Kompensasi manajemen dengan manajemen laba

commit to user 32 ini menemukan bahwa: manajemen laba yang diproksikan dengan earning smoothing yang meningkat berhubungan dengan dilakukannya tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan yang mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahan cenderung tidak melakukan earning smoothing , hal ini juga terjadi pada earning agresiveness .Pola ini lebih banyak terjadi pada negara yang memiliki hukum yang kuat. Atas dasar penelitian terdahulu, semakin tinggi perusahaan menerapkan tanggung jawab sosial sesuai standar pada perusahaannya, maka akan dapat mengurangi terjadinya manajemen laba. Karena laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen dan dibaca oleh banyak stakeholder , maka manajemen dituntut untuk membuat laporan secara jujur. Tanggung jawab sosial perusahaan melibatkan banyak stakeholder, tanggung jawab sosial perusahaan disini berperan sebagai alat kontrol untuk pihak manajemen agar tidak melakukan manajemen laba yang merugikan pihak stakeholder . Dari paparan tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini: H 1 = Tanggung Jawab Sosial Perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan publik di Indonesia

2. Kompensasi manajemen dengan manajemen laba

Johnson 2007 menguji apakah eksekutif akan melakukan fraud jika muncul insentif finansial yang besar. Penelitian ini menemukan bahwa kontrak bonus dapat menimbulkan pengeluaran tidak terduga yang dapat merugikan commit to user 33 kesejahteraan shareholder , Pemberian insentif berupa saham atau option dapat mengurangi kemungkinan fraud yang dilakukan oleh manajer atau eksekutif. Arya et al . 1997 merancang model dua periode dengan satu pemilik dan dua manajer yang risk averse. Usaha manajer setiap periode menghasilkan hasil bersama dan bisa diamati. Pemilik tidak dapat mengawasi usaha manjer tetapi setiap manajer mengetahui setiap usaha yang lainnya saling mengetahui. Satu cara untuk memotivasi manajer untuk bekerja keras adalah dengan menawarkan kepada mereka suatu kontrak yang sama dalam setiap periode. Dalam penelitian Arya et al . 1997 tersebut menunjukkan bahwa pemilik dapat memberikan kontrak yang lebih efesien melalui eksploitasi kemampuan setiap manajer untuk saling dapat mengamati usaha satu dengan lainnya. Eksploitasi kemampuan manajer-manajer untuk saling memonitor satu dengan lainnya dapat mengurangi biaya keagenan dari moral hazard . Model yang diusulkan menyarankan bahwa suatu kontrak insentif untuk manajer tingkat bawah masih diperlukan. Bergstresser 2006 menguji hubungan antara manajemen laba dan CEO insentif dengan menggunakan pendekatan discretionary accruals model jones. Penelitian tersebut menguji hubungan antara insentif financial CEO dan manajemen laba selama periode 1990-an dan menguji apakah CEO dan insiders lain menjual saham dan mengambil opsi pada periode dimana akrual tinggi. Dari hasil pengujian terhadap hipotesis pertama, dapat disimpulkan bahwa akrual lebih aktif digunakan pada perusahaan dengan kompensasi CEO yang lebih sensitif terhadap harga saham. commit to user 34 Cheng et al . 2005 menunjukkan bahwa manajer dengan insentif ekuitas yang tinggi lebih mungkin untuk meratakan laba. Hasil lain yang ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa manajer dengan insentif ekuitas yang persisten lebih mungkin meratakan laba dan bahwa CEOs dengan insentif ekuitas yang tinggi mengakui abnormal accrual yang meningkatkan laba lebih banyak daripada CEOs dengan insentif ekuitas yang rendah. Penelitian tersebut menggunakan sampel awal meliputi semua perusahaan yang data tentang kepemilikan dan kompensasi yang berdasarkan saham tersedia pada data base the Standard Poor’s Execucomp untuk periode 1993-2000. Shuto 2007 menguji hubungan antara pemilihan diskresionary akrual dan kompensasi eksekutif di jepang Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan meningkatkan diskresionary akrual kompensasi eksekutif, Manajer yang tidak mendapatkan bonus cenderung melakukan decreasing income dengan menggunakan metode Big Bath . Metode kontrak bonus pada perusahaan di jepang tidak sepenuhnya mengalami inefisiensi. Apabila dibuat kontrak yang tepat maka masing-masing pihak akan tercapai tujuan bersama. Jones 2008 menguji pengaruh kompensasi eksekutif dan manajemen laba yang mungkin terjadi dalam timbulnya perkara hukum shareholder dan hasil yang didapat intensitas option manajemen dan manajemen laba berpengaruh terhadap probabilitas perkara yang muncul, intensitas option yang tinggi akan meningkatkan probabilitas dari tingkat penyelesaian perkara. Laux 2009 menganalisa strategi dewan direksi untuk mengatur insentif yang harus dibayarkan terhadap CEO dan pengaruhnya terhadap manajemen laba. commit to user 35 Penelitian ini menemukan bahwa, hasil pengujian menunjukkan peningkatan insentif modal CEO tidak berdampak pada meningkatnya manemen laba karena direktur melakukan upaya penyesuaian terhadap kesalahan dalam merespon perubahan insentif untuk CEO. Jika pertanggung jawaban komisaris dalam menentukan gaji untuk CEO dan monitoring dilakukan secara terpisah dengan membentuk suatu komite, kemudian kompensasi untuk komite dalam bentuk saham akan meningkat sesuai dengan kompensasi untuk CEO, peningkatan biaya yang disebabkan karena kesalahan ditanggung oleh komite audit. Atas dasar penelitian terdahulu, semakin tinggi perusahaan memberikan kompensasi terhadap manajemen yang berprestasi, maka semakin sedikit tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen pada perusahaannya. Seorang manajer yang sudah terpenuhi kebutuhannya melalui kompensasi yang diberikan oleh perusahaan terhadap manajer tersebut akan mampu menekan perilakunya untuk tidak melakukan manajemen laba yang hanya menguntungkan dirinya sendiri. Kompensasi mampu memberikan motivasi kepada manajemen untuk melaporkan labanya secara jujur. Dari paparan tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini: H 2 = Kompensasi manajemen berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan publik di Indonesia. commit to user 36

C. KERANGKA PEMIKIRAN