RISSA MARINA WIDODO S4310027
commit to user
i
PENGARUH TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI MANAJEMEN TERHADAP MANAJEMEN LABA
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat GunaMencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
RISSA MARINA WIDODO
NIM: S4310027
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
(2)
commit to user
ii
PENGARUH TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI MANAJEMEN TERHADAP MANAJEMEN LABA
Disusun Oleh:
RISSA MARINA WIDODO NIM: S4310027
Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal: (25 April 2012)
Mengetahui:
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Dr. Payamta, M.Si, Ak. NIP. 196609251992031002
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof.Dr. Rahmawati. M.Si., Ak Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak
(3)
commit to user
iii
PENGARUH TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI MANAJEMEN TERHADAP MANAJEMEN LABA
Disusun Oleh:
RISSA MARINA WIDODO NIM: S4310027
Telah disetujui Tim penguji Pada tanggal: (...)
Ketua : Sekretaris :
Anggota : Prof.Dr. Rahmawati. M.Si., Ak : Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak
Mengetahui:
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Prof.Dr.Ahmad Yunus, M.Sc.,Ph.D Dr. Payamta, M.Si, Ak.
(4)
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Rissa Marina Widodo
NIM : S4310027
Program Studi : Magister Akuntansi Konsentrasi : Akuntansi Keuangan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan dan kompensasi manajemen terhadap manajemen laba” Adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesis tersebut.
Surakarta, Juni 2012 Yang menyatakan,
(5)
commit to user
v
PERSEMBAHAN
I dedicate this research for
”My Lovely Family”
Thank’s Allah to give me a lovable family
&
Aku bangga pernah menjadi bagian dari....
Almamater-ku
“Tesisku memang tak sempurna
(6)
commit to user
vi MOTTO
Ilmu amaliah, amal ilmiah (Al-Qur’an)
*”Nyari bahan materi tesis itu kayak nyari gebetan, kalau mau dapet yang bagus mesti banyak-banyak gaul.”
*”mahasiswa gagal itu bukan yang berkali-kali revisi, tapi mahasiswa gagal itu adalah mahasiswa yang menyerah padahal baru 1 kali revisi.”
*Mau jadi kupu-kupu harus jadi ulet dulu.. Gak ada pelangi kalau gak hujan...
Kesimpulannya ‘SEMUA BUTUH PROSES cuyy!!!”
*“Apapun yang susah, bakalan jadi cerita bagus buat anak-anak kita, yang gampang-gapang Cuma akan menjadi cerita yang membosankan”
*”Jadilah pemenang!!! kalo gak bisa, pura-pura menang aja” J
*Wisuda itu kayak jodoh, gak akan kemana. Dan Wisuda tidak perlu tepat waktu, tapi wisudalah pada waktu yang tepat
(7)
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini sebagai tugas akhir untuk melengkapi syarat-syarat guna mencapai gelar Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, penulis berusaha semaksimal mungkin agar tesis ini bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca. Penulisan tesis ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah S.W.T. yang selalu ada disisi penulis dalam suka maupun duka.
2. Prof.Dr.Ravik Karsidi, M.Si., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof.Dr.Ir.Ahmad Yunus, M.Si., selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
(8)
commit to user
viii
5. Dr.Payamta, M.Si., Ak., CPA., selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Prof.Dr. Rahmawati. M.Si., Ak selaku dosen pembimbing pertama dan yang telah mengikhlaskan serta membagi waktu, ilmu, ide dan tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini
7. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak selaku dosen pembimbing kedua dan yang telah mengikhlaskan serta membagi waktu, ilmu, ide dan tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini.
8. Staff Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Teman-teman MAKSI Universitas Sebelas Maret Surakarta. J
10.Teman- teman Ppak Universitas Sebelas Maret Surakarta. J
11.Spesial buat calon suamiku kelak. ♥
12.Serta semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kritik, saran serta masukan senantiasa penulis harapkan untuk kemajuan bersama. Terima kasih.
Surakarta, Juni 2012
(9)
commit to user
ix DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
HALAMAN MOTTO v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
ABSTRAK xiv
ABSTRACT xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 11
C. Tujuan Penelitian 12
D. Manfaat Penelitian 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 14
(10)
commit to user
x
Halaman
1. Agensi Teori 14
2. Manajemen Laba 15
a. Pengertian manajemen laba
b. Faktor- faktor pendorong terjadinya manajemen laba c. Pola dalam manajemen laba
15 16 19 3. Tanggung Jawab Sosial Perusahan 20
4. Kompensasi Manajemen 27
B. Penelitian Terdahulu Dan Pengembangan Hipotesis 30 1. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan
manajemen laba 30
2. Pengungkapan kompensasi manajemen dengan manajemen laba
32
C. Kerangka Pemikiran 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A. Desain Penelitian 35
B. Populasi, Sampel Dan Tekhnik Sampel 35 C. Sumber Data Dan Metode Pengumpulan Data 37
D. Definisi Dan Pengukuran Variabel 38
1. Variabel Independen (variabel bebas) 38 2. Variabel Dependen (variabel terikat) 41
3. Variabel Kontrol 43
(11)
commit to user
xi
Halaman 1. Statistik Deskriptif
2. Uji Asumsi Klasik
47 47
3. Pengujian Hipotesis 50
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 53
A. Hasil Pengumpulan Data 53
B. Analisis Data 54
1. Statistik deskriptif 55
2. Uji asumsi klasik 57
3. Pengujian hipotesis 62
C. Pembahasan 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 73
A. Kesimpulan 73
B. Keterbatasan 74
C. Saran 74
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Sampel Penelitian 50
Tabel 2. Hasil Uji Statistik Deskriptif 51
Tabel 3. Uji Normalitas Data Sebelum Outlier Data 54 Tabel 4. Uji Normalitas Data Setelah Outlier data 55
Tabel 5. Hasil Uji Multikolonieritas 56
Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi 57
Tabel 7. Hasil Uji Heterokesdatisitas 58
Tabel 8. Uji Signifikansi –f 59
Tabel 9. Uji Koefisien Regresi Parsial 61
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nama Perusahaan Sampel
Lampiran 2. Daftar Ceklist Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Lampiran 3. Hasil Data Mentah
Lampiran 4. Hasil Out Put Data Manajemen Laba Lampiran 5. Hasil Out Put Data Sebelum Outlier Lampiran 6. Hasil Out Put Data Setelah Outlier
(15)
commit to user ABSTRAKSI
RISSA MARINA WIDODO S4310027
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris terkait Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Kompensasi Manajemen terhadap Manajemen Laba. Dengan menambahkan variabel size, leverage, ROA dan growth sebagai variabel kontrol.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan random sa mpling. Teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik, yaitu: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian membuktikan bahwa: variabel independen dalam penelitian baik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, kompensasi serta variabel kontrol yang terdiri dari size berpengaruh terhadap manajemen laba yang terbukti dengan nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi 1%. Sedangkan variabel kontrol lainnya yaitu leverage berpengaruh terhadap manajemen laba yang terbukti dengan nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%. Nilai sig. untuk variabel Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, variabel kompensasi, variabel size adalah 0,000. Untuk variabel leverage memiliki nilai signifikansi sebesar 0,048. Variabel kontrol ROA berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba yang terbukti dengan nilai probabilitas ROA lebih kecil dari tingkat signifikansi 10% yaitu 0,053. nilai signifikansi variabel growth sebesar 0,451 yang lebih besar dari tingkat signifikansi penelitian 1%, 5%, maupun 10% sehingga growth tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Kata kunci: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Kompensasi Manajemen, Manajemen Laba, Size, Laverage, ROA, Growth.
(16)
commit to user ABSTRACT
RISSA MARINA WIDODO S4310027
This study aims to obtain empirical evidence related to Corporate Social Responsibility and Management Compensation on Earnings Management. By adding a variable size, leverage, ROA and growth as control variables.
This study population is a public company listed on the Indonesia Stock Exchange. Determination of the sample in this study carried out by using the method of purposive sampling and random sampling. Techniques of da ta analysis using classical test assumptions, namely: a test of normality, multicollinearity test, autocorrelation test, and test heteroscedasticity. Testing hypotheses using multiple regression analysis.
The results show that: the independent variable in either study Corporate Social Responsibility, compensation and control variables consisting of the size effect on earnings management that is proven with probability values less than 1% significance level. While the other control variables are leverage effect on earnings management that is proven with probability values less than 5% significance level. Value sig. for Corporate Social Responsibility variable, variable compensation, variable size is 0.000. To leverage variables have a significance value of 0.048. ROA control variable significant effect on earnings management that is proven by the probability of ROA is less than 10% significance level is 0.053. significance value of 0.451 for the variable growth of greater than 1% level of significance of the study, 5%, and 10% of that growth is no significant effect on earnings management.
Keywords: Corporate Social Responsibility, Compensation Management, Earnings Management, Size, Laverage, ROA, Growth.
(17)
commit to user
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam suatu laporan keuangan perusahaan, laba merupakan salah satu informasi potensial yang sangat penting baik untuk internal perusahaan maupun pihak eksternal. Informasi laba yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan memiliki beberapa fungsi penting, antara lain untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, dan untuk menaksir resiko investasi atau meminjamkan dana (Kirschenheiter et al., 2004). Karena begitu berpengaruhnya informasi laba tersebut, maka seringkali pihak manajemen melakukan tindakan untuk memodifikasi informasi laba untuk menghasilkan informasi sesuai yang diinginkan demi mencapai tujuan tersendiri. Tindakan tersebut dikenal dengan manajemen laba (earnings management).
Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Fischer et al. (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan atau menurunkan laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan ataupun penurunan profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Healy et al. (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer
(18)
commit to user
2
menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Timbulnya praktek manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Dalam teori agensi (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen et al., 1976). Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) (Haris, 2004). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) (Richardson, 1998).
Berdasarkan Scott (2003), manajemen laba yang dilakukan perusahaan bisa bersifat good (efisien) ataupun bad (oportunistik). Dengan praktek manajemen laba yang efisien diharapkan reliabilitas dari laporan keuangan perusahaan bisa semakin meningkat, manajemen laba yang buruk adalah suatu
(19)
commit to user
3
kegiatan yang cenderung membuat catatan akuntansi palsu dan tidak mengungkapkan akuntansi yang sebenarnya, misalnya eksekutif perusahaan menyembunyikan dampak dari marjin laba yang rendah dengan mencatat pendapatan sebelum waktunya atau membuat pengurangan biaya kerugian utang yang tidak didukung.
Praktek manajemen laba yang buruk diatas mengindikasikan secara eksplisit praktik manajemen laba yang disengaja oleh manajer, yang pada akhirnya membawa konsekuensi negatif terhadap shareholder, karyawan, komunitas dimana perusahaan beroperasi, masyarakat, karier dan reputasi manajer yang bersangkutan. Salah satu konsekuensi paling fatal akibat tindakan manajemen yang memanipulasi laba secara oportunistik adalah perusahaan akan kehilangan dukungan dari para stakeholder-nya. Stakeholder akan memberikan respon negatif berupa tekanan dari investor, sanksi dari regulator, ditinggalkan rekan kerja, boikot dari para aktivis, dan pemberitaan negatif media massa (Prior et al., 2008). Tindakan tersebut wujud ketidakpuasan stakeholder terhadap kinerja perusahaan yang dimanipulasi, dan pada akhirnya berimbas merusak reputasi perusahaan di pasar modal (Fombrun et al., 2000). Oleh karena itu, manajer menggunakan suatu strategi pertahanan diri (entrenchment strategy) untuk mengantisipasi ketidakpuasan stakeholder-nya ketika ia melaporkan kinerja perusahaan yang kurang memuaskan. Strategi pertahanan diri manajer tersebut sebagai upaya untuk tetap mempertahankan reputasi perusahaan dan melindungi karier manajer secara pribadi. Salah satu cara yang digunakan manajer sebagai
(20)
commit to user
4
strategi pertahan diri adalah mengeluarkan kebijakan perusahan tentang penerapan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat, baik dari segi bisnis maupun untuk pembangunan. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga masyarakat, serta komunitas lokal yang bersifat statis. Kemitraan ini sebagai bentuk tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholder. Gray et al. (1987) mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai proses komunikasi sosial dan lingkungan dari organisasi ekonomi terhadap kelompok tertentu di masyarakat, yang melibatkan tanggung jawab organisasi (terutama perusahaan), di luar tanggung jawab keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perusahaan mempunyai tanggung jawab lebih luas dibanding hanya untuk mencari uang bagi pemegang saham.
Pengungkapan informasi mengenai perilaku dan hasil berkenaan dengan tanggung jawab sosial sangat membantu membangun sebuah citra (image) positif diantara para stakeholders (Orlitzky et al., 2003). Citra positif ini dapat membantu perusahaan untuk mendirikan ikatan komunitas dan membangun reputasi perusahaan di pasar modal karena dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam
(21)
commit to user
5
menegosiasikan kontrak yang menarik dengan suplier dan pemerintah, menetapkan premium prices terhadap barang dan jasa, dan mengurangi biaya modal (Fombrun et al., 2000). Castelo et al. (2008) menjelaskan bahwa melalui praktik tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan dapat menghasilkan lebih banyak perlakuan yang lebih menguntungkan berkenaan dengan regulasi, serta mendapatkan dukungan dari kelompok aktivis sosial, legitimasi dari komunitas industri, dan pemberitaan positif dari media, yang pada akhirnya reputasi perusahaan tetap terjaga dengan baik. Menurut Erica et al. (2011) perusahaan yang secara sosial bertanggung jawab dan membuat pengungkapan tanggung jawab sosial akan lebih cenderung untuk mengelola laba ( pelaporan laba jujur dan tulus).
Selain menggunakan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai strategi perusahaan untuk mengantisipasi atas ketidakpuasan stakeholder akibat dari manajemen laba, kompensasi manajemen dianggap juga mampu mengurangi praktek manajemen laba yang buruk. Menurut Wirakusuma (2009), pemberian kompensasi yang layak untuk para manajer dan eksekutif (chief executive officers-CEO) dapat mendorong dan memotivasi para manajer dan eksekutif perusahaan bekerja lebih produktif, efesien dan efektif untuk mencapai tujuan.
Perencanaan kompensasi manajemen merupakan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur untuk memberikan kompensasi kepada manajer-manajer (Blocher et al., 2005). Kompensasi dapat juga diartikan sebagai semua bentuk kembalian (return) keuangan, jasa-jasa berwujud, dan tunjangan-tunjangan yang diperoleh karyawan sebagai bagian dari sebuah hubungan kepegawaian
(22)
commit to user
6
(Simamora, 1998). Menurut Handoko (2001) kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Menurut Andrew et al. (1981), pengertian kompensasi adalah “ Compensation is the broadest employee remuneration concept benefits and services are a part” . Kompensasi adalah konsep renumerasi karyawan yang sangat luas yang meliputi administrasi, gaji dan upah serta tunjangannya, dan pelayanan-pelayanan bagi karyawan.
Menurut Scott (2003), program kompensasi (compensations plans) eksekutif berdasarkan pembayaran gaji atau hasil (pay-off) yang dicapai perusahaan (net income dan share price) merupakan cara yang layak untuk memotivasi para manajer dan eksekutif menghindari moral hazard dan meningkatkan value of the firm. Menurut Johnson (2007) pemberian kompensasi manajemen atau insentif berupa saham atau option dapat mengurangi kemungkinan fraud yang dilakukan oleh manajer atau eksekutif. Watts et al. (1986) menyatakan bahwa mengapa rencana kompensasi manajemen (bonus plans) ada dalam suatu perusahaan (digunakan oleh perusahaan) tidak lain karena rencana tersebut merupakan sarana kontrak yang efisien (efficient contract) yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Govindarajan et al. (1998) menyatakan bahwa para individu cenderung akan lebih termotivasi oleh kekuatan earning rewards daripada kalau mereka diliputi oleh perasaan takut akan dihukum. Kompensasi dalam wujud moneter merupakan cara yang paling efektif untuk memenuhi berbagai kebutuhan eksekutif, para eksekutif juga akan lebih
(23)
commit to user
7
termotivasi apabila mereka mendapatkan laporan/ umpan balik (feedback) terhadap kinerja mereka.
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Erica et al. (2011) yang menguji pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba. Pengaruh negatif ditemukan untuk perusahaan minyak dan gas, sedangkan pengaruh positif ditemukan pada perusahaan makanan. Prior et al. (2008) meneliti pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen laba dengan dasar asumsi praktek manajemen laba akan berpengaruh negatif atas hubungan perusahaan dengan stakeholder dan reputasi perusahaan. Untuk meningkatkan reputasi perusahaan dan meningkatkan kepuasan stakeholder perusahaan melakukan praktek tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan menggunakan sampel 593 perusahaan dari 26 negara tahun 2002 dan 2004, penelitian ini membuktikan adanya pengaruh positif antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan manajemen laba dan kombinasi praktek tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen yang berdampak negatif terhadap kinerja finansial perusahaan. Johnson (2007) menguji apakah eksekutif akan melakukan fraud jika muncul insentif finansial yang besar. Hasilnya bahwa pemberian insentif berupa saham atau option dapat mengurangi kemungkinan fraud yang dilakukan oleh manajer atau eksekutif.
Penulis melihat ada suatu fenomena yang terjadi dalam hal manajemen laba ini. Sebab, manajemen laba dapat dikatakan sebagai suatu tindakan yang tidak etis karena manajemen suatu perusahaan dengan sengaja mengubah kandungan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan suatu perusahaan.
(24)
commit to user
8
Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang manajemen laba ini. Penulis ingin mengetahui apakah tanggung jawab sosial perusahaan dan kompensasi manajemen mampu mempengaruhi manajemen suatu perusahaan untuk melakukan tindakan yang tidak etis ini.
Dalam beberapa periode ini manajemen laba seolah-olah telah menjadi budaya perusahaan (corporate culture) yang dipraktikkan semua perusahaan di dunia. Sebab aktivitas ini tidak hanya di negara-negara dengan sistem bisnis yang belum tertata, namun juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di negara yang sistem bisnisnya telah tertata, seperti halnya Amerika Serikat. Akibat yang ditimbulkan aktivitas rekayasa manajerial ini tidak hanya menghancurkan tatanan ekonomi, namun juga tatanan etika dan moral. Ini sebabnya mengapa publik meragukan informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Informasi yang seharusnya menjadi sumber utama untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya kehilangan makna dan fungsi karena penyimpangan ini. Laporan keuangan tidak lagi mampu menjalankan fungsinya untuk menginformasikan apa yang sesungguhnya telah dilakukan dan dialami perusahaan selama satu periode.
Menurut Assih dkk. (2000), secara makro manajemen laba telah membuat dunia usaha seolah berubah menjadi sarang pelaku korupsi, kolusi, dan berbagai penyelewengan lain yang merugikan publik. Publik menganggap apa yang diinformasikan dunia usaha hanya merupakan akal-akalan pelakunya untuk memaksimalkan keuntungan pribadi dan kelompok tertentu, tanpa memperhatikan kepentingan pihak lain. Demikian juga dengan kasus-kasus kecurangan korporasi
(25)
commit to user
9
di Indonesia yang terbukti menjadi salah satu penyebab runtuhnya perekonomian negara ini atau skandal keuangan Enron, WoIrdcom, dan Xerox yang menyebabkan publik Amerika Serikat meragukan integritas dan kredibilitas para pelaku dunia usaha. Skandal ini bahkan tidak hanya membuat perusahaan yang melakukannya mengalami kebangkrutan namun juga mengakibatkan para pelakunya diseret ke pengadilan sebagai pelaku kejahatan ekonomi.
Salah satu fenomena lain yang muncul dewasa ini mengenai kompensasi manajemen adalah adanya kebijakan pemberian kompensasi manajemen yang cenderung masih belum sepenuhnya sesuai dengan harapan manajemen sedangkan kompensasi itu sendiri adalah merupakan salah satu faktor untuk mendorong manajer agar memiliki kinerja yang tinggi. Seorang manajer yang sudah terpenuhi kebutuhannya melalui kompensasi yang diberikan oleh perusahaan terhadap manajer tersebut akan mampu menekan perilakunya untuk tidak melakukan manajemen laba yang hanya menguntungkan dirinya sendiri. Kompensasi mampu memberikan motivasi kepada manajemen untuk melaporkan labanya secara jujur.
Fenomena selanjutnya mengenai Corporate Social Responsibility (CSR)/ tanggung jawab sosial perusahaan yang merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh sebuah perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang Perseroan Terbatas (UUPT) No. 40 Tahun 2007 yang baru. Undang-Undang ini disahkan dalam sidang paripurna DPR pada tanggal 16 Agustus 2007. Perkembangan saat ini, ternyata tanggung jawab perusahaan tidak hanya terletak
(26)
commit to user
10
pada pencarian laba yang sebesar-besarnya. Perusahaan juga harus bertanggung jawab secara moral kepada stakeholder lainnya selain pemegang saham.
Terdapat beberapa contoh kasus, terkait permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial di sekitarnya, khususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam (ekstraktif). Sebagai contoh, PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono, 2007). Jika dilihat dari kasus tersebut, masalah sosial dan lingkungan yang tidak diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang sangat besar, bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik menjadi kerugian yang berlipat
Penerapan CSR di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholders yang lain juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab sosial, sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang menerapkan CSR akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta keuntungan dan pertumbuhan yang meningkat.
(27)
commit to user
11
Tanggung jawab sosial perusahaan melibatkan banyak stakeholder, tanggung jawab sosial perusahaan berperan sebagai alat kontrol untuk pihak manajemen agar tidak melakukan manajemen laba yang merugikan pihak stakeholder. Karena laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen dan dibaca oleh banyak stakeholder, maka manajemen dituntut untuk membuat laporan secara jujur.
Dari uraian diatas peneliti ingin meneliti mengenai pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan dan kompensasi terhadap manajemen laba pada perusahaan yang berturut-turut terdaftar di BEI periode 2008-2010. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Erica et al. (2011) dan Prior et al. (2008) yaitu dalam penelitian ini penulis menambahkan variabel kompensasi sebagai variabel independen dalam penelitiannya. Alasannya adalah kompensasi selain dapat memaksimalkan nilai perusahaaan kompensasi juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba yang dilakukan manajer atau eksekutif, sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat tema tersebut dalam tesis ini dengan judul “ PENGARUH TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI MANAJEMEN TERHADAP
MANAJEMEN LABA”.
B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini: 1. Apakah tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap
(28)
commit to user
12
2. Apakah kompensasi manajemen berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan publik di Indonesia?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan sebagai berikut ini:
1. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba perusahaan publik di Indonesia. 2. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh kompensasi manajemen
terhadap manajemen laba perusahaan publik di Indonesia.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memperoleh hasil penelitian yang dapat bermanfaat bagi pihak berikut ini:
1. Bagi investor
Sebagai dasar dalam menilai laporan keuangan dari sisi tanggung jawab sosial perusahaan dan kompensasi manajemen dalam kaitannya dengan manajemen laba untuk pengambilan keputusan investasi. 2. Bagi perusahaan
Memberikan masukan dalam mencermati perilaku manajemen dalam aktivitas manajemen laba yang berkaitan dengan pencapaiantanggung jawab sosial perusahaan, kompensasi manajemen serta meningkatkan kesadaran manajemen perusahaan untuk mengoptimalkan peran
(29)
commit to user
13
mereka dalam penerapan Corporate Governance yang baik dan transparan melalui pencapaian tanggung jawab sosial perusahaan. 3. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang akuntansi keuangan terutama yang berkaitan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, kompensasi manajemen serta manajemen laba.
(30)
commit to user
14 BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Agensi
Konsep teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen (Govindarajan, 1998). Menurut Ali (2002) agen secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.
Menurut Rahmawati (2006), salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan principal adalah adanya asimetris informasi. Asimetris informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Menurut Scott (2003), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
a) Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
(31)
commit to user
15
b) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman, manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada umunya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.
2. Manajemen Laba
a. Pengertian manajemen laba
Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen yang mendasari lahirnya manajemen laba adalah perilaku opportunistic manajer dan efficient contracting. Sebagai perilaku oportunistic manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapai kontrak kompensasi dan hutang, dan political cost (Scott, 2009). Perilaku opportunis ini
(32)
commit to user
16
direfleksikan dengan melakukan rekayasa keuangan dengan menerapkan income increasing atau income decreasing decretionary accrual. Sedangkan sebagai efficient contracting yaitu meningkatkan keinformatifan laba dalam mengkomunikasikan informasi privat. Perilaku manajemen oportunis dikenal dengan istilah manajemen laba atau earnings management. Menurut Scoot (2009) manajemen laba adalah pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Menurut Assih dkk. (2000) mengartikan manajemen laba sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dkk., 2000).
b. Faktor- faktor pendorong terjadinya manajemen laba
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT). Scoot (2009) menyatakan tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba antara lain:
(33)
commit to user
17 1) The bonus planhypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini. Manajer dengan rencana bonus akan lebih memiliki prosedur akuntansi yang menggeser laba pada periode mendatang ke periode saat ini. Hal ini terjadi (paling tidak) sebagian gaji manajer bergantung pada bonus yang dihasilkan jika melaporkan laba bersih. Oleh karena itu, manajer akan berusaha untuk melaporkan laba setinggi mungkin.
2) The debt covenant hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa apabila perusahaan semakin dekat dengan pelanggaran perjanjian utang yang berdasarkan akuntansi, maka manajer mungkin akan untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser laba pada periode mendatang ke periode saat ini. Pelanggaran terhadap perjanjian hutang akan menyebabkan kreditor memberikan sanksi (penalty) seperti pembatasan pembagian deviden maupun pembatasan pinjaman baru. Hal ini menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap perjanjian utang (debt covebabt) berpotensi menghasilkan kendala bagi manajer dalam mengelola perusahaan.
3) The political cost hypothes
Hipotesis menyatakan bahwa semakin besar biaya politik (political cost) perusahaan, manajer akan lebih cenderung memilih kebijakan akuntansi yang dapat menangguhkan laba periode saat ini ke periode
(34)
commit to user
18
mendatang. Biaya politik dapat dipicu oleh proffitabilitas tinggi yang dapat memancing perhatian publik seperti media masa maupun konsumen. Perhatian publik ini akan direspons oleh politisi (pemerintah dan parlemen) dengan cara menetapkan regulasi baru seperti aturan pajak baru yang dapat memberatkan perusahaan. Ukuran perusahaan yang semakin besar juga dapat mengarahkan pada biaya politik yang tinggi. Dengan
demikian, untuk menekan biaya politik
ini manajer akan memilih kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba sebagai upaya untuk menunjukkan kepada publik (politisi, pemerintah) bahwa perusahaan sedang menderita kerugian.
Ketiga hipotesis diatas diinterpretasikan dalam bentuk oportunistik (opportunistic form). Perspektif oportunistik memiliki arti bahwa manajer dipandang akan memilih kebijakan akuntansi yang terbaik bagi kepentingan pribadinya meskipun kebijakan tersebut bukan yang terbaik bagi perusahaan. Manajemen laba yang dilakukan dengan tujuan oportunistik manajer merupakan sisi buruk dari manajemen laba.
Adapun sisi baik dari praktek manajemen laba berkaitan dengan perspektif kontrak efesien. Ketika kontrak cenderung kaku dan tidak lengkap, maka manajemen laba diperlukan untuk bisa mendapatkan kontrak yang efesien. Selain itu, sisi baik dari manajemen laba adalah berkaitan dengan kemampuannya sebagai alat untuk menyampaikan informasi dalam (inside information) kepada
(35)
commit to user
19
pasar, sehingga harga saham akan semakin baik dalam merefleksikan prospek perusahaan.
Ketiga hipotesis PAT juga dapat diinterpretasikan dari perspektif kontrak efesien. Misalnya terkait dengan bonus plan hypothesis, manajer tidak akan menggunakan kebijakan akuntansi yang dapat menyebabkan laba perusahaan naik –turun (volatile).Terkait dengan debt covenant hypothesis, perusahan akan menghindari pelanggaran perjanjian utang untuk menekan cost of financial distress. Terkait dengan political cost hypothesis, perusahaan akan mendapatkan manfaat dari penghindaran biaya politik.
c. Pola dalam manajemen laba
Menurut Scott (2009) berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam manajemen laba adalah:
1) Taking a bath
Terjadinya taking a bath pada periode stress atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada periode yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi buruk yang tidak menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut.
(36)
commit to user
20 2) Income minimization
Bentuk ini mirip dengan taking a bath, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya.
3) Income maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan.Jadi tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan.
4) Income smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik.Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan pada umumnya menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholder yang terkait dan atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori
(37)
commit to user
21
stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya Hal tersebut didukung oleh Gray et al. (1987) yang menyatakan bahwa, kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut.
Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dkk., 2007). Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder perusahaan adalah dengan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholder-nya. Hubungan yang harmonis akan berakibat pada perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya (sustainability). Pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Guthrie et al., 1990).
Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), Corporate SocialResponsibility atau tanggung jawab sosial
(38)
commit to user
22
perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. Gray et al. (1987) mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai proses komunikasi sosial dan lingkungan dari organisasi ekonomi terhadap kelompok tertentu di masyarakat, yang melibatkan tanggung jawab organisasi (terutama perusahaan), di luar tanggung jawab keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perusahaan mempunyai tanggung jawab lebih luas dibanding hanya untuk mencari uang bagi pemegang saham.
Dari beragam definisi tanggung jawab sosial perusahaan, ada satu kesamaan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tak bisa lepas dari kepentingan shareholder dan stakeholder perusahaan. Konsep inilah yang kemudian diterjemahkan oleh Elkington (1990) sebagai triple bottom line, yaitu: Profit, People, dan Planet. Maksudnya, tujuan tanggung jawab sosial perusahaan harus mampu meningkatkan laba perusahaan, menyejahterakan karyawan dan masyarakat, sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan.
Tema pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dikemukakan Hackston et al. (1996) terdiri dari 7 tema yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Ketujuh tema tersebut dijabarkan kedalam 78 item pengungkapan yang
(39)
commit to user
23
telah disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan kondisi yang ada di indonesia, yaitu sebagai berikut ini:
a. Lingkungan
Pengendalian polusi, pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan, konservasi sumber alam, menerima penghargaan yang berkaitan dengan program lingkungan pengolahan limbah, mempelajari dampak lingkungan.
b. Energi
Menggunakan energi lebih efesien, memanfaatkan barang bekas, membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi, pengungkapan peningkatan efisiensi energi produk, riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi produk, riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi, mengungkapkan kebijakan energi perusahaan. c. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
Mengurangi polusi, iritasi atau resiko dalam lingkungan kerja, mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistik kecelakaan kerja, menaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja, menetapkan suatu komite keselamatan kerja.
d. Lain-lain tenaga kerja
Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu ditempat kerja, mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja, mengungkapkan presentase gaji untuk pensiun, mengungkapkan kebijakan penggajian dalam
(40)
commit to user
24
perusahaan, mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan, mengungkapkan tingkat manajerial yang ada, mengungkapkan jumlah staf, masa kerja dan kelompok usia.
e. Produk
Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, pengungkapan informasi proyek riset, membuat produk lebih aman untuk konsumen, melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan, pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk, pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.
f. Keterlibatan masyarakat
Sumbangan tunai dan produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni, tenaga kerja paruh waktu, sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat, sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, membiayai program beasiswa, membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.
g. Umum
Pengungkapan tujuan kebijakan perusahaan secara umum yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang telah disebutkan diatas.
(41)
commit to user
25
Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat memberikan berbagai manfaat potensial bagi perusahaan. Dalam ISO 26000 disebutkan manfaat CSR bagi perusahaan yaitu berikut ini:
a. Mendorong lebih banyak informasi dalam pengambilan keputusan berdasarkan peningkatan pemahaman terhadap ekspektasi masyarakat, peluang jika kita melakukan tanggung jawab sosial (termasuk manajemen risiko hukum yang lebih baik) dan risiko jika tidak bertanggung jawab secara sosial.
b. Meningkatkan praktek pengelolaan risiko dari organisasi.
c. Meningkatkan reputasi organisasi dan menumbuhkan kepercayaan publik yang lebih besar.
d. Meningkatkan daya saing organisasi.
e. Meningkatkan hubungan organisasi dengan para stakeholder dan kapasitasnya untuk inovasi, melalui paparan perspektif baru dan kontak dengan para stakeholder.
f. Meningkatkan loyalitas dan semangat kerja karyawan, meningkatkan keselamatan dan kesehatan baik karyawan laki-laki maupun perempuan dan berdampak positif pada kemampuan organisasi untuk merekrut, memotivasi dan mempertahankan karyawan.
g. Memperoleh penghematan terkait dengan peningkatan produktivitas dan efisiensi sumber daya, konsumsi air dan energi yang lebih rendah, mengurangi limbah, dan meningkatkan ketersediaan bahan baku.
(42)
commit to user
26
h. Meningkatkan keandalan dan keadilan transaksi melalui keterlibatan politik yang bertanggung jawab, persaingan yang adil, dan tidak adanya korupsi.
i. Mencegah atau mengurangi potensi konflik dengan konsumen tentang produk atau jasa.
j. Memberikan kontribusi terhadap kelangsungan jangka panjang organisasi dengan mempromosikan keberlanjutan sumber daya alam dan jasa lingkungan.
k. Kontribusi kepada masyarakat dan untuk memperkuat masyarakat umum dan lembaga.
Ada berbagai motivasi bagi para manajer untuk sukarela melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, seperti memutuskan untuk melaporkan informasi sosial dan lingkungan. Deegan et al. (2002) dalam penelitiannya merangkum beberapa alasan yang dikemukakan oleh berbagai peneliti untuk melaporkan informasi sosial dan lingkungan sebagai berikut :
a. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-Undang. b. Pertimbangan rasionalitas ekonomi.
c. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan. d. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman.
e. Untuk memenuhi harapan masyarakat, mungkin mencerminkan suatu pandangan yang sesuai dengan komunitas lisensi untuk beroperasi.
(43)
commit to user
27
4. Kompensasi Manajemen
Dalam teory agensi di asumsikan bahwa individu- individu bertindak untuk memaksimumkan kepentingan sendiri. Masing-masing individu di asumsikan termotivasi oleh kepentingan sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan diantara prinsipal dan agen (Scott, 2003). Kompensasi merupakan nilai jasa yang diberikan pemilik perusahaan kepada manajemen (Jensen, 1976). Adanya program kompensasi manajemen diharapkan dapat mengurangi konflik kepentingan antara prinsipal dan agen.
Kompensasi merupakan salah satu strategi manajemen sumberdaya manusia untuk menciptakan keselarasan kerja antara karyawan dengan pimpinan perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan (Walker,1992). Watts et al. (1986) menyatakan bahwa mengapa rencana kompensasi manajemen (bonus plans) ada dalam suatu perusahaan (digunakan oleh perusahaan), tidak lain karena rencana tersebut merupakan sarana kontrak yang efisien (efficient contract) yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan kepada karyawan, yang dapat bersifat finansial maupun non finansial, pada periode yang tetap. Menurut Pujiningsih (2010) sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan kepuasan bagi karyawan dan memungkinkan perusahaan memperoleh, mempekerjakan, dan mempertahankan karyawan.
Scott (2009) menyebutkan bahwa dari 3 jenis komponen kompensasi yang diterima manajer adalah: Gaji, tunjangan-tunjangan dalam bentuk natura,
(44)
commit to user
28
kompensasi insentif. Menurut Scoot (2009) karakteristik rencana kompensasi insentif bisa dibagi menjadi 2 bagian :
a. Rencana kompensasi jangka pendek yang diberikan berdasarkan prestasi tahun yang bersangkutan (biasanya diberikan dalam bentuk kas), ada 3 macam kompensasi :
1) Total Bonus Pool
Diberikan berdasarkan rumusan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan, kemudian ditetapkan persentasenya terhadap total laba atau per lembar saham. Hal ini tidak mempertimbangkan peningkatan investasi yang berakibat terhadap laba tahun berjalan, tetapi sudah mempertimbangkan hak dari pemegang saham.
2) Carry Overs
Adalah rencana insentif jangka pendek dengan pengaturan agar setiap tahun dapat dibagi bonus, caranya membentuk rekening khusus sehingga dapat ditentukan berapa bonus yang dapat ditambahkan pada dana bonus (carryover) dan berapa banyak yang dapat digunakan jika kegiatannya terlalu rendah.
3) Kompensasi yang ditunda
Jumlah bonus dihitung setiap tahun dan pembayarannya bisa saja dilakukan beberapa kali sepanjang periode tertentu. b. Kompensasi insentif jangka panjang yang didasarkan pada harga saham
(45)
commit to user
29 1) Stock Options
Bonus dalam bentuk hak membeli sejumlah saham di masa depan dengan harga yang disetujui pada saat opsi dilakukan, ini biasanya dibawah harga pasar saham pada saat itu. Menurut Fadjrih (2006) Salah satu jenis kompensasi yang diberikan berupa opsi saham eksekutif atau dikenal dengan Management Stock Option Program (MSOP) yang merupakan bentuk kompensasi untuk menghargai eksekutif atas kinerja jangka panjang perusahaan.
2) Phantom Stock
Memberikan saham sebagai penghargaan kepada manajer untuk tujuan pembukuan atau secara akuntansi saja, karena tidak mempunyai biaya transaksi.
Menurut Pujiningsih (2010), sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan kepuasan bagi karyawan dan memungkinkan perusahaan memperoleh, mempekerjakan, dan mempertahankan karyawan. Dalam hubungannya dengan peningkatan kesejahteraan hidup para pegawai, suatu organisasi harus secara efektif memberikan kompensasi sesuai dengan beban kerja yang diterima pegawai. Kompensasi merupakan salah satu faktor baik secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai. Menurut Johnson (2007) pemberian kompensasi manajemen atau insentif berupa saham atau option dapat mengurangi kemungkinan fraud yang dilakukan oleh
(46)
commit to user
30
manajer atau eksekutif. Dan juga menurut Shuto (2007) manajer yang tidak mendapatkan bonus cenderung melakukan decreasing income dengan menggunakan metode Big Bath.
B. PENELITIAN TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Penelitian-penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan untuk mengetahui pengaruh praktek pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba. Penelitian lain menguji hubungan antara kompensasi manajemen dan manajemen laba. Penelitian-penelitian tersebut mengasumsikan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan kompensasi manajemen sebagai alat yang efektif memberikan dampak positif terhadap reputasi perusahaan yang rusak akibat praktek manajemen laba.
1. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen laba
Erica et al. (2011) melakukan penelitian terhadap perusahaan makanan yang memiliki 4 digit kode SIC mulai nomor 2000-2099, serta perusahaan minyak dan gas mulai nomor 2900-2999. Jumlah sampel yang didapat adalah 80 perusahaan makanan dan 30 perusahaan minyak dan gas. Erika et al. (2011) menguji pengaruh antara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba. Dimana pengaruh negatif ditemukan untuk perusahaan minyak dan gas, sedangkan pengaruh positif ditemukan pada perusahaan makanan.
Rahmawati (2010) menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh praktik manipulasi aktivitas riil terhadap aktivitas tanggung jawab sosial
(47)
commit to user
31
perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji apakah aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan yang diinteraksikan dengan praktik manipulasi riil berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan dimasa depan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan yang dinteraksikan dengan manipulasi aktivitas riil biaya discresioner berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan dimasa depan. Selain itu, variabel manipulasi aktivitas riil biaya diskresioner, tanggung jawab sosial perusahaan, dan variabel kontrol secara bersamaan signifikan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dimasa depan.
Prior et al. (2008) meneliti pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen laba dengan dasar asumsi praktek manajemen laba akan berpengaruh negatif atas hubungan perusahaan dengan stakeholder dan reputasi perusahaan. Untuk meningkatkan reputasi perusahaan dan meningkatkan kepuasan stakeholder perusahaan melakukan praktek tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan menggunakan sampel 593 perusahaan dari 26 negara tahun 2002 dan 2004, penelitian ini membuktikan adanya pengaruh positif antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan manajemen laba dan kombinasi praktek tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen yang berdampak negatif terhadap kinerja finansial perusahaan.
Chih et al. (2008) menguji pengaruh antara pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen pada 1653 perusahaan di 46 negara mempunyai efek positif atau negatif dalam hal kualitas informasi pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Dalam penelitian
(48)
commit to user
32
ini menemukan bahwa: manajemen laba yang diproksikan dengan earning smoothing yang meningkat berhubungan dengan dilakukannya tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan yang mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahan cenderung tidak melakukan earning smoothing, hal ini juga terjadi pada earning agresiveness.Pola ini lebih banyak terjadi pada negara yang memiliki hukum yang kuat.
Atas dasar penelitian terdahulu, semakin tinggi perusahaan menerapkan tanggung jawab sosial sesuai standar pada perusahaannya, maka akan dapat mengurangi terjadinya manajemen laba. Karena laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen dan dibaca oleh banyak stakeholder, maka manajemen dituntut untuk membuat laporan secara jujur. Tanggung jawab sosial perusahaan melibatkan banyak stakeholder, tanggung jawab sosial perusahaan disini berperan sebagai alat kontrol untuk pihak manajemen agar tidak melakukan manajemen laba yang merugikan pihak stakeholder.
Dari paparan tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini:
H1 = Tanggung Jawab Sosial Perusahaan berpengaruh terhadap manajemen
laba perusahaan publik di Indonesia
2. Kompensasi manajemen dengan manajemen laba
Johnson (2007) menguji apakah eksekutif akan melakukan fraud jika muncul insentif finansial yang besar. Penelitian ini menemukan bahwa kontrak bonus dapat menimbulkan pengeluaran tidak terduga yang dapat merugikan
(49)
commit to user
33
kesejahteraan shareholder, Pemberian insentif berupa saham atau option dapat mengurangi kemungkinan fraud yang dilakukan oleh manajer atau eksekutif.
Arya et al. (1997) merancang model dua periode dengan satu pemilik dan dua manajer yang risk averse. Usaha manajer setiap periode menghasilkan hasil bersama dan bisa diamati. Pemilik tidak dapat mengawasi usaha manjer tetapi setiap manajer mengetahui setiap usaha yang lainnya (saling mengetahui). Satu cara untuk memotivasi manajer untuk bekerja keras adalah dengan menawarkan kepada mereka suatu kontrak yang sama dalam setiap periode. Dalam penelitian Arya et al. (1997) tersebut menunjukkan bahwa pemilik dapat memberikan kontrak yang lebih efesien melalui eksploitasi kemampuan setiap manajer untuk saling dapat mengamati usaha satu dengan lainnya. Eksploitasi kemampuan manajer-manajer untuk saling memonitor satu dengan lainnya dapat mengurangi biaya keagenan dari moral hazard. Model yang diusulkan menyarankan bahwa suatu kontrak insentif untuk manajer tingkat bawah masih diperlukan.
Bergstresser (2006) menguji hubungan antara manajemen laba dan CEO insentif dengan menggunakan pendekatan discretionary accruals model jones. Penelitian tersebut menguji hubungan antara insentif financial CEO dan manajemen laba selama periode 1990-an dan menguji apakah CEO dan insiders lain menjual saham dan mengambil opsi pada periode dimana akrual tinggi. Dari hasil pengujian terhadap hipotesis pertama, dapat disimpulkan bahwa akrual lebih aktif digunakan pada perusahaan dengan kompensasi CEO yang lebih sensitif terhadap harga saham.
(50)
commit to user
34
Cheng et al. (2005) menunjukkan bahwa manajer dengan insentif ekuitas yang tinggi lebih mungkin untuk meratakan laba. Hasil lain yang ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa manajer dengan insentif ekuitas yang persisten lebih mungkin meratakan laba dan bahwa CEOs dengan insentif ekuitas yang tinggi mengakui abnormal accrual yang meningkatkan laba lebih banyak daripada CEOs dengan insentif ekuitas yang rendah. Penelitian tersebut menggunakan sampel awal meliputi semua perusahaan yang data tentang kepemilikan dan kompensasi yang berdasarkan saham tersedia pada data base the Standard & Poor’s Execucomp untuk periode 1993-2000.
Shuto (2007) menguji hubungan antara pemilihan diskresionary akrual dan kompensasi eksekutif di jepang Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan meningkatkan diskresionary akrual kompensasi eksekutif, Manajer yang tidak mendapatkan bonus cenderung melakukan decreasing income dengan menggunakan metode Big Bath. Metode kontrak bonus pada perusahaan di jepang tidak sepenuhnya mengalami inefisiensi. Apabila dibuat kontrak yang tepat maka masing-masing pihak akan tercapai tujuan bersama.
Jones (2008) menguji pengaruh kompensasi eksekutif dan manajemen laba yang mungkin terjadi dalam timbulnya perkara hukum shareholder dan hasil yang didapat intensitas option manajemen dan manajemen laba berpengaruh terhadap probabilitas perkara yang muncul, intensitas option yang tinggi akan meningkatkan probabilitas dari tingkat penyelesaian perkara.
Laux (2009) menganalisa strategi dewan direksi untuk mengatur insentif yang harus dibayarkan terhadap CEO dan pengaruhnya terhadap manajemen laba.
(51)
commit to user
35
Penelitian ini menemukan bahwa, hasil pengujian menunjukkan peningkatan insentif modal CEO tidak berdampak pada meningkatnya manemen laba karena direktur melakukan upaya penyesuaian terhadap kesalahan dalam merespon perubahan insentif untuk CEO. Jika pertanggung jawaban komisaris dalam menentukan gaji untuk CEO dan monitoring dilakukan secara terpisah dengan membentuk suatu komite, kemudian kompensasi untuk komite dalam bentuk saham akan meningkat sesuai dengan kompensasi untuk CEO, peningkatan biaya yang disebabkan karena kesalahan ditanggung oleh komite audit.
Atas dasar penelitian terdahulu, semakin tinggi perusahaan memberikan kompensasi terhadap manajemen yang berprestasi, maka semakin sedikit tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen pada perusahaannya. Seorang manajer yang sudah terpenuhi kebutuhannya melalui kompensasi yang diberikan oleh perusahaan terhadap manajer tersebut akan mampu menekan perilakunya untuk tidak melakukan manajemen laba yang hanya menguntungkan dirinya sendiri. Kompensasi mampu memberikan motivasi kepada manajemen untuk melaporkan labanya secara jujur. Dari paparan tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini:
H2 = Kompensasi manajemen berpengaruh terhadap manajemen laba
(52)
commit to user
36
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar. 1
Variabel independen Variabel dependen
Variabel kontr Variabel kontrol
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Manajemen Laba Kompensasi Manajemen
- Size
- Leverage
- ROA
(53)
commit to user
37 BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang melakukan pengujian hipotesis dan bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen yang diuji dalam penelitian ini meliputi tanggung jawab sosial perusahaan yang meliputi 7 kategori yaitu lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, masyarakat dan umum dan juga kompensasi manajemen sebagai variabel independen. Sementara variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol dengan size, leverage, ROA dan juga growth.
B. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPEL
Populasi merupakan kelompok orang, kejadian, atau peristiwa yang menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2003). Populasi yang digunakan sebagai sample frame penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang berturut-turut terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan pada periode 2008-2010 sejumlah 379 perusahaan.
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang diharapkan memiliki karakteristik yang mewakili populasinya (Sekaran,
(54)
commit to user
38
2003). Adapun sampel penelitian ini adalah 70 perusahaan selama periode 2008-2010 dari total populasi.
Penentuan jumlah sampel menurut Hair (1995) yang memegang peran penting dalam estimasi dan interpretasi hasil maka, ukuran sampel yang ideal dan representatif adalah tergabung pada jumlah indikator variabel observasi dikalikan 5 sampai 10. Dalam penelitian ini menggunakan 7 indikator variabel, antara lain: variabel independen (tanggung jawab sosial perusahaan, kompensasi manajemen), variabel dependen (manajemen laba), variabel kontrol (size, laverage, ROA, growth). Dengan demikian sampel minimal untuk penelitian ini yang memiliki indikator variabel sebanyak 70 adalah 7 x 10. Dengan demikian jumlah sampel minimal untuk penelitian ini sebesar 70 perusahaan dan jumlah observasinya sebanyak 210 perusahaan ( 70 x 3 ).
Tekhnik pengambilan sampel dari penelitian ini menggunakan purposive sampling dan random sampling. Menurut Nasution (2003), pemilihan tekhnik pengambilan sampling merupakan upaya penelitian untuk mendapatkan sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasi. Purposive sampling adalah dimana sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria yang digunakan untuk menjadi anggota sampel adalah sebagai berikut ini:
1. Perusahaan go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut pada tahun 2008-2010 dan melaksanakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada periode 2008-2010.
(55)
commit to user
39
2. Perusahaan tersebut menerbitkan secara berturut-turut laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan tahunan (financial report) untuk tahun 2008-2010.
3. Perusahaan tersebut menyajikan secara berturut-turut seluruh data dan informasi yang diperlukan dalam pengukuran variabel pada laporan tahunan dan laporan keuangan tahunan.
Selanjutnya pengambilan sampel secara random sampling. Random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Dari populasi yang ada sebesar 379 perusahaan dipilih secara acak untuk mendapatkan sampel sejumlah 70 perusahaan. Diawali dengan membuat nomer urut dari angka 1-379 didalam lembar kertas yang kemudian di lipat lalu dimasukkan kedalam toples. Langkah selanjutnya ambil secara acak sebanyak 70 kali.
C. SUMBER DATA DAN METODA PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu informasi yang diperoleh dari pihak lain (Sekaran, 2003). Alasan menggunakan data sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mudah untuk diperoleh dan memiliki waktu yang lebih luas serta mempunyai validitas data yang dapat di pertanggung jawabkan.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data seperti berikut ini. 1. Daftar perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia untuk tahun
(56)
commit to user
40
2. Laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan tahunan (financial report) perusahaan yang terpilih menjadi sampel yang diperoleh dari www.idx.co.id., Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan website perusahaan yang terpilih sebagai sampel penelitian.
D. DEFINISI DAN PENGUKURAN VARIABEL
Penelitian ini menggunakan dua variabel yang diuji secara sistematis, yaitu seperti berikut ini:
1. Variabel independen
Menurut Sugiono (1999), variabel independen sering kali disebut dengan variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel-variabel seperti berikut ini.
a. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tanggung jawab sosial perusahan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu konsep bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan tema pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dikemukakan Hackston et al. (1996). Terdiri dari 7 tema yaitu: lingkungan, energi,
(57)
commit to user
41
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Ketujuh tema tersebut dijabarkan kedalam 78 item pengungkapan yang telah disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan kondisi yang ada di indonesia.
Menurut Gray et al., (1987) semakin tinggi perusahaan menerapkan tanggung jawab sosial sesuai standar pada perusahaannya, maka akan dapat mengurangi terjadinya manajemen laba. Karena laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen dan dibaca oleh banyak stakeholder, maka manajemen dituntut untuk membuat laporan secara jujur. Penelitian ini tanggung jawab sosial perusahan diukur dengan menggunakan index pengungkapan sosial yang merupakan variabel dummy.
Rumus perhitungan CSRDI j adalah sebagai berikut:
78
å
= ij
J
X CSRDI
Keterangan:
CSRDIj = CSR Disclosure Index perusahaan j Xij = dummy variable
1 = jika item i diungkapkan; 0= jika item i tidak diungkapkan. nj = jumlah item untuk perusahaan j, nj≤ 78
(58)
commit to user
42 b. Kompensasi Manajemen
Kompensasi manajemen adalah berbagai bentuk imbalan yang diberikan organisasi kepada para karyawanya atas waktu, pikiran dan tenaga yang telah dikontribusikannya kepada organisasi. Kategori kompensasi manajemen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kompensasi manajemen yang diberikan berupa opsi saham eksekutif atau dikenal dengan Management Stock Option Program (MSOP) yang merupakan bentuk kompensasi untuk menghargai eksekutif atas kinerja jangka panjang perusahaan.
Menurut Shatila (2008), semakin tinggi perusahaan memberikan kompensasi terhadap manajemen yang berprestasi, maka semakin sedikit tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen pada perusahaannya. Seorang manajer yang sudah terpenuhi kebutuhannya melalui kompensasi yang diberikan oleh perusahaan terhadap manajer tersebut akan mampu menekan perilakunya untuk tidak melakukan manajemen laba yang hanya menguntungkan dirinya sendiri. Untuk variabel independen ini akan diukur dengan cara, perusahaan yang memberikan kompensasi bonus berupa stock options atau Management Stock Option Program (MSOP) kepada manajemen akan diberi nilai 1, sedangkan yang tidak memberikan kompensasi bonus kepada manajemen diberi nilai 0.
(59)
commit to user
43
2. Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (1999), variabel dependen sering disebut dengan variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.
Manajemen laba adalah tindakan yang ditujukan untuk memaksimumkan utilitas manajer dan cenderung untuk menguntungkan diri mereka (manajer) sendiri dengan cara mempengaruhi proses pelaporan keuangan. Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Konsisten dengan penelitian manajemen laba sebelumnya Erica et al. (2011), deteksi manajemen laba menggunakan model Jones yang dimodifikasi. Dalam penelitian ini manajemen laba diproksikan dengan discretionary accuals. Discretionary accruals (DAC) menggunakan komponen akrual dalam mengatur laba karena komponen akrual tidak memerlukan bukti kas secara fisik sehingga dalam mempermainkan komponen akrual tidak disertai kas yang diterima/dikeluarkan (Sulistyanto, 2008).
Untuk mengukur DAC, terlebih dahulu akan mengukur total akrual. Total akrual diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary (Midiastuty, 2003), dengan tahapan :
(60)
commit to user
44
a. Mengukur total accrual dengan menggunakan Model Jones yang dimodifikasi.
Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash flow frm operating)
b. Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square):
TACt/At-1 = α1(1/At-1) + α2((ΔREVt- ΔRECt) / At-1) + α3(PPEt / At-1) + e
Dimana
TACt : Total Accruals Perusahaan i pada periode t
At-1 : Total Aset Untuk Sampel Perusahaan i pada akhir tahun t-1 REVt : Perubahan Pendapatan Perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t RECt : Perubahan Piutang Perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
PPEt : Aktiva Tetap (Gross Property Plant And Equipment) Perusahaan tahun t
c. Mengitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut:
NDAt = α1(1/At-1) + α2((ΔREVt – ΔRECt)/ At-1) + α3(PPEt / At-1) Dimana
NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun t
α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals.
(61)
commit to user
45 d. Menghitung discretionary accruals
DACt : (TACt / At-1) – NDAt Dimana:
DACt : discretionary accruals perusahaan i pada periode t
3. Variabel Kontrol
Menurut Sugiyono (1999) Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan merupakan salah satu alat untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) dalam penelitian ini diproksikan dengan total aset perusahaan. Menurut Abdelsalam (2008) variabel ini diukur dengan menggunakan nilai logaritma natural (Ln) atas jumlah total aset perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian. Siregar dkk. (2005) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan natural logaritma nilai pasar ekuitas perusahaan pada akhir tahun berpengaruh signifikan negatif terhadap besaran pengelolaan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil indikasi pengelolaan labanya. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar biasanya memiliki peran sebagai
(62)
commit to user
46
pemegang kepentingan yang luas sehingga lebih diperhatikan oleh masyarakat. Akibatnya, perusahaan akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan yang akurat Secara matematis size dapat dirumuskan sebagai berikut :
�aet 魰 䎨Ƽ ᱸ Ȗ̜Ϝ 鼨úútȖú
b. Leverage Keuangan (LEV)
Mahoney et al., (2007) yang mendefinisikan leverage keuangan dengan menggunakan salah satu manfaat rasio hutang terhadap ekuitas total hutang dibagi total modal sendiri (Debt to Equity Ratio). Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dengan ekuitas. Debt Ratio diukur dengan cara membagi antara total hutang dengan total aktiva. Semakin besarnya rasio leverage mengakibatkan risiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin meningkat. Achmad et al. (2007) menunjukkan bahwa peningkatan motivasi perjanjian hutang (debt covenant) meningkatkan praktik manajemen laba. Alasannya bahwa motivasi debt covenant merupakan praktik manajemen laba berlaku umum. Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
(1)
commit to user
72
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dkk. (2005) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang dinyatakan dengan natural logaritma nilai pasar ekuitas perusahaan pada akhir tahun berpengaruh signifikan negatif terhadap besaran pengelolaan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil indikasi pengelolaan labanya. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar biasanya memiliki peran sebagai pemegang kepentingan yang luas sehingga lebih diperhatikan oleh masyarakat. Akibatnya, perusahaan akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan yang akurat. Peasnell et al. (1998) menunjukkan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dan manajemen laba di Inggris. Dengan ini disimpulkan bahwa manajer yang memimpin perusahaan yang lebih besar memiliki kesempatan yang lebih kecil dalam memanipulasi laba dibandingkan dengan manajer di perusahaan kecil.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Choutrou et al. (2001) menemukan bahwa ukuran perusahaan di Amerika Serikat berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan kecil. Richardson (1998) dan Lee & Choi (2002) menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pihak luar. Karena itu, diduga bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi manajemen laba perusahaan, dimana jika manajemen laba tersebut oportunis maka semakin besar perusahaan semakin kecil manajemen
(2)
commit to user
73
laba (berhubungan negatif). Di dukung oleh penelitian Halim, dkk (2005) yang menyatakan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi manajemen laba dimana semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar juga kesempatan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Selain itu semakin besar ukuran perusahaan, maka perusahaan juga semakin dituntut untuk memenuhi ekpektasi investor yang tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Semakin besarnya rasio leverage mengakibatkan risiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin meningkat. Lee and Rosett (2005) menganalisis faktor-faktor ekonomi termasuk karakteristik perusahaan yaitu leverage terhadap variabel akrual. Hasil penelitian mereka sejalan dengan penelitian ini yakni menemukan bahwa variabel akrual dipengaruhi secara signifikan oleh leverage. Achmad et al. (2007) menunjukkan bahwa peningkatan motivasi perjanjian hutang (debt covenant) meningkatkan praktik manajemen laba. Alasannya bahwa motivasi debt covenant merupakan praktik manajemen laba berlaku umum. Hasil ini sesuai dengan Tarjo (2008) yang menyatakan bahwa dengan debt covenant hypothesis yang menyatakan jika semua hal yang lain tetap sama dan semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian hutang yang berbasis akuntansi, maka lebih mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari periode mendatang ke periode sekarang. Hal tersebut dilakukan karena laba bersih yang dilaporkan naik akan mengurangi kemungkinan kegagalan membayar hutang-hutangnya pada masa mendatang (Tarjo, 2008).
(3)
commit to user
74
Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Widyastuti (2007) bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Semakin besar perubahan ROA menunjukkan semakin besar flukuasi kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba. Hal ini mempengaruhi investor dalam memprediksi laba dan memprediksi risiko dalam investasi sehingga memberikan dampak pada kepercayaan investor terhadap perusahaan. Sehubung dengan itu manajemen termotivasi untuk melakkan praktik manajemen laba agar laba yang dilaporkan tidak berflktuatif sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Dengan demikian, semakin besar perubahan ROA maka semakin besar kemungkinan manajemen melakuan praktek manajemen laba.
Dalam penelitian ini variabel growth tidak signifikan. Hasil Penelitian ini dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang bertumbuh mengindikasikan kinerja perusahaan yang baik. Dengan demikian, manajemen perusahaan tidak merasa perlu untuk melakukan manajemen laba untuk mempengaruhi pandangan investor pada perusahaan. Oleh karena kinerja perusahaan bertumbuh telah dalam kondisi yang baik, maka manajemen perusahaan akan berusaha menyajikan laporan keuangan secara jujur tanpa termotivasi untuk melakukan manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sulistyanto (2008).
(4)
commit to user
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan dan kompensasi manajemen terhadap manajemen laba, dapat disimpulkan bahwa variabel tanggung jawab sosial perusahaan dan kompensasi manajemen berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian dua hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
Tanggung jawab sosial berusahaan yang diungkapkan oleh perusahaan, memberikan dampak yang baik untuk perusahaan itu sendiri. Semakin tinggi
perusahaan menerapkan tanggung jawab sosial sesuai standar pada
perusahaannya, maka akan dapat mengurangi terjadinya manajemen laba. Karena laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen dan dibaca oleh banyak stakeholder, maka manajemen dituntut untuk membuat laporan secara jujur.
Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak manajemen mampu menekan terjadinya manajemen laba. Semakin tinggi perusahaan memberikan kompensasi terhadap manajemen yang berprestasi, maka semakin sedikit tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen pada perusahaannya. Seorang manajer yang sudah terpenuhi kebutuhannya melalui kompensasi yang diberikan oleh perusahaan terhadap manajer tersebut akan
(5)
commit to user
76
mampu menekan perilakunya untuk tidak melakukan manajemen laba yang hanya menguntungkan dirinya sendiri.
B. KETERBATASAN
1. Lama periode pengamatan penelitian ini yang terbatas, yaitu selama kurun waktu tahun 2008-2009, dapat menyebabkan hasil penelitian ini belum dapat digeneralisir.
2. Dalam penelitian ini perilaku opportunistic dan realistic manajemen dalam melakukan manajemen laba hanya mempertimbangkan sudut pandang dan keterbatasan peneliti saja.
3. Penelitian ini hanya mempertimbangkan variabel kompensasi jangka
panjang berbasis saham dalam kaitannya dengan perilaku manajemen untuk mengelola laba karena dipengaruhi oleh kesulitan peneliti memperoleh data mengenai kompensasi jangka pendek dan kompensasi non fisik.
C. SARAN
1. Untuk para peneliti yang berminat mengkaji lebih lanjut pada bidang yang sama dapat memperpanjang periode pengamatan dan menambah sampel penelitian jenis industri lain.
2. Penelitian mendatang diharapkan juga mendengar respons dan komentar dari shareholder dan stakeholder terhadap perilaku opportunistic dan realistic manajemen dalam melakukan manajemen laba. Dengan
(6)
commit to user
77
demikian, dapat diperoleh pemahaman dan solusi yang lebih komprehensif tentang manajemen laba.
3. Untuk peneliti selanjutnya dapat memasukkan variabel-variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini, yang dapat digunakan untuk menyempurnakan penelitian.