESBL dapat dilihat tertera pada tabel berikut;
Tabel 2.2. Faktor resiko infeksi ESBL
Dikutip dari : Rupp ME et al. Drugs, 2003
2.5 Italian Score