commit to user
15
b
Moral hazard,
yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman,
manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak
layak dilakukan. Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi
antara
principal
dan
agent
untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt 1989 mengemukakan tiga asumsi sifat dasar
manusia yaitu: 1 manusia pada umunya mementingkan diri sendiri
self interest
, 2 manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
bounded rationality
, dan 3 manusia selalu menghindari resiko
risk adverse
. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan
reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.
2. Manajemen Laba
a. Pengertian manajemen laba
Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan
akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen yang mendasari lahirnya manajemen laba
adalah perilaku
opportunistic
manajer dan
efficient contracting
. Sebagai perilaku
oportunistic
manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapai kontrak kompensasi dan hutang, dan
political cost
Scott, 2009. Perilaku opportunis ini
commit to user
16
direfleksikan dengan melakukan rekayasa keuangan dengan menerapkan
income increasing
atau
income decreasing decretionary accrual
. Sedangkan sebagai
efficient contracting
yaitu meningkatkan
keinformatifan laba
dalam mengkomunikasikan informasi privat. Perilaku manajemen oportunis dikenal
dengan istilah manajemen laba atau
earnings management.
Menurut Scoot 2009 manajemen laba adalah pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Menurut Assih dkk. 2000 mengartikan manajemen laba sebagai suatu
proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan
General Accepted Accounting Principles GAAP
untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan
keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa Setiawati dkk., 2000.
b. Faktor- faktor pendorong terjadinya manajemen laba
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui
Positive Accounting Theory
PAT. Scoot 2009 menyatakan tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba antara lain:
commit to user
17
1
The bonus planhypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer pada perusahaan dengan
bonus plan
cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan
income
saat ini. Manajer dengan rencana bonus akan lebih memiliki prosedur akuntansi yang menggeser laba pada periode
mendatang ke periode saat ini. Hal ini terjadi paling tidak sebagian gaji manajer bergantung pada bonus yang dihasilkan jika melaporkan laba
bersih. Oleh karena itu, manajer akan berusaha untuk melaporkan laba setinggi mungkin.
2
The debt covenant hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa apabila perusahaan semakin dekat dengan pelanggaran perjanjian utang yang berdasarkan akuntansi, maka
manajer mungkin akan untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser laba pada periode mendatang ke periode saat ini. Pelanggaran terhadap
perjanjian hutang akan menyebabkan kreditor memberikan sanksi
penalty
seperti pembatasan pembagian deviden maupun pembatasan pinjaman baru. Hal ini menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap
perjanjian utang
debt covebabt
berpotensi menghasilkan kendala bagi manajer dalam mengelola perusahaan.
3
The political cost hypothes
Hipotesis menyatakan bahwa semakin besar biaya politik
political cost
perusahaan, manajer akan lebih cenderung memilih kebijakan akuntansi yang dapat menangguhkan laba periode saat ini ke periode
commit to user
18
mendatang. Biaya politik dapat dipicu oleh proffitabilitas tinggi yang dapat memancing perhatian publik seperti media masa maupun konsumen.
Perhatian publik ini akan direspons oleh politisi pemerintah dan parlemen dengan cara menetapkan regulasi baru seperti aturan pajak baru
yang dapat memberatkan perusahaan. Ukuran perusahaan yang semakin besar juga dapat mengarahkan pada biaya politik yang tinggi. Dengan
demikian, untuk
menekan biaya
politik ini manajer akan memilih kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan
laba sebagai upaya untuk menunjukkan kepada publik politisi, pemerintah bahwa perusahaan sedang menderita kerugian.
Ketiga hipotesis diatas diinterpretasikan dalam bentuk oportunistik
opportunistic form
. Perspektif oportunistik memiliki arti bahwa manajer dipandang akan memilih kebijakan akuntansi yang terbaik bagi kepentingan
pribadinya meskipun kebijakan tersebut bukan yang terbaik bagi perusahaan. Manajemen laba yang dilakukan dengan tujuan oportunistik manajer merupakan
sisi buruk dari manajemen laba. Adapun sisi baik dari praktek manajemen laba berkaitan dengan perspektif
kontrak efesien. Ketika kontrak cenderung kaku dan tidak lengkap, maka manajemen laba diperlukan untuk bisa mendapatkan kontrak yang efesien. Selain
itu, sisi baik dari manajemen laba adalah berkaitan dengan kemampuannya sebagai alat untuk menyampaikan informasi dalam
inside information
kepada
commit to user
19
pasar, sehingga harga saham akan semakin baik dalam merefleksikan prospek perusahaan.
Ketiga hipotesis PAT juga dapat diinterpretasikan dari perspektif kontrak efesien. Misalnya terkait dengan
bonus plan hypothesis
, manajer tidak akan menggunakan kebijakan akuntansi yang dapat menyebabkan laba perusahaan naik
–turun
volatile.
Terkait dengan
debt covenant hypothesis
, perusahan akan menghindari pelanggaran perjanjian utang untuk menekan
cost of financial distress
. Terkait dengan
political cost hypothesis
, perusahaan akan mendapatkan manfaat dari penghindaran biaya politik.
c. Pola dalam manajemen laba